Share

Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan
Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan
Author: Putri_Lotus

Penghinaan Keluarga Mantan

"Kami dengar keluargamu bangkrut, Alin?"

 

Mendengar pertanyaan itu,  semua orang sontak terdiam. Saat ini, Alin memang sedang berkumpul bersama keluarga besar sang kekasih–sesuatu yang biasa dilakukan beberapa bulan sekali. Namun, Alin tidak menyangka berita bangkrutnya perusahaan orang tuanya akan cepat menyebar. Yang lebih membuatnya terkejut adalah, ibu kekasihnyalah yang memberinya pertanyaan itu di saat seluruh keluarga besar mereka sedang berkumpul.

"Benar, Tante. Ada yang menggelapkan uang perusahaan hingga kami kesulitan modal. Para investor juga menarik saham mereka setelah mengetahui ada masalah besar di perusahaan kami hingga akhirnya perusahaan gulung tikar," jawab Alin akhirnya–tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Hanya saja, jawaban Alin membuat wajah wanita di hadapannya seketika mengeras. Sebagai sosialita baru di kota, ibu dari Rendra itu tidak mungkin akan terus merestui hubungan anaknya jika calon besannya saja bangkrut. 

"Hah. Ternyata berita itu benar, ya,” helanya berat, “jika demikian, hari ini, tante minta kamu dan Rendra untuk menyudahi hubungan kalian disaksikan keluarga besar kami!" 

Deg!

Alin tersentak kaget. Dia tidak mengira calon mertuanya itu akan berubah pikiran dalam waktu yang sangat singkat. Tapi, mengapa?

Bukankah selama ini, wanita itu tampak menyukainya? Ia bahkan ingat beberapa bulan lalu wanita itu menyuruhnya untuk segera menikahi Rendra.

"Kenapa–"

Belum sempat Alin berbicara, wanita di hadapannya itu kembali memotong ucapannya, "Kamu masih ingin bertanya tentang alasannya? Jelas karena keluargamu sudah bangkrut, Lin. Perusahaan keluarga kami baru stabil dan kami berharap pendamping Rendra bisa membantunya nanti. Kalau kamu yang berada di sisinya, kamu justru jadi benalu.” 

Tangan Alin mengepal kuat, dia merasa sangat direndahkan oleh keluarga Rendra.

Terlebih, beberapa anggota keluarga yang biasa memperlakukannya baik, juga mulai menatapnya sinis.

"Apa yang dikatakan menantuku benar. Kami selalu melihat bibit, bebet, dan bobot," ucap Nenek sang kekasih mendadak. Tatapan tajam diarahkannya pada Alin. “Semua harus setara, sedangkan keluargamu kini jauh lebih rendah dari keluarga kami. Apa yang bisa kau lakukan nanti?” 

Mengetahui tak ada dukungan sedikit pun untuknya, Alin menoleh ke arah Rendra yang masih diam. 

"Bagaimana denganmu, Mas? Apa kamu masih bersedia mempertahankan hubungan kita?" tanya Alin pelan. Ia berharap pria itu diam-diam mengatur rencana untuk membelanya.

Namun, harapannya pupus kala mendengar ucapan pria itu.

"Maaf, Lin. Sebaiknya, kita sudahi saja hubungan kita  karena aku tidak mungkin hidup dengan orang yang berada jauh di bawahku. Itu akan merepotkan.” 

“Ya, lagi pula Rendra sudah dekat dengan wanita lain yang lebih segalanya darimu, Lin," ujar ibu Rendra tiba-tiba,“keluarga kami akan melamarnya minggu depan. Jadi, kami harap kamu tidak jadi pengganggu di hubungan baru anakku.”

Tanpa sadar,  mata Alin berkaca-kaca setelah mendengar pernyataan Rendra dan Ibunya. Dia sangat kecewa dengan sikap Rendra yang berbalik seratus delapan puluh derajat padanya. Padahal, pria itulah yang mengejar-ngejar dirinya dan menghujaninya perhatian.

Namun, Alin menahan emosinya. Dengan penuh ketenangan, ia bertanya dengan dingin, “Jadi, selama ini kamu mendekatiku hanya karena harta?" 

"Ternyata kamu bodoh, ya! Aku tidak mungkin menikah dengan wanita yang hanya modal cantik dan cinta saja!" tegas Rendra.

"Justru, kalian yang akan malu karena memiliki pikiran yang sempit,” balas Alin berani, “Apa di mata kalian hanya harta yang menjadi penentu derajat seseorang?" 

Mendengar ucapan menantang dari Alin, semua tersentak.

Bahkan, ayah Rendra yang sedari tadi diam pun menjadi terusik. Selama ini, dia memang selalu mencarikan menantu yang kaya agar setara dengan keluarganya. Semua dilakukan agar perusahaan keluarga mereka berhasil. Lantas, apa yang salah dengan itu? Toh, buktinya mereka sudah masuk di daftar keluarga terkaya di kota mereka.  

"Kenapa kau begitu naif, Nak? Di dunia ini apa yang tidak bisa kita beli dengan harta? Mungkin, saat ini kau bisa bicara seperti itu karena kau sedang berada di bawah. Dan Om maklumi itu, tapi tolong sebaiknya kau sadar diri dan segera mundur saja dari hubungan kalian. Karena sejak kabar kebangkrutan keluargamu menyebar, Om sudah mencarikan perempuan lain yang jauh lebih kaya di atasmu!" tegasnya, “Rendra juga tampaknya lebih menyukai perempuan itu.”

"Alin, kamu itu sekarang udah jadi orang miskin. Jadi, aku saranin sebaiknya kamu sadar diri sedikitlah sama posisimu saat ini. Nggak usah belagu jadi orang!" sahut saudari perempuan Rendra pedas.

Alin kian meradang dengan hinaan demi hinaan yang terus terlontar dari mulut keluarga Rendra.

"Baiklah. Kalau itu memang mau kalian akan saya turuti. Mulai sekarang, saya tidak punya hubungan apapun lagi dengan Rendra dan kalian semua. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal,” ucap Alin penuh penekanan. 

“Saya juga tidak akan melupakan hari ini, hari di mana kalian menginjak harga diri saya hanya karena harta. Dan saya akan pastikan kalau penghinaan kalian hari ini akan jadi penyesalan untuk kalian sendiri suatu hari nanti. Camkan itu!"

Alin segera bangkit untuk meninggalkan kediaman keluarga besar Rendra. Namun, sebelum dia benar-benar melangkah ke luar, dia berbalik dan menatap seluruh keluarga Rendra. 

"Jangan lupa saat keluarga saya masih ada di atas, kalian pun juga menjilat keluarga saya. Jadi, sebenarnya di sini kalian pun sama saja, sama-sama benalu dan toxic!"

"Kurang ajar kau Alin, sudah miskin masih saja berlagak sombong!"

Namun, Alin tak menghiraukan hinaan mereka dan tetap mantap meneruskan langkahnya. 

***

Ia pergi dari rumah Nenek Rendra dengan membawa sejuta luka yang mereka torehkan.

Sakit, itulah yang saat ini Alin rasakan. 

Dia berjalan tanpa arah dan berharap nyawanya dicabut saja. 

Seolah mendengar harapan Alin, sebuah mobil tanpa sengaja menabraknya. 

Bugh!

Alin jatuh dan kepalanya membentur ke aspal. Ia merasakan kegelapan menyelimuti penglihatannya.

Sementara itu, sopir mobil yang menabrak Alin kini sangat terkejut. 

Ia langsung ke luar untuk melihat kondisi perempuan yang terkapar itu tanpa menyadari sang bos yang juga sampai keluar mobil.

“Maaf, Pak Devan. Saya–” 

Hanya saja, ucapannya terhenti kala melihat pemandangan di hadapannya. 

Bos yang selalu dingin dan tak tersentuh itu kini tampak menggulung lengan kemeja putihnya sampai siku dan menggendong perempuan asing yang tidak sadarkan diri?!

 

"Cepat bawa mobil ke rumah!" ucapnya tegas, "Nanti, panggilkan juga Dokter untuk perempuan ini!" 

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dedeh H D
wahh.. lanjut thorr, penasarann ...
goodnovel comment avatar
RESYAD
calon mertua kayak gitu udah deh nggk usah.
goodnovel comment avatar
Jihan Hamid
makin penasaran aja...maklum penggemar baru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status