DiSUKAI SILUMAN ULAR

DiSUKAI SILUMAN ULAR

By:  KARTIKA DEKA  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
3 ratings
96Chapters
8.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Akankah cinta beda dunia akan bisa bersatu? Apalagi cinta itu dialamatkan pada orang yang salah. Hal ini dialami oleh Rosa. Makhluk yang berbeda dunia dengan Hasan. Apalagi Hasan bukanlah seorang pria lajang. Cinta Rosa yang begitu besar pada Hasan, membuatnya rela melanggar aturan alam. Bahkan menjadi yang kedua pun dijalani. Apakah Rosa bisa mendapat kan cinta Hasan seutuhnya? Ikuti kisahnya di sini.

View More
DiSUKAI SILUMAN ULAR Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ai Rise Nuraeni
kapan kelanjutannya?
2022-11-14 23:16:05
2
user avatar
Sun Arni
np lanjutan gk bisa di buka ?
2022-10-26 13:55:27
0
user avatar
ROSIHAN LATIEF
menambah wawasan tentang yg ghaib
2022-09-15 19:04:10
0
96 Chapters
Pertemuan
"San, aku pulang duluan ya. Udah gerimis. Lagian sepi banget," kata Budi sembari menstater sepeda motornya."Ya udah. Aku sebentar lagi lah. Kali aja, masih ada penumpang. Belom dapet setoran buat Bini. Mana si Rehan lagi sakit," sahut Hasan. "Yo, semoga beruntung San. Aku cabut ya." Budi langsung melajukan sepeda motornya. Sekarang Hasan tinggal sendiri di Pangkalan ojek ini. Sudah beberapa hari ini sewa sepi. Sementara Hasan harus memutar otak lebih keras lagi. Memikirkan asap dapur yang harus tetap ngebul. Rumah kontrakan pun sudah menunggak, istrinya juga lagi hamil anak keduanya, ditambah Rehan anak sulungnya, sedang terserang demam. Hasan menyalakan puntung rokoknya yang masih ada setengah lagi. Tadi saat pulang makan, sengaja dia sisakan setengah, karena isi dompetnya tinggal tersisa buat beli bensin. Hasan malas, kalau harus berhutang Rokok di kedai mak Tonah yang cerewetnya kayak ayam mau bertelur. Dia menyandarkan tubuhnya yang letih di dinding pos Ronda yang telah beral
Read more
Membujuk
"Abang bangun, udah azan." Sari mengguncang lembut tubuh Hasan. Hasan hanya menggeliat, membalik badan memunggungi Sari. Wanita manis berlesung pipit itu, tak kehilangan akal. Dia juga berpindah posisi, ke hadapan Hasan yang masih dibuai mimpi. "Bang, bangun. Habis sholat, tidur lah lagi." Sari masih tetap mencoba membangunkan Hasan. "Sebentar lagi." Hasan kembali memunggungi Sari. Sari melengos melihat suaminya yang sangat sukar dibangunkan. Ditinggalkannya suaminya itu, untuk segera menunaikan sholat Subuh. Sepertinya percuma, kalau dia masih memaksa membangunkan Hasan sekarang. Sari sholat sendiri. Meski sudah menjadi kebiasaan, namun di lubuk hatinya. Teringin sangat, sholat diimami Hasan. Jangankan mengimami, bahkan Hasan sholat sendiri pun, bisa dihitung dengan jari.Sudah jam enam lewat. Sari sudah pun selesai memasak. Tapi tak jua Hasan bergeming dari peraduannya. "Bang, udah jam enam lewat." Sari kembali membangunkan Hasan. Sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi harus m
Read more
Mancing
"Kenapa kau diam, Sari? Tak mau engkau ke rumah si Fudin? Ada apa rupanya? Cerita sama Mamak. Sini lah duduk, jangan bekerja saja kerjamu. Sudah bersih pun rumah ini." Mamak Hasan mencecar Sari yang sibuk menyapu rumah mertuanya itu. "Mumpung Rehan tidur, Mak," alasan Sari. Sari memang sengaja menghindar dari mertuanya. Kalau hanya untuk membahas tentang dirinya yang malas ke rumah pamannya. Hasan sebenarnya tak begitu ambil pusing. Tapi Sari yang berperasaan sendiri. "Kau masih marah dengan si Fudin, pasal cakapnya yang dulu itu? Sudahlah, tak usah dibawa dendam. Sudah pun lama berlalu. Dulu pun karena memang salah Hasan juga. Sudah buat malu keluarga Pamanmu. Kau kan tau, si Fudin itu termasuk orang terpandang di kampung ini. Wajar saja dia marah. Jangankan orang seperti dia. Kalau Ratna seperti itu pun, pasti Mamak marah." Mamak Hasan terus menyerocos.Sari menghentikan aktifitasnya. Lalu mengambil posisi duduk di sebelah mertuanya yang lebih suka duduk di atas tikar. Dibelainya
Read more
Pasar malam?
"Maaf maaf," katanya agak tergagap dan terengah-engah. Lalu terperangah saat melihat sosok di depannya. "Rosa!" katanya terkejut. Kenapa bisa, Rosa berada di tepian sungai di malam hari begini. "Loh, Bang Hasan! Abang kok di sini?" Pertanyaan yang seharusnya dilontarkan Hasan untuk Rosa, justru Rosa yang bertanya pada Hasan."Abang mancing tadi. Kamu kenapa di sini?""Kalau mancing, mana ikannya? Pancingannya juga gak ada," kata Rosa sengaja tak menjawab pertanyaan Hasan. 'Oh iya, masih disana,' batin Hasan. "Abang tinggal tadi. Abang mau cari cacing untuk umpan." Hasan beralasan. Tentunya dia malu juga, kalau ketahuan lari karena melihat sesuatu yang tak wajar. "Kamu belum jawab pertanyaan Abang tadi. Kenapa malam-malam ke sini?" Hasan bertanya lagi. "Aku mau ke pasar malam, Bang," jawab Rosa. Tentu saja membuat kening Hasan melipat. Dimana ada pasar malam di daerah sini? Pikirnya."Pasar malam? Dimana?" "Itu, disana," jawab Rosa menunjuk ke tempat yang tak jauh dari Hasan mem
Read more
Hasil pancingan
Sampai di tempat pancingnya terpacak, alangkah terkejutnya Hasan melihat banyak ikan menggelupur di dekat jorannya. Senyumnya mengembang seketika. Cepat-cepat ditangkapnya ikan-ikan yang menggelupur itu dan memasukkan ke kantong jaring miliknya. Rosa tersenyum puas, melihat pujaan hatinya girang bukan kepalang melihat banyaknya ikan yang bisa dibawa pulang. Hasan sampai terlupa akan keganjilan yang baru saja dirasakannya. Tentang pasar malam, dan juga orang-orang yang ada di sana. Bahkan dia sendiri tak merasa aneh tentang ikan-ikan yang begitu banyak menggelupur di pinggiran sungai, saking senangnya. Akhirnya dia bisa menepati janji pada Rehan. Bahkan ikan ini lebih banyak dari bayangannya. Sampai kantong jaring miliknya penuh sesak dengan ikan sungai. "Rezekiku sedang bagus malam ini." Hasan bergumam pada dirinya sendiri. Senyum bahagia terus mengembang di wajahnya. "Rosa, Abang mau pulang. Kamu mau diantar sekalian?" tanya Hasan pada Rosa yang duduk di atas motornya, menunggu Ha
Read more
Melalaikan sholat
"Bang mandilah dulu. Sudah mau azan Subuh. Sudah sholat, baru tidur lagi," kata Sari pada Hasan yang langsung tidur menelungkup setelah menunaikan hasratnya. "Abang ngantuk, udah gak tahan lagi," sahut Hasan dengan suara yang nyaris tak terdengar. Dia sudah hampir kehilangan kesadarannya, karena kantuk berat yang mendera kedua matanya. "Sebentar saja. Mandilah dulu, biar sedikit segar mata Abang." Sari tetap merayu, namun hanya dibalas dengan dengkuran halus yang keluar dari mulut Hasan. Sari hanya bisa menggeleng melihat tingkah suaminya. Entah kapan hidayah akan datang pada suaminya itu. Suara azan mulai dikumandangkan. Sari bergegas menuju ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya dari hadats besar. Dan segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Dia tetap tak lupa mendoakan dan memohonkan hidayah buat Hasan. Sari membagi ikan-ikan yang dibawa Hasan ke dalam beberapa kantong plastik. Dia berniat ingin berbagi rezeki pada jiran tetangga kiri kanannya. Sebelum dia m
Read more
Samun menjadi korban
"Mana pasar malamnya, Bang?" tanya Sari celingukan, karena tak mendapati ada pasar malam. Bahkan bekas-bekasnya pun tak ada. Biasanya akan banyak sampah berserakan selepas pasar malam bubar, dan seluruh arena permainan dibongkar."Iya ya. Kok gak ada?" Hasan kebingungan sendiri. Digaruknya kepalanya yang tak gatal. Jelas-jelas semalam dia melihat ada pasar malam di sini, pikirnya. Tapi sekarang tak ada tampak jejaknya. "Balik aja lah Bang. Banyak nyamuk. Kasian Rehan." Hasan mengikuti Sari yang jalan di depannya. Benaknya masih kebingungan, kenapa pasar malam yang tadi malam dilihatnya tak ada lagi?"Abang mancing di sebelah mana semalam?" tanya Sari, ketika pa*t*tnya mulai didudukkan di atas motor Hasan. Hasan pun mulai akan melajukan motornya. "Di sebelah sana." Hasan menunjuk rerimbunan pohon bambu di arah belakang yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini."Ih, serem amat. Abang gak takut?" tanya Sari. Motor Hasan mulai melaju perlahan. Jalan di tepian sungai itu agak s
Read more
Kabar mengejutkan
"Abang langsung berangkat narik, ya," pamit Hasan pada Sari ketika mereka sudah sampai di rumah."Iya, jangan malam sekali pulangnya ya Bang. Entah kenapa, perasaan Adek gak enak." "Adek ini, kayak orang gak punya iman aja. Perasaan gak enak, mungkin karena Adek mau ke belakang." "Nggak kok. Bukan mules. Jantung Adek rasanya berdebar-debar." "Udah, gak usah dipikirin. Doakan aja yang baik-baik. Tidur duluan, gak usah nunggu Abang. Adek harus banyak istirahat. Kan, seharian capek ngurusin Rehan, juga yang di perut semakin besar," kata Hasan penuh perhatian pada istrinya itu."Ayah pergi kerja, ya Nak. Cepat bobok ya." Hasan mencium pipi Rehan juga Sari. "Kunci pintunya, Dek," pesan Hasan, sebelum motornya mulai melaju menuju ke pangkalan ojek lagi. "Kemana si Budi tadi?" Hasan bergumam sendiri, saat mendapati pangkalan ojek kosong. Diliriknya jam di pergelangan tangannya, waktu belum lagi menunjukkan angka sepuluh. Hasan duduk sendirian di pos ronda itu. Diambilnya gawai dari sak
Read more
Mayat Samun ditemukan
Suasana di pinggir sungai, sontak ramai. Kabar berita tentang hilangnya Samun langsung tersebar ke seluruh kampung. Masyarakat berduyun-duyun datang untuk menyaksikan langsung proses pencarian Samun. Pihak berwajib dan Tim Sar turut dikerahkan. Tim Sar membentuk ombak buatan di sekitar lokasi Samun menghilang, dengan harapan mayat Samun yang tenggelam akan muncul ke permukaan. Begitulah asumsi sementara, Samun kemungkinan tenggelam ke dasar sungai. "Coba tanya ke orang pintar. Siapa tau mayatnya disembunyikan hantu sungai.""Sungai ini sudah lama gak makan korban, mungkin si Samun jadi tumbal." "Dulu pernah ada juga orang hilang di sini, katanya penghuni sungai ini manusia ular." "Barangkali dia mau menyeberang, makanya dia buka baju.""Mungkin tadi malam tiba-tiba ada pusaran air, makanya Samun tenggelam.""Bisa jadi, orang yang pandai berenang sekalipun tak bisa keluar dari pusaran air."Berbagai macam komentar bermunculan, dari orang-orang yang menyaksikan. Masing-masing dari m
Read more
Tak ingin Hasan lupa
"Kenapa kau kejam sekali Sanca? Apa kau tak kasihan melihat istri dan anak laki-laki tadi?" "Tak usah kau menasehati aku Rosa. Tak ada bedanya dengan engkau. Engkau pun berusaha merebut hati laki-laki bernama Hasan kan?" "Kita berbeda Sanca aku sungguh-sungguh mencintai Bang Hasan. Tapi kau, kau hanya ingin melampiaskan nafsumu saja. Seharusnya, tak perlu kau membuatnya mati. Anaknya masih kecil!" "Bedanya dimana Rosa? Kalaupun kau tak membunuh si Hasan, tetap saja kau ingin memisahkan dia dari anak istrinya. Bahkan kau lebih kejam. Kalau aku, paling tidak, aku membiarkan mereka menemukan jasad laki-laki itu. Sementara kau! Kalau nanti si Hasan itu tergila-gila padamu. Dia pun akan lupa pada anak istrinya. Bukankah lebih menyakitkan? Melihat suami masih bernyawa, tapi tak mengingat istrinya!" tukas Sanca, mendebat Rosa.Makhluk bertubuh setengah ular itu merayap pergi menjauhi Rosa yang masih terpekur di rimbunan pohon bambu yang besar. Rosa tak bisa menampik kata-kata Sanca. Manak
Read more
DMCA.com Protection Status