Share

D3

Hotel yang tidak pernah sepi sama sekali dari tamu, membuat beberapa karyawan harus bekerja ekstra. Leo bisa melihat beberapa karyawannya bekerja ekstra agar para tamu puas dengan pelayanannya, terkadang jika tidak terlalu sibuk Leo akan turun membantu.

“Terima kasih dan semoga anda nyaman berada di hotel ini.” Putik berkata dengan memberikan senyuman terbaiknya.

“Siang, Pak.”

Leo hanya tersenyum ketika beberapa karyawan menyapa dan menundukkan kepalanya, tatapan Leo tidak lepas dari Putik. Mengantarkan dia pulang kemarin memberikan sesuatu berbeda pada perasaan Leo, tepukan ringan di bahu membuat Leo menatap kearahnya dan seketika beranjak dari tempatnya berada.

“Jangan bicara.” Leo menghentikan Endi untuk berbicara di tempat umum.

Leo melangkah ke tempat dimana Putik berada, tidak tahu apa yang membuatnya berjalan ke tempat Putik, satu hal yang pasti Leo ingin berbicara mengenai putrinya. Leo tidak tahu apa yang ada dalam otaknya saat ini, mengenai keberadaan anak Putik yang berada di lingkungan hotel.

“Putik, temui saya di ruangan lima belas menit lagi.” Leo berkata dengan nada datar saat sudah berada dekat dengan Putik berada.

“Baik, Pak.” Putik hanya menganggukkan kepala.

Leo langsung meninggalkan tempat dimana Putik berada dengan berjalan ke arah lift, tujuannya pasti ruangannya. Leo tidak menyadari Endi daritadi mengikutinya, bahkan masih tidak menyadari jika Endi berada dalam lift yang sama dengannya.

“Kamu mau ngapain?” tanya Endi tepat saat pintu lift tertutup.

Leo mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Endi “Oh...manggil Putik? Aku ingin tahu kenapa dia harus membawa anaknya kesini, kalau memang ada solusi akan lebih baik jika ditaruh di tempat penitipan anak.”

“Uang darimana?” tanya Endi langsung membuat Leo terdiam “Jangan ambil keputusan kalau belum tahu harus gimana?”

“Kamu sendiri ngapain disini?” tanya Leo menatap penuh selidik.

Endi mencibir perkataan Leo “Lucas memperlakukan aku sama kaya Om Rifat.” Leo tersenyum mendengar perkataan Endi “Kadang bosan harus kesana kesini, enak kalian punya tempat tetap.”

Leo mengangguk pelan “Mas Boy masih mengurus perusahaan Mas Tian, kan?” Endi mengangguk “Perusahaan itu juga masuk ke pusat, kan?”

“Ya, setelah perdebatan panjang.” Endi menjawabnya dengan malas “Om Tian butuh waktu lama untuk gabung sama H&D Group, pemikirannya nggak bisa sistematis.”

“Perusahaan Om Tian sudah punya nama, jadi perlu pemikiran panjang. Om Rifat aja paham.”

Pintu lift terbuka tepat saat Leo berkata demikian, mereka langsung melangkah ke ruangan Leo. Pintu terbuka menampilkan Irwan dalam keadaan kacau, mereka berdua hanya saling memandang satu sama lain.

“Kenapa?” tanya Leo duduk dihadapan Irwan.

“Saudara kalian si Dona.” Leo dan Endi saling menatap satu sama lain “Aku sudah bilang kalau nggak mungkin sama dia, aku mencintai wanita lain tapi tetap aja pada pendiriannya.”

“Kalian cocok, jadi kenapa nggak?” Endi membuka suaranya.

“Cinta, aku nggak mencintai Dona. Kalian mau kita berdua menikah tapi aku nggak cinta sama dia?” Irwan menatap mereka berdua bergantian “Terus karena nggak cinta akhirnya selingkuh, mau Dona aku begitukan.”

“Jangan sampai selingkuh lah.” Leo membuka suara “Kayaknya kalian memang harus bicara baik-baik.”

“Makanya aku butuh kalian berdua.” Irwan menatap Leo dan Endi bergantian.

Endi mengangkat tangannya “Aku nggak bisa kasih tahu Dona, sejarah kami nggak bagus.” Leo mengangguk seakan dirinya sama dengan Endi “Jangan berharap dari Azka, mereka berdua nggak terlalu dekat.”

“Anggi dan Zee.” Leo membuka suaranya membuat Irwan dan Endi menatapnya “Aku nanti bicara sama mereka berdua.”

“Akhirnya.” Irwan bernafas lega “Kalau gitu aku bisa menikah dengan tenang.”

“Jadi menikah?” tanya Endi memastikan yang diangguki Irwan.

“Kalian berdua lebih baik keluar, waktunya Putik kesini.” Leo membuka suaranya menghentikan pembicaraan mereka berdua.

Kedua pria itu memilih keluar dari ruangan Leo, mereka berdua paham jika Leo membutuhkan untuk berbicara dengan Putik masalah keberadaan putrinya di tempat kerja. Menunggu sambil membaca berkas yang disiapkan Agus dan berada dihadapannya, menatap jam dimana sepertinya Putik akan terlambat. Ketukan pintu membuat Leo langsung memintanya untuk masuk, menatap Putik yang ragu-ragu dengan segera Leo memberikan perintah masuk dan menutup pintu.

“Anda tahu alasan dipanggil?” tanya Leo langsung yang membuat Putik menggelengkan kepala “Saya memanggil anda terkait Risa.”

“Kenapa dengan anak saya Risa, Pak?” tanya Putik langsung dengan wajah ketakutannya “Apa sudah tidak boleh berada disini?”

Leo menghembuskan nafas panjang “Ya.” Putik membelalakkan matanya “Saya tahu kalau Ibu Tania yang memberikan kemudahan ini semua, tapi saya sendiri tidak yakin anda bisa melalui ini semua.”

“Selama ini Risa tidak pernah mengganggu pekerjaan saya.” Putik mencoba mempertahankan putirnya tersebut.

Leo hanya diam menatap Putik yang memberikan tatapan memohon “Dimana suami anda?” Putik bingung dengan pertanyaan Leo “Suami anda berada dimana? Saudara anda?”

“Saya sudah diusir dari rumah karena hamil, suami? Saya tidak tahu dimana dia karena setelah saya melahirkan dia pergi begitu saja.”

“Orang tua kamu?” tanya Leo sedikit penasaran.

Putik mengubah ekspresinya menjadi sedih “Setelah perceraian itu ibu saya meninggal dunia dan ayah saya menikah kembali.”

“Saudara?”

“Saya anak tunggal.”

Leo terdiam dan membaca berkas yang ada dihadapannya, beberapa kali tatapannya mengarah di kertas dan Putik untuk memastikan apa yang dikatakan benar. Hembusan nafas panjang dilakukan Leo saat mendengar jawaban Putik, setelah mengantarkan Putik semalam Leo berbicara pada kedua orangtuanya akan melamar salah satu pegawai hotel dan sukses membuat mereka berdua terkejut, Leo memutuskannya ketika meminta salah satu pengawal memeriksa latar belakang Putik setelah berbicara dengan Agus.

Putik yang ada dihadapan Leo semakin bingung dengan sikap atasannya itu, tatapan takut dan tidak nyaman membuat. Leo sendiri beberapa kali menatap Putik, memikirkan apa keputusannya ini sudah benar atau tidak. Leo tidak tahu apakah menyukai Putik disaat pertama kali melihatnya atau hanya perasaan kagum semata, tapi satu hal Leo ingin menikahi wanita dihadapannya untuk membuat Risa putrinya mendapatkan kasih sayang seorang pria.

“Pak, maaf apakah tidak ada lagi yang ingin dibicarakan?” tanya Putik memberanikan diri.

“Apa kamu memiliki teman pria yang lagi dekat?” tanya Leo langsung yang membuat Putik semakin bingung dengan pertanyaan Leo “Apa ada pria yang dekat dengan kamu?”

Leo tahu jika panggilan yang digunakan ke Putik bukan lagi bahasa formal layaknya atasan dan bawahan, Leo hanya ingin mencoba dekat dengan wanita yang berada dihadapannya. Satu lagi perbedaan mereka adalah usia, dimana mereka berbeda delapan tahun lebih tua Putik.

“Saya berniat serius dengan kamu, jadi saya ingin melamar kamu.” Leo berkata dengan tegas.

Putik membuka mulutnya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya “Anda melamar saya?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status