Share

Chapter 10

          “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya.

          “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan.

          “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel.

          “Apa? Bagaimana bisa?  Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.”

          Pak Bambang menarik nafas panjang, pusing dengan tingkah Rachel yang tidak setuju dengan rencana pernikahan itu.

          “Ahh pokoknya tidak tidak, aku tidak mau. Aku tidak mau melakukannya.”

          “Rachel.”

          “Aku tidak mau melakukannya, Ayah.”

          “Ayah minta kamu tenanglah dulu!”

          “Kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa adalah teman baik. Makanya mereka berdua membuat perjanjian bahwa mereka akan menikahkan keturunan mereka kelak,” ucap Bambang lagi, mencoba menjelaskan.

          “Tapi aku kan masih pelajar pak,” sambil menunjuk dirinya dengan telunjuknya sendiri. Selain itu aku juga punya mimpiku sendiri untuk belajar seni. Kelak aku akan menjadi seorang seniman yang sangat terkenal di dunia,” tutur Rachel sambil membayangkan dirinya di masa depan.

          “Ayah kau tidak ingin kan aku menyerah pada impianku? itu tidak mungkin dan tidak akan mugkin terjadi kan, Yah. Terlebih lagi tuan muda Angkasa juga ...” baru saja Rachel akan mengatakan tentang persoalan lamaran yang di dengarkannya tempo hari lewat telepon milik Angkasa, namun ia langsung teringat ancaman Angkasa sewaktu ia hendak pulang ke rumahnya. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk mengatakan kebenarannya.

         “Ada apa?” tanya Bambang penasaran.

         Rachel pun menjadi salah tingkah, ia mencoba untuk menyembunyikan hal yang diketahuinya itu.

         “Oh tidak ada apa-apa kok pak. Hanya saja aku tidak ingin menikah dengannya. Dengan si tuan muda Angkasa itu. Ayah, Ibu aku tidak mau melakukannya. Tolonglah putrimu ini. Aku benar-benar tidak mau menikah dengannya,” rengek Rachel lalu berdiri dan meninggalkan tempat itu.

         “Rachel.”

         “Tidak, pokoknya Rachel tidak mau,”sambil berlalu pergi.

         Bambang memandang kepergian Rachel. Kekecewaan mendadak melingkupi perasaannya. Ia mulai memikirkan alasan apa yang akan ia katakan kepada keluarga Angkasa setelah pulang nanti.

         Mendengar keributan yang sedang terjadi di ruang keluarga milik ayahnya membuat Rangga yang baru saja pulang dari jogging, langsung berlari dan segera menghampiri Ayah dan juga ibunya yang tengah duduk di sana bersama dengan Bambang.

         “Ibu, ada apa? Apa yang sedang terjadi? tadi juga aku lihat kak Rachel keluar dengan wajah yang sangat sedih.”

         “Ah sudahlah kamu diam sama dulu Ga, Ibu lagi pusing ini.” sembari menghembuskan napas pelan, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. “Jadi Ayah betul-betul pernah berada di ruang lingkup perusahaan Ains-Soft yah?” tanya Ibu penasaran dengan kebenarannya.

         “Aku kan sudah sering mengatakannya pada Ibu, tapi kamu tetap saja tidak mempercayainya. Apa  sekarang kau percaya padaku,” ucapnya sambil tersenyum sombong.

         “Itu berarti yang dikatakan Ayah selama ini adalah benar?” potong Rangga, kaget dengan ucapan ayahnya barusan.

         “Iya, terlebih lagi kakakmu adalah tunangan dari tuan muda Angkasa, penerus perusahaan Ains-Soft,” lanjut Ibu.

         “Ohhh, tunangan?” mata Rangga melotot sempurna, seperti hendak keluar saja. Kaget dengan apa yang di dengarnya barusan.

         Sedangkan Rachel berlari menuju kamarnya. Masuk dan melemparkan tasnya secara kasar ke lantai. Dengan air mata yang sudah hendak tumpah itu, ia pun menjatuhkan tubuhnya ke kasur tempat tidurnya. Memeluk gulingnya dan menangis disana. Ia mencurahkan kesedihannya kepada tempat tidurnya itu.

         “Itu tidak mungkin. Benar-benar hanyalah sebuah mimpi buruk di siang bolong,” ucapnya kepada diri sendiri. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa yang terjadi barusan adalah ilusi semata. Bukanlah sebuah kenyataan yang menyakitkan.

         Hari ini Rachel tidak melanjutkan niat awalnya untuk berangkat ke sekolahnya. Rasa sedihnya mengalahkan segalanya. Bahkan hari ini tidak ada lagi keceriaan di wajahnya. Segalanya telah sirna karena berita yang di dengarnya beberapa jam yang lalu.

         Tangis Rachel membuatnya tak keluar kamar seharian. Bahkan makan pun sudah tidak dipedulikannya lagi. Ayah dan Ibunya pun menjadi khawatir. Terlebih lagi mengetahui bahwa putri sulungnya itu mengunci dirinya di dalam kamarnya seharian.

                                      ***

         Rachel terbangun dari tidur panjangnya. Dengan tubuh yang lemah ia memeriksa jam yang ada di handphonenya. Ternyata sehari sudah telah berlalu. Ia tertidur kemarin setelah lelah seharian menangis sendirian di dalam kamar.

         Dengan langkah lemas ia mencoba bergegas menuju kamar mandi, membersihkan diri dan setelah itu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah siap untuk berangkat, ia mengendap-endap keluar dari kamarnya. Dengan melihat sekeliling ia mencoba bergegas ke dapur untuk mengambil sepotong roti dan mengambil susu pisang kesukaannya yang tersimpan di dalam kulkas.

         Ketika hendak berjalan keluar ia tanpa sengaja melihat kalung yang tergantung di ruang keluarga. Kalung yang diberikan kakeknya ketika ia baru lahir dahulu. Ia mengambil kalung itu dan menatapnya dengan tajam.

         “Kau itu benar-benar mimpi buruk,” dengan kasar ia meletakkan kembali kalung itu ke atas meja. Dan tanpa sengaja ia melihat tumpukan kertas yang berserakan di meja itu. Beberapa surat tagihan hutang milik orang tuanya.

         Tidak lama setelahnya Rachel mendengar perdebatan kedua orangtuanya di halaman belakang rumahnya. Ia pun segera menuju ke belakang untuk memastikannya.

***

         “Ayah, kita sudah tidak memiliki uang lagi untuk membayar cicilan rumah ini.”

        “Ibu tenang saja, aku pasti bisa mengatasinya.”

        Mendengar jawaban Ramon membuat Diah menyeret suaminya yang sedang membersihkan taman. “Kau selalu saja bicara seperti ini. Ibu sudah berkali-kali melakukan ini untukmu. Kita ada di ujung harapan, Yah. Tidakkah Ayah sadar dengan itu semua.”

        “Tidak Ibu. Belum. Ini semua belum berakhir.”

        “Untuk membiarkan Rachel menikah dengan Angkasa, bukankah ini sudah berakhir?”

        Hening. Ramon terdiam lama. Menghayati setiap ucapan istrinya barusan. “Ayah memang tidaklah cukup baik buat kalian semua. Keluarga kita akan lebih baik jika aku bekerja dengan rajin. Ibu, ayo kita cerai saja,” ucap Ayah, sembari meneteskan air mata.

       “Mari kita bercerai seperti yang kamu minta sebelum-sebelumnya. Aku akan menangani hutannya sendirian. Biarkan Rachel bersama denganmu. Dan menggunakan margamu. Dia tidak harus dan tidak butuh untuk menikah demi menepati perjanjian konyol di masa lalu seperti itu.” Rasa sesak yang dirasakannya tidak mampu lagi membuatnya bisa berkata-kata.

       Diah pun ikut menangis mendengar permintaan Ramon. Hal itu membuatya menatap suaminya dengan tatapan sendu.

       “Apa kau yakin dengan apa yang kau katakan barusan? dulu aku selalu memintamu untuk menceraikanku tapi kau tidak pernah menerimanya. Tapi hari ini kau malah mengatakannya sendiri. Dasar lelaki gila, tidak berperasaan,” air mata kembali menghujani wajah Diah.

       Ayah hanya terdiam kaku, tak tahu lagi harus bagaimana.

       “Pikirkanlah lagi baik-baik. Atau aku akan melemparkan surat cerainya ke tempat sampah,” ucap Diah sambil berlalu pergi meninggalkan Ramon seorang diri di taman belakang rumahnya. Kesedihan pun menyelimuti tempat itu.

        Rachel yang menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya, langsung bersedih dan tanpa ia sadari air matanya pun ikut mengalir jatuh ke pipinya yang cubby. Lagi, lagi kesedihan menghampirinya. Tak ada kebahagiaan yang mampu membuat senyumnya terukir seperti hari-hari sebelumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status