Share

D4

Leo tahu bahwa apa yang dilakukannya saat ini diluar akal sehat, melihat ekspresi dari Putik pastinya tidak salah. Leo sendiri tidak tahu perkataannya bisa dipertanggungjawabkan atau tidak, menatap Putik yang masih diam setelah pertanyaannya membuat suasana diantara mereka menjadi sunyi. Leo menatap dengan teliti apa yang membuatnya mengambil keputusan gila dengan mengajak wanita dihadapannya, banyak hal berbeda diantara mereka dan tidak yakin semua berjalan dengan sangat lancar.

“Saya menolak permintaan anda.” Putik mengatakan dengan tegas setelah cukup lama.

Leo terkejut dengan jawaban Putik “Apa alasan kamu menolak?”

“Banyak hal yang berbeda dari kita berdua dan saya tidak yakin semua akan berjalan lancar.” Putik menjawab dengan sangat masuk akal.

“Menikah pastinya akan ada perbedaan.” Leo mencoba memberikan alasan masuk akal.

Putik tersenyum membuat Leo mengangkat alisnya “Anda belum mengenal saya dengan baik, perbedaan kita jelas besar dan anda bisa mendapatkan wanita yang lebih dari saya.”

“Bagaimana kalau saya tetap maunya sama kamu? Bukankah lebih baik kamu memberikan kesempatan?”

Putik menggelengkan kepalanya “Kesempatan akan membuat anda membuang waktu percuma.” 

“Kalau saya yang menginginkan? Bukankah tidak masalah buat kamu? Wanita hanya tinggal diam menunggu pria bergerak dan saat ini saya bergerak mendapatkan kamu.” Leo masih dengan pendapatnya.

“Boleh saya tahu alasan anda melamar saya?”

Leo terdiam tidak menyangka mendapatkan pertanyaan tiba-tiba seperti ini dari Putik “Jika saya bilang cinta kamu pasti tidak akan percaya, tapi nyatanya saya menyukai kamu saat pertama kali melihat dan setelah mengantarkan pulang saya semakin yakin dengan perasaan ini.”

Putik tersenyum kecil “Anda hanya penasaran dengan kehidupan saya dan Risa bukan perasaan cinta.”

“Bagaimana kalau saya membuktikan bahwa perasaan ini adalah cinta?” Leo menantang Putik yang menelan saliva kasar.

“Saya rasa pembicaraan ini tidak akan ada ujungnya, tapi mohon maaf saya tidak bisa melakukannya. Anda lebih baik mencari wanita lain, dan itu bukan saya. Permisi.”

Putik keluar dari ruangan Leo, menatap punggung Putik dan selanjutnya membaca berkas milik wanita itu yang ada diatas meja. Hembusan nafas terdengar saat mengingat pembicaraan mereka, sesuatu hal gila telah Leo lakukan, perkataan Putik memang benar mungkin bukan cinta hanya penasaran atau kagum dengan apa yang dialaminya. 

Kedua orang tua Leo kemarin juga sudah bertanya dan meyakinkan dirinya agar tidak salah dalam melangkah, perasaan dan pikiran sering bertolak belakang. Leo yang tidak mendengarkan mereka saat ini menyetujuinya, sikap dan jawaban Putik sudah menjadi jawaban yang paling benar Dari semua pernyataan secara tiba-tiba.

Memilih kembali fokus pada pekerjaan, tidak peduli dengan kejadian beberapa menit lalu. Pekerjaan yang banyak membuat Leo akhirnya melupakan apa yang terjadi, ketukan pintu menyadarkan Leo jika terlalu lama berada dalam ruangan. Boy masuk kedalam ruangannya dengan membawa beberapa berkas, Leo mengerutkan keningnya melihat kedatangan Boy secara tiba-tiba. Boy adalah putra dari istri pertama kakaknya Tian, bukan anaknya yang saat ini, datang ke kantor pasti ada suatu hal yang penting.

“Kata mami kamu butuh tempat penitipan anak.” Boy membuka suara membuat Leo menatap bingung “Mami hubungi aku tadi, kamu tahu kalau Zee membuat penitipan anak beberapa bulan lalu.”

“Memang mau buat siapa?” tanya Leo penasaran.

Boy memutar bola matanya malas “Kamu tanya mami mau buat apa?”

Leo terdiam dan memikirkannya lama, seketika teringat dengan Risa yang tidak lain adalah putri dari Putik “Bayar berapa?” tanya Leo langsung.

“Memang buat siapa dulu?” Boy memandang penuh selidik “Aku harus tahu.”

“Jangan kepo kaya yang lain, Mas.” Leo memutar bola matanya malas “Jadi bayar berapa?”

“Mami yang bayar.” Leo membelalakkan matanya mendengar jawaban Boy “Kalau mami yang bayar bisa dibilang dia istimewa, kamu lagi suka sama cewek? Jangan bilang dia udah punya anak?”

Leo tidak ingin menanggapi pertanyaan Boy yang tidak penting “Karyawan sini, rasanya kurang pantas kalau ada anak kecil ikut kerja. Ketahuan sama dinas bisa bahaya nantinya, walaupun disembunyikan di ruang karyawan tapi tetap saja.”

Boy membelalakkan matanya mendengar penjelasan Leo “Mami pasti yang membuat kebijakan itu.” Leo mengangguk “Pantas dia yang bayar, tapi kamu nggak suka sama dia kan?” Leo memilih diam “Astaga, bisa nggak sih kalian normal gitu suka sama orang. Ketemu langsung ajak nikah atau suka sama tu cewek, terus kalau yang cewek harus menghadapi banyak masalah. Kita lagi dikutuk.bukan sih?”

Membicarakan masalah seperti ini pada Boy tidak ada habisnya, Leo membutuhkan banyak waktu membicarakan banyak hal dengan Boy. Boy memang usianya lebih tua dibandingkan dirinya dan Lucas, tapi bisa mengimbangi mereka berdua dalam berbicara, meskipun masih ada sisi menjengkelkannya seperti Tian.

“Nanti aku bilang sama staf HRD mengenai keputusan ini.” Leo berdiri bersamaan dengan Boy “Makasih, Mas.”

Leo menatap punggung Boy yang keluar dari ruangan, menghembuskan nafas panjang dan langsung memanggil Agus untuk memanggil bagian HRD. Leo perlu banyak bicara mengenai Putik terutama penilaian dan juga putrinya yang ada di hotel, sambil menunggu Leo memilih mengerjakan pekerjaannya yang tertunda. Tidak lama kemudian kepala HRD menemui Leo dengan membawa berkas yang dibutuhkan, mulai membahas mengenai Putik termasuk untuk jangka panjangnya nanti. Leo menyadari satu hal jika sebelumnya memang mengalami ketakutan jika suatu saat dinas datang melihat seluruh hotel, keberadaan putri Putik memang tidak berdampak pada pekerjaan yang lain, tapi tetap membuat penilaian berkurang. Leo meminta HRD menyampaikan pada Putik mengenai keputusannya ini, Leo melakukan ini bukan karena ditolak tapi ingin kenyamanan untuk mereka berdua.

Waktu berjalan sangat cepat membuat Leo harus pulang, melangkah keluar menuju tempat mobilnya berada. Leo bahkan hanya bertemu dengan Irwan sekali dan Endi langsung kembali melakukan pekerjaannya yang lain, melangkah ke tempat mobilnya dan mengendarai pelan, sekali lagi melihat Putik dan Risa berada di halte. Leo menepikan mobilnya dan meminta mereka masuk, Putik dengan keras kepalanya membuat Leo memaksa dengan keluar dari mobil.

Menatap Putik yang menyamankan diri didalam mobil Leo, sedikit tersenyum bagaimana Putik bergerak dan berusaha untuk terlihat nyaman. Leo menatap sekilas dan sedikit bingung Putik tidak membahas tentang penitipan anak, memang tindakan Leo sangat diluar kebiasannya tapi sekali lagi meyakinkan jika ini untuk semuanya.

“Saya tidak tahu tujuan anda melakukan hal ini, tapi setidaknya saya berterima kasih untuk memastikan kenyamanan karyawannya. Saya hanya petugas bagian bawah dan tidak terlalu penting, perhatian anda dan keluarga membuat saya sedikit merasa terbebani, walaupun saya yakin kalian ikhlas membantu.” Putik menatap tidak enak pada Leo.

“Kalau masih merasa nggak enak lebih baik terima lamaranku.” Leo berkata santai.

“Berarti tidak masalah saya menolak fasilitas itu?”

“Jangan pernah menolak fasilitas yang diberikan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status