Share

Chapter 5

          Seperti biasa, sekolah selalu ribut dan ramai dengan siswa maupun siswi. Rachel berjalan di koridor sekolah sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya tiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri temannya yang tengah duduk di depan kelas.

          “Berita terbarunya itu adalah Angkasa telah kembali setelah 10 tahun menetap di Inggris,” ucap Yuni.

          “Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku,” Tima menambahkan.

          Dina melotot ke arah Yuni dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Angkasa.

          “Asal kamu tahu saja Na, Angkasa termasuk dalam 10 besar di trending twitter tau nggak. Sumpah ya dia tampan banget nget nget nget,” katanya sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan Angkasa.

          Rachel muncul di hadapan ketiganya secara tiba-tiba sehingga membuat mereka bertiga berteriak histeris. “Chel sini cepetan. Sumpah demi apapun kamu pasti bakalan senang setelah mendengar berita ini.”

          “Ada apaan sih.”

          Yuni memperlihatkan foto Angkasa yang ada di ponselnya. Karena temannya begitu antusias, Rachel melihat ke ponsel itu sebelum akhirnya dia duduk di kursi.

          “Kamu tahu nggak Chel, dia ini baru saja tiba dari Inggris eh udah jadi trending aja di twitter.”

          “Aaaahhhh...,” teriak histeris ketiga temannya.

          Rachel memandangi foto yang ditunjukkan temannya itu, dan mendadak menjadi bingung sendiri dengan tingkah berlebihan teman-temannya. Karena menurutnya Angkasa biasa saja. Tidak ada yang menarik dan melebihi tertariknya ia dengan pangeran tak berwajah yang selama ini selalu ia gambar.

          “Yuni.”

          “Iya Tuan Muda.”

          “Maukah kamu berdansa denganku malam ini.”

          “Dengan senang hati Tuan Muda.”

          “Ihhhyuu, hahahaha.”

          Yuni dan juga Tima berakting untuk memperagakan dirinya dengan Angkasa. Setelah selesai melakukan hal konyol itu, keduanya saling tertawa dengan riangnya.

          Mendengar kehebohan temannya itu membuat Rachel berteriak menghentikan lamunan mereka. “Hei, kalian kok ribut amat sih. Orang dia biasa saja kok. Apanya yang tampan, wajah datar seperti itu kamu bilang tampan?” ucapnya kesal.

          “Kamu berkata seperti itu karena kamu tidak melihat berita tadi malam. Makanya Chel jangan hanya nyurus gambar-gambar konyolmu saja,” jawab Tima membela diri.

          Sambil memegang tangannya sendiri, lagi dan lagi Yuni membayangkan dirinya sedang berpegangan tangan dengan Angkasa. “Kau bersedia?”

          “Iya Tuan Muda saya bersedia. Nah inilah yang disebut sebagai seorang pria yang atraktif, Chel,” jawab Tima sambil tersenyum malu ke arah Yuni.

          Melihat tingkah temannya yang aneh dan terobsesi dengan Angkasa itu membuat Rachel geleng-geleng kepala dibuatnya. Rachel pun meminum susu pisang yang dipegangnya, menelannya dan menarik nafas pelan. “Tadi malam aku juga melihatnya kok. Atraktif apanya?” ucapnya santai.

          “Atraktif secara seksual,” jawab temannya dengan kompak.

          Mendengar teriakan kompak temannya itu, membuat Rachel melotot kaget. Tidak disangka temannya begitu tergila-gilanya dengan Angkasa, yang menurutnya hanya seorang pria yang biasa saja.

                                                          ***

Dalam perjalanan menuju sekolah, Angkasa menatap kosong keluar jendela mobilnya. Tatapan yang penuh dengan kebimbangan dan kegelisahan. Lagi  dan lagi dia teringat dengan Angel kekasihnya yang berada jauh darinya sekarang. Dan sebentar lagi dia akan kehilangan kekasih yang dicintainya itu. Suka tidak suka ataupun mau tidak mau.

Di seberang jalan berjejeran rapi bendera-bendera yang berdiri kokoh dan juga pepohonan yang begitu rindang serta siswa-siswi yang berpakaian rapi dapat terlihat jelas di atas mobil. Dengan pelan mobil yang di tumpangi Angkasa berbelok masuk ke halaman sekolah, melaju menuju parkiran dan berhenti di sana.

Ada ratusan mata yang tertuju di mobil itu, baik siswa yang berada di lantai atas maupun mereka yang tengah berdiri di lobby sekolah. Dengan histeris siswi-siswi berteriak kagum melihat ketampanan Angkasa. Terlebih ketika Ben membukakan pintu mobil untuknya dan ia mulai keluar dari mobilnya.

Dengan cepat mereka berlari menghampiri mobil itu dan segera mengeluarkan handphone masing-masing untuk mengambil gambar dari seorang Angkasa.

“Astaga...”

          “Dia sangat tampan.”

Teriak histeris siswa yang melihat Angkasa.

Ada tiga orang siswa menghampiri Angkasa ketika anak-anak sedang histeris berteriak. Melihat itu, Ben langsung menghalangi mereka bertiga. Namun Angkasa langsung menghentikan Ben dan membiarkan ketiga orang itu untuk mendekat dan menghampirinya.

Mereka berjabat tangan, saling memeluk satu sama lain dan melempar senyuman hangat. “Apa kabar Tuan Muda, udah lama banget yah kita nggak ketemu. Padahal dulu kita masih pendek-pendek gitu pas terakhir kali main bareng,” ucap Rey.

“Kau masih keren seperti biasanya ternyata,” Zigit ikut memuji.

“Rey bisa nggak kamu berhenti memanggilku seperti itu.” Angkasa yang merasa risih dipanggil Tuan Muda oleh sahabatnya sendiri ikut menyela Rey.

“Astaga, cintaku kenapa kau tampan sekali,” ucap Yuni yang melihat Angkasa di balik kerumunan anak-anak.

“Apa kamu yakin akan belajar disini Sa, kenapa nggak menyelesaikan belajarmu di Inggris saja. Bukannya di sana jauh lebih baik jika dibandingkan di sini?”

“Karena kalian ada di sini makanya aku memilih untuk kembali. Di Inggris aku benar-benar kesepian.”

“Kali ini papamu benar-benar mengizinkanmu untuk kembali yah?”

“Aku akan belajar di sini. Jika aku melakukan apa yang mereka inginkan itu berarti mereka juga harus mengikuti apa yang aku inginkan, bukan.”

Ketiga temannya menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Angkasa. “Kalau begitu ayo kita masuk kelas,” ajak Rey sambil menggandeng temannya untuk masuk.

Yuni yang telah menyaksikan kedatangan Angkasa itu mendadak histeris. Dengan girangnya ia berlari menuju kelasnya untuk menyampaikan berita bahagia ini kepada teman-temannya.

“Heii, hei kalian...” sambil mengatur napasnya yang terengah-engah pasca berlari, Yuni pun melanjutkan ucapannya.”

“Ada apa sih Yun?” tanya Dina penasaran.

“Nih, nih lihat deh.” Ia menunjukkan gambar yang dijepretnya tadi sewaktu di lobby sekolah. “Aku melihat Tuan Muda datang dan sekarang ia sedang bersama dengan teman-temannya. Lihatlah aku juga mengambil foto teman-temannya,” lanjutnya lagi masih dengan napas yang terengah-engah.

“Yang ini namanya Rey, dia adalah putra dari seorang milyader perusahaan air minum. Pokoknya dia sangat kaya raya deh. maksudku papanya.”

“Kalau yang ini namanya Zigit, dia itu adalah putra dari pemilik jaringan mobil sport terbesar di sini.”

“Kalau yang ini namanya Dodi, dia seorang sosialita dan dia juga sangat kaya raya.

“Dan yang terakhir adalah Tuan Muda Angkasa, dia adalah milikku,” tutur Yuni heboh menjelaskan orang-orang yang ia foto tadi.

“Ahh pokoknya dia milikku,” ucapnya lagi.

“Heii lihat, sekarang dia menduduki posisi satu di twitter. Aaahhh,” ucap Tima ketika memeriksa ponselnya.

“Hei jangan konyol, dia itu ...” belum sempat Dina melanjutkan ucapannya, Rachel memotong pembicaraannya tiba-tiba.

“Yuni, Dina, Tima...!”

“Kenapa Chel, kamu juga mau melihatnya? Sini, sini.”

“Kalian jangan konyol yah .”

“Lantas bagaimana denganmu yang begitu tergila-gilanya dengan pangeran tak berwajah, sejak saat kamu masih kecil. Apa itu juga bukan konyol namanya,” ucap Yuni nyolot.

Rachel hanya memonyongkan bibirnya dan tak menjawab ucapan temannya itu.

Dari lapangan sekolah ini, Angkasa berjalan bersama dengan temannya. Sepertinya mereka sedang asyik mengobrol satu sama lain. Dina dan Yuni melihatnya dari jauh. Hal itu membuatnya segera mengeluarkan ponselnya dan kembali memotretnya lagi. Mereka sama sekali tidak ingin terlewat satu momen pun.

“Apa dia melihat hatiku? Apa dia bisa melihatnya?”

“Hei kalian sudah gila yah,” ucap Rachel yang kesal melihat tingkah teman-temannya yang terlalu terobsesi dengan Angkasa.

“Tapi benar juga sih, kalian kayaknya memang sudah mendekati gila,” Tima membenarkan ucapan Rachel.

“Udah biarin aja aku gila, memang dia tampan kok. Chel lo kok nggak tertarik sama dia sih? padahal kan aku rasa dia sangat tampan kok.”

“Rachel nggak mungkin dan tidak akan tertarik dengan dia kali. Karena dia sudah memiliki pangerannya sendiri,” ucap Tima.

“Pangeran tanpa wajah Chel? kenapa nggak kamu masukkan saja wajah Angkasa ke dalam wajah pangeranmu itu Chel. Aku rasa dengan begitu pangeranmu akan menjadi sangat tampan.”

“Yaps betul sekali, aku yakin dengan begitu sudah dipastikan dia akan memiliki wajah.”

“Hei, pangeranku bukan hanya tanpa wajah, tapiii... dia adalah hatiku sepenuhnya. Tidak ada yang bisa menyerupainya,” ucap Rachel dengan mata yang berbinar-binar, ia pun  tersenyum malu.

                                     

                                                          ***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status