Share

Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max
Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max
Penulis: MariaGG

bab 1

"Eh CACAT! Cepat antar makanan ke meja makan! Tuan dan nyonya tidak akan lama lagi akan turun, untuk menyambut kedatangn sang Tuan muda, dasar CACAT!" Lyra tersadar dari lamunannya, yang mengingat kembali peristiwa yang membuatnya mendapat luka, yang membuat kakinya seperti sekarang ini.

Lyra membuang nafas lekah, saat kembali mendapatkan cacian dari sesama pelayan, yang bekerja di rumah Tuan Raharja, yang dibalas Lyra dengan mengangguk mengiyakan.

Dengan pelan, Lyra berjalan pengantar makanan ke meja makan, dengan keadaan kaki yang terluka bekas luka bakar, akibat kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun lalu.

"Hati-hati, jangan sampai makanan itu jatuh dan pecah! Barang yang ada di rumah ini semuanya berharga mahal," tegur pelayan Tutik, yang kembali memarahi, Lyra. Saat melihat Lyra berjalan dengan kesusahan mengantar makanan.

"Iya Kak," Lyra hanya mengangguk, dan menuruti semua apa yang diperintahkan tanpa mencoba untuk melawan.

Lyra tidak punya pilihan lain, selain bekerja sebagai pelayan di kediaman Tuan Raharja, mengingat dirinya tidak memiliki pendidikan lebih, yang bisa membuatnya mendapat pekerjaan di luar sana.

"Cepat kalian bereskan. Tuan muda tidak lama lagi akan tiba di kediaman ini!" perintah kepala pelayan, kepada seluruh pelayan yang tengah terburu-buru menyiapkan makanan di meja makan, sebelum kedatangan sang Tuan muda.

Semua pelayan ke diaman Raharja, kemudian berbaris untuk menyambut kedatangan sang Tuan muda yang sudah 3 tahun tidak kembali. Termasuk Lyra, juga ikut berbaris setelah selesai menyusun makanan di atas meja makan.

Beberapa pelayan yang melihat Lyra, memberi tatapan jijik ke arah, Lyra. Yang ikut berdiri bersama mereka apalagi setiap mereka melihat luka bakar dikaki Lyra, membuat semua pelayan menatap tidak suka kepadanya.

"Eh CACAT! Kenapa kamu ada di sini, pergi sana! Lebih baik kamu tinggal di dapur, tidak ada yang ingin melihat mu di sini!" pelayan yang bernama Tutik, memang sangat tidak menyukai kehadiran Lyra di kediaman Tuan Raharja.

"Bagaimana bisa kepala pelayan membiarkan, wanita cacat seperti Lyra, bekerja di sini. Dan memberinya tugas menyiapkan makanan anggota keluarga di kediaman Raharja!" gerutu Tutik, yang terdengar disemua telinga pelayan yang ikut berbaris, termasuk Lyra. Tetapi Lyra mencoba mengabaikannya dengan menunduk diam, menyembunyikan wajahnya yang bersedih.

"Cih! Dasar pelayan cacat!" Tutik merasa jengkel, karena perkataannya tidak diindahkan oleh Lyra yang masih berdiri di tempatnya.

"Tutik, berhenti membuat keributan! Jangan sampai Tuan Raharja, melihat Apa yang kau lakukan saat ini," tegur kepala pelayan kepada Tutik, saat melihat Tutik masih saja mengganggu, Lyra, yang tidak melakukan kesalahan apapun kepadanya.

Tutik yang mendengar teguran dan tatapan peringatan dari kepala pelayan, menutup rapat mulutnya, dengan membuang muka dari Lyra, sembari berdiri menunggu Tuan muda tiba di kediaman Raharja.

Beberapa pelayan, nampak merapikan penampilan mereka, termasuk Tutik. Yang berpikir mungkin dapat menarik perhatian Tuan muda yang digadang akan menjadi penerus bisnis Tuan Raharja.

Tidak lama, mobil yang ditunggu semua orang berjalan masuk ke dalam halaman ke diaman Raharja, menampilkan sesosok pria matang berjalan keluar dengan punggung tegak, menemui sang nyonya dan Tuan Raharja yang berdiri menyambutnya.

"Ayah--ibu," sapa Max, kepada kedua orang tuanya, seraya memberikan pelukan kepada ibunya.

"Max, kau akhirnya pulang nak," Nyonya Clara, nampak tersenyum senang, melihat kepulangan putra satu-satunya, yang telah memilih untuk tinggal di luar negeri.

Setelah beberapa kali nyonya Clara membujuk sang putra untuk kembali dan mengambil alih perusahaan, akhirnya Max menyetujuinya .

Max, tersenyum tipis membalas ucapan ibunya. "Tentu saja aku akan kembali, ibu. Saat melihat ibuku tersayang menangis, memintaku untuk kembali pulang," Nyonya Clara yang mendengar perkataan putranya, memberikan cubitan kecil dilengan Max yang begitu kuat. Sepertinya putranya merawat tubuhnya selama tinggal di luar negeri.

"Max, apa kau tidak ingin memberikan pelukan kepada ayah," Tuan Antoni, yang merasa cemburu melihat putranya hanya memberikan pelukan kepada istrinya, dan mengabaikannya, yang saat ini berdiri disamping Max, juga ingin ikut mendapat pelukan dari sang putra.

"Ayah ayolah, Ayah bukan lagi anak kecil yang harus Max peluk," namun walau mengatakan hal itu, Max tetap juga memberikan sebuah pelukan kepada Ayahnya, yang dibalas senyuman oleh Tuan Antoni, sembari menepuk punggung sang putra.

"Selamat pulang kembali, nak," Tuan Anthoni, nampak tersenyum senang, memukul pelan pundak Sang putra, kemudian mengajak Max untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Baiklah, lebih baik kamu segera masuk ke dalam, Max. Ibumu sudah menyiapkan berbagai hidangan, untuk menyambut kedatanganmu."

Tanpa berkata lagi, Max berjalan masuk bersama Nyonya Clara dan tuan Anthoni, menuju meja makan. Di pintu masuk, beberapa pelayan berdiri menunduk hormat, menyambut kedatangan Tuan muda Max.

"Selamat datang Tuan muda," serentak, semua pelayan menunduk hormat menyambut kedatangan Max, termasuk Lyra.

Max, tidak melirik atau menghiraukan ucapan selamat datang para pelayan, dan hanya melanjutkan langkahnya masuk, menuju meja makan. Max, melihat semua hidangan yang telah disiapkan oleh ibunya, lekas menarik sebuah kursi dan mendudukkan dirinya.

"Ibu, aku tidak tahu jika kau akan menyiapkan begitu banyak hidangan untukku, itu pasti membuatmu sangat kerepotan," Max berujar, sembari menatap Nyonya Clara.

"Tidak nak, ini semua bentuk dari rasa bahagia ibu, yang menyambut kepulanganmu."

Nyonya Clara, tersenyum-senang, mendengar pujian yang diberikan putranya kepadanya. Tanpa membuang waktu, Max menikmati hidangan sambutan yang disiapkan oleh ibunya, sebelum ke kamarnya untuk beristirahat.

***

Malamnya, Max, Rio dan Diego sahabatnya memilih untuk mengadakan pertemuan di sebuah klub, merayakan kepulangan Max yang sudah lama mereka tunggu.

"Max, berhenti. Kau minum terlalu banyak, aku tahu kau merayakan kepulanganmu, tetapi siapa yang akan mengantarmu untuk pulang malam ini," Diego mengingatkan Max, yang masih saja ingin menambah minuman di gelasnya. Mengingatkan agar, Max tidak minum terlalu banyak, yang bisa membuatnya sulit untuk mengendarai mobilnya.

Tidak mungkin Diego, ataupun Rio yang akan pengantar, Max kembali pulang, mengingat dirinya dan juga Rio saat ini, sudah mulai mabuk.

"Kalian tidak perlu memikirkanku, aku masih bisa pulang sendiri. Lagi pula aku tidak cukup mabuk, sehingga tidak bisa mengemudi untuk kembali pulang," Namun, sepertinya apa yang dikatakan Max tidaklah benar. Beberapa kali dirinya hampir saja menabrak pengendara lain yang ada di jalan saat mengemudikan mobilnya.

Untung saja itu tidak menimbulkan kecelakaan, sehingga Max bisa tiba dengan selamat dikediaman Rahaja. .

Melihat hari yang semakin larut, Max mengira jika semua penghuni rumah telah tidur, tetapi Max salah. Lyra, masih bekerja membersihkan beberapa peralatan, yang ditinggalkan oleh pelayan lainnya, dan memberikan semua pekerjaan itu kepada, Lyra.

Dalam keadaan mabuk. Max yang samar melihat punggung Lyra, terlihat begitu menggairahkan dengan tutup kepala yang menyembunyikan rambutnya, membuat Max berjalan menghampirinya dengan tersenyum licik, seraya perlahan mendekati punggung Lyra yang membelakanginya. Max kemudian memeberikan sebuah pelukan dari arah belakan, membuat Lyra sontak terkejut dan hampir berteriak, jika Max tidak dengan cepat menutup mulut Lyra.

Lyra yang saat itu tengah disibukan oleh berbagai pekerjaan, tidak menyangka akan mendapatkan tindakan seperti ini. Apa lagi itu dilakukan oleh Max, Tuan muda Raharja.

"Tuan muda apa yang anda lakukan--?" Tapi belum sempat Lyra berkata lebih, Max sudah kembali menutup mulut Lyra dan menarik paksa Lyra, untuk naik ke atas kamarnya. Kemudian Max, membanting Lyra ke tempat tidurnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status