Share

Difficult
Difficult
Penulis: nura0484

D1

Anak lelaki ketiga dalam keluarga membuat Leo tidak terlalu mendapatkan tekanan seperti kedua kakaknya Devan dan Lucas, hidup Leo yang bebas membuatnya bisa berteman dengan siapa saja, tanpa peduli status sosial. Sikapnya yang rendah hati seperti maminya membuat Leo memiliki banyak teman, hebatnya teman-temannya mempercayainya dalam hal-hal tertentu terutama uang. Siapa yang tidak kenal H&D Group dengan pemiliknya yang rendah hati dan memperhatikan karyawannya, mungkin H&D Group adalah perusahaan yang benar-benar menerapkan aturan pemerintah. Meskipun banyak teman Leo hanya dekat dengan Irwan dan Endi, dia hanya mempercayai mereka berdua.

“Siapa dia?” tanya Leo saat melihat seorang wanita dengan anak kecil “Pegawai kita?”

Irwan mengangguk “Bagian front office kalau nggak salah namanya Putik.”

“Lalu siapa anak kecil itu?” tanya Leo tanpa melepaskan tatapan pada Putik.

“Putrinya.” Irwan menjawab santai “Jangan bilang kamu naksir dia?” menatap penuh selidik.

Leo tidak mendengar perkataan Irwan dengan memilih berjalan kembali, tidak tahu kenapa dirinya berhenti dan menatap wanita itu. Wanita yang menurutnya sangat keibuan sama seperti maminya dan wajahnya bukan cantik melainkan memiliki aura sendiri untuk menarik lawan jenis, tapi jelas Leo tidak akan menyukai wanita yang sudah memiliki suami.

Menyibukkan diri dengan kegiatannya dari pagi hanya ditemani Agus, asisten pribadinya. Leo dipercayakan memegang hotel dan restoran, tapi terkadang beberapa cafe milik saudaranya juga Leo yang memantau perkembangannya. Setidaknya dengan bekerja bisa membuat hidup Leo mendapatkan banyak teman-teman baru, tidak pernah menganggap pekerja adalah bawahannya, selama ini Leo selalu menganggap mereka adalah teman.

“Aku tadi lihat ada pekerja kita yang bawa anak, siapa dia?” tanya Leo menatap Agus disela-sela pekerjaan mereka.

“Putik salah satu front office, dia memang sudah meminta ijin untuk hal itu karena nggak ada yang jagain anaknya.” Agus menjawab sambil menatap layar membuat Leo mengangkat alisnya “Mereka tinggal berdua saja, orang tuanya sudah nggak ada.”

“Suami atau saudaranya yang lain?” tanya Azka penasaran.

“Anak tunggal dan kalau suaminya menurut berita yang saya dengar mereka berpisah.” Agus mengalihkan pandangan ke Leo dengan tatapan penuh selidik “Bapak keberatan dengan kehadiran putrinya?”

“Apa karyawan lain tidak merasakan terganggu? Apa anaknya tidak mengganggu pekerjaan dia?” tanya Leo penasaran.

“Sejauh ini mereka baik-baik saja, anaknya ada di ruang karyawan dan biasanya bermain sama karyawan yang sedang istirahat kalau nggak tidur.” Agus masih setia menatap Leo “Apa itu tidak boleh?”

Leo tidak menjawab pertanyaan Agus “Lebih baik bawa anaknya ke penitipan anak milik perusahaan kita.”

“Biayanya besar, Pak.” Agus menjawab langsung “Hidup Putik pas-pasan dan bapak tidak bisa membuat keputusan dengan mengistimewakan dia karena nantinya akan membuat yang lain cemburu.”

Leo membenarkan perkataan Agus, dia bisa memberikan keistimewaan pada Irwan karena memang sudah lama bekerja untuk mereka ditambah Irwan adalah kunci dari hotel. Berbeda dengan Putik yang hanya karyawan biasa pastinya akan membuat karyawan lain memandang curiga pada dirinya, Leo sendiri tidak tahu kenapa hatinya melakukan hal ini pada Putik.

“Berapa lama dia kerja disini?” tanya Leo membuka pembicaraan lagi.

“Hampir dua tahun.” Agus menjawab santai dengan kembali fokus pada layar “Kita juga nggak tahu bagaimana penilaian untuk dia.”

Leo mengangkat alisnya “Kinerjanya nggak bagus?”

Agus mengangkat bahu “Saya nggak tahu kalau masalah itu, ada bagiannya sendiri. Apa anda mau saya tanya ke bagian HRD?” Leo langsung menggelengkan kepalanya.

Memilih kembali bekerja dengan Agus, permasalahan Putik bukan suatu hal yang penting untuk Leo. Beberapa pertemuan dan rapat dengan kepala bagian di hotel membuat Leo tidak terlalu banyak memiliki banyak waktu, saat luang Leo akan menghabiskan waktu dalam ruangannya. Kedatangan Rifat membuat Leo harus memberikan laporan perkembangan hotel dan restoran yang berada di bawahnya, Rifat adalah rekan yang enak untuk diajak diskusi.

“Beberapa memang harus dibenarkan.” Leo mengangguk setuju dengan perkataan Rifat “Butuh banyak biaya dan Pak Leo harus kasih tahu Pak Lucas dengan rincian yang setidaknya masuk akal.”

“Pak Rifat menganggap ini tidak masuk akal?” tanya Leo menatap Rifat lelah.

“Ada beberapa bagian yang tidak perlu diberikan perbaikan.” Rifat memberikan alibi.

Diskusi dengan Rifat memakan waktu panjang sampai mereka melupakan waktu, andaikan Irwan dan Endi tidak datang mereka berdua akan terus diskusi. Endi dan Rifat pulang terlebih dahulu, Irwan sendiri memilih entah kemana yang tidak diketahuinya sama sekali. Semenjak kematian istrinya membuat Irwan tidak menentu, tapi hal itu tidak lama dengan tiba-tiba berubah. Leo bukannya tidak tahu kedekatan Irwan dengan Dona, mereka sering menghabiskan waktu sepanjang hari.

Melangkah ke tempat parkir mobilnya berada, melewati beberapa karyawan yang sibuk melayani tamu. Leo biasanya akan diam-diam mengamati karyawannya bekerja jika memiliki waktu luang, jangan harap memiliki waktu luang di awal dan akhir bulan. Pelayanan dari hotelnya memang tujuan dan faktor utama, perusahaan bergerak di bidang pelayanan memang harus melayani dengan sangat baik. Kenyamanan dan keamanan selama mereka tinggal juga menjadi faktor utama, penilaian dari mereka akan membuat hotel bekerja menjadi lebih baik.

Kendaraan Leo keluar dari tempat parkir, memandang sekitar jalan tempat hotelnya dan seketika pandangannya berhenti melihat Putik dengan putrinya di halte. Menghentikan mobilnya melihat apa yang dilakukan oleh mereka berdua, beberapa menit tidak ada perubahan membuat Leo memutuskan keluar dari mobilnya mendatangi mereka berdua.

“Anda mau pulang?” tanya Leo membuka suara membuat Putik mengalihkan pandangan kearahnya.

“Malam, Pak.” Putik mengangguk singkat dan tersenyum “Ya, tapi nunggu angkutan belum datang.”

“Saya antar.” Putik terkejut dengan kata-kata yang keluar dari bibir Leo, bukan hanya Putik saja Leo juga terkejut tapi dirinya sudah berucap pastinya tidak mungkin mengalihkan pembicaraan “Ini sudah malam jadi sepertinya akan susah mendapatkan angkutan.”

Putik hanya diam tidak menanggapi perkataan Leo, melihat sikap Putik membuat Leo bingung harus bersikap seperti apa. Selama ini belum ada yang menolaknya atau lebih tepat memang Leo tidak pernah mendekati wanita seperti saat ini.

“Saya bukan meminta tapi memaksa, coba lihat anak kamu lelah.” Leo membuka suaranya membuat Putik mengalihkan pandangan “Lakukan untuk malam ini.” Leo menatap Putik dengan tajam.

“Baik, Pak.” Putik menelan saliva kasar.

Leo mengangkat putri Putik yang sudah tampak lelah, perbuatan Leo membuat Putik bingung. Menggendongnya menuju mobil dan meletakkan di bagian belakang, memastikan putrinya nyaman di tempatnya baru Leo masuk ke sisi lainnya. Leo sendiri melakukan itu teringat anaknya Lucas yang ada di rumah.

“Kamu bisa tunjukkan jalanan menuju rumahmu.” Leo berkata datar dan tidak menyadari Putik menelan saliva kasar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status