Share

Chapter 13

Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya.

          Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga.

          Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato.

          Ramon sedang sibuk dengan minyak barunya di ruang pelanggan.  Membuat Bondan yang baru saja datang menghampirinya di ruangan itu. Pengawal dan juga Diah menunggu di depan ruangan.

          Dari jarak lima meter Ramon sudah melihat dan menyadari keberadaan Bondan. Dengan senyum lebar, ia menyambut temannya dengan hangat. Menawarkan untuk duduk dan berbicara.

          “Ada apa? baru kali ini kamu pagi-pagi datang kemari. Apakah kamu sedang membutuhkan pijatan?” ucap Ramon menawarkan diri.

          Tanpa menjawab pertanyaannya, Bondan langsung mengambil ancang-ancang untuk berbaring di atas kasur, dan siap untuk menerima pijatan. Ramon yang melihat tingkat temannya itu, dengan sigap mengambil minyak pijatnya dan memulai melakukan tugasnya.

          “Kapan kamu akan melunasi semua hutang-hutangmu kepadaku?” tanya Bondan di saat Ramon sedang asyik memijatnya.

          Ramon hanya melihat wajah Bondan sebentar, sambil memasang wajah memelas dan lanjut memijat kaki Bondan.

          “Termasuk bunganya. Apakah kamu sudah tahu berapa jumlahnya?”

          “Jangan khawatir begitu. Aku pasti akan segera membayarnya. Hanya saja saat ini aku sedang tidak memiliki uang. Tapi aku akan segera membayarnya padamu. Demi persahabatan kita ak...”

          “Persahabatan?” teriak Bondan dengan mata melotot kepada Ramon. Sebisa mungkin ia mencoba tersenyum kepada Bondan, berusaha menenangkan sahabatnya. Bondan pun membalas dengan tawa sehingga membuat Ramon pun  ikut tertawa juga, tertawa terbahak-bahak. Dan Paaakkk...!

          Ramon mendapatkan tendangan dari Bondan yang membuatnya terlempar hingga terbentur di sisi meja yang ada di ruangan itu. Dengan lemah, ia meringis kesakitan. Melihat tangannya yang terluka karena tergores kaca meja yang lumayan tajam. Darah pun mengucur jatuh ke bajunya.

          Rachel yang sedang asyik di kamarnya mendadak terbangun ketika mendengar suara benturan yang berasal dari kamar kerja ayahnya. Dengan tergesa-gesa Rachel menuruni tangga dan menuju ke depan ruang kerja ayahnya.

          Anehnya di depan ruangan itu telah ada dua orang lelaki yang begitu kekar dan menyeramkan. Sedang berjaga di depan ruangan ayahnya. Ibunya pun ada di sana. Berdiri dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

          “Ada apa Ibu, apa yang sedang terjadi. Kenapa ada mereka yang berjaga di sini. Ayah kenapa? tadi aku mendengar suara benturan yang berasal dari kamar ini.”

          Rentetan pertanyaan Rachel yang membuat ibunya bingung harus menjawab apa. Mata Diah hanya fokus ke pintu kamar kerja suaminya. Hingga pintu itu akhirnya terbuka. Namun tidak dengan pemandangan yang bagus. Sebab kini Ramon sedang di seret keluar dari ruang kerjanya dengan kasar oleh Bondan.

          Mata Diah membelalak melihat suaminya diperlakukan seperti binatang. Terlebih lagi darah yang ada di tangannya. Diah mencoba berlari menghampiri suaminya. Rachel pun demikian, ia juga ikut berlari. Namun keduanya ditahan oleh pengawal-pengawal suruhan Bondan.

          “Siapa temanmu ha?” teriak Bondan memaki Ramon yang tidak berdaya lagi di lantai. Bondan lalu memicingkan matanya. Melihat ke arah pengawal yang sedang menahan Rachel dan juga Diah.

          “Oh jadi ini dia putrimu itu. Dia cantik juga ternyata,” ucapnya sambil menyentuh dagu milik Rachel. Membuat Rachel mengibas tangan Bondan dengan cepat.

“Atau begini saja, biarkan putrimu bekerja untukku maka aku akan menganggap seluruh utangmu kepadaku sudah lunas. Kita impas. Bagaimana kawan, apakah kamu menyetujuinya?”

          Mendengar anaknya di sebut-sebut, membuat Ramon akhirnya langsung berdiri tegap. Menarik lengan Rachel dengan paksa. Membiarkan anaknya berlindung di balik punggungnya.

“Apa katamu, cantik ? jangan pernah berani menyentuh anakku. Atau aku akan membunuhmu.”

          “Ha, memang sekarang kamu berani? sekarang kamu itu sudah bangkrut. Beraninya kau denganku. Pegang dia.”

          Pengawal yang berdiri menahan Diah, akhirnya berpindah untuk memegang tangan Ramon. Kini Ramon tidak bisa bergerak lagi. Dari arah depan, sebuah tinju telah melayan cepat di perutnya. Satu kali, dua kali, hingga tiga kali pukulan. Membuat Ramon seketika lemas dan kesakitan.

          Diah yang sedang berdiri di belakang Bondan langsung berlari dan menendang pantatnya. Diah berteriak kencang dan menendangnya sekali lagi. Teriakan Diah membuat Rangga terbangun dan segera berlari keluar dari kamarnya lantas menuju ke sumber suara.

          Rangga yang baru saja tiba, sontak kaget dengan apa yang sedang terjadi di depan matanya. Dengan mengumpulkan segenap kekuatannya, Rangga juga  mencoba meninju perut Bondan. Berkali-kali hingga membuat Bondan meringis kesakitan.

          Bondan memerintahkan pengawalnya untuk memegang Rangga. Namun baru saja pengawal itu akan melangkah maju, pintu rumah tiba-tiba terbuka lebar. Bambang muncul dengan membawa beberapa pengawal.

          “Maaf, apa yang sedang terjadi?”

          Bondan menoleh melihat ke arah Bambang. “Siapa kalian? urusi saja urusanmu sendiri,” teriak Bondan dengan kesal.

          “Aku bertanggung jawab untuk melindungi seluruh anggota keluarga dari Ains-Soft. Dan nyonya ini adalah tunangan resmi dari tuan muda Angkasa pewaris dari perusahaan Ains-Soft,” ucap Bambang seraya menunjuk Rachel. “Aku percaya bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melindungi hidupmu. Jika kau sampai mengganggu mereka.”

          Bondan menjadi mati kutu setelah mendengar hal itu. Dengan wajah ketakutan Bondan meninggalkan tempat itu bersama dengan pengawalnya.

          Kini Ramon yang tersungkur lemah di lantai, berusaha untuk berdiri. Diah dengan sigap membantu suaminya. Bambang pun ikut membantunya. Memapahnya ke kursi yang ada di ruang tamu. Ramon masih saja meringis kesakitan. Luka di tangannya begitu perih. Belum lagi perutnya yang sakit karena pukulan Bondan tadi.

          Rachel beranjak menuju kamarnya, mencoba mencari obat dan juga plaster luka untuk mengobati luka ayahnya. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Rachel membawanya cepat kepada ayahnya.

          Setelah sampai di ruang tamu, Rachel memberikan obat itu kepada ibunya lalu mengobati luka Ramon. Rachel masih tidak habis pikir dengan kejadian yang terjadi pagi ini.

          “Maaf, saya lagi-lagi mengganggu kegiatan kalian. Tapi Pak Bastian ingin memastikan keputusan Rachel mengenai  pernikahan ini. Jadi apa keputusanmu?”

          Rachel tersenyum tanggung. “Kau sudah melihat kekacauan yang terjadi pada keluarga kami kan. Jadi apakah kamu masih mau menikahkan aku dengan Angkasa?”

          “Kau tidak memiliki kesalahan apapun. Orang-orang itulah yang berlebihan”

          Rachel heran dengan jawaban lelaki itu. Seolah tak ada celah untuknya agar dapat menghindar dari rencana pernikahan ini. “

          “Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”

          “Ya tentu saja boleh. Apa pertanyaanmu?”

“Jika misalnya aku bersedia untuk menerima pernikahan ini apakah keluargaku bisa aman?”

          “Oh jangan khawatir karena keluargamu pasti akan diperlakukan dengan baik seperti keluarga Angkasa sendiri.

          Rachel tersenyum samar mendengar jawaban lelaki itu. Sepertinya kini tidak ada lagi celah baginya untuk mengelak.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status