Share

bab 4

Bruk!!

Melihat pakaian yang hendak Lyra jemur kembali kotor, Lyra hanya bisa membuang nafas menatap Tutik yang berdiri di depannya, dan mencoba untuk bersabar, dengan perlakuan yang diberikan Tutik kepadanya.

"Selesaikan segera Lyra, sebelum kepala pelayan datang dan memperingatimu," Tutik kemudian meninggalkan Lyra dengan pakaian yang kembali kotor, dan kembali masuk kedalam dapur.

"Sabar Lyra, tidak mudah untuk mencari pekerjaan dengan keadaanmu yang seperti sekarang ini," Lyra mencoba mengingatkan dirinya untuk lebih bersabar, kemudian mengambil pakaian yang telah ditendang Tutik, untuk dicuci kembali.

"Pekerjaanku sepertinya akan lama baru selesai, seharusnya ini sudah aku jemur tetapi, Kak Tutik kembali mengotorinya."

Tidak lama kepala pelayan datang menghampiri Lyra, yang saat ini bersiap untuk menjemur pakaian yang telah selesai Dia cuci kembali.

"Lyra, Kenapa kamu lama sekali mengerjakan tugas mencucimu, aku dari tadi mencarimu," ujar kepala pelayan berjalan menghampiri Lyra yang hendak keluar, dengan sekeranjang pakaian yang telah Dia cuci ulang.

"Maaf kepala pelayan, saya sedikit terlambat menyelesaikan pekerjaan saya. Pakaian tadi seharusnya sudah siap untuk saya jemur, tetapi Kak Tutik kembali mengotorinya," Lyra berharap kepala pelayan tidak menyalahkannya, dan membuatnya harus menerima pemotongan upah yang tidak seberapa, akibat perbuatan yang tidak dilakukan.

Mendengar itu, kepala pelayan hanya diam tidak menanggapi. Tutik memang selalu saja mencari masalah dengan Lyra beberapa kali, pekerjaan Lyra selalu saja disusahkan oleh Tutik. Dia juga tidak bisa memecat Tutik, selain Tuan Raharja. Apalagi Tutik merupakan anak dari pengasuh, yang dulu pernah mengurus Tuan Raharja sewaktu kecil.

"Baiklah, cepat kau selesaikan pekerjaanmu dan segera kembali ke dapur, Nyonya Clara memintamu untuk membuatkan semangkuk bubur buatanmu untuknya," ujar kepala pelayan, sebelum berbalik meninggalkan Lyra, yang masih harus melanjutkan pekerjaannya.

Mendengar apa yng disampaikan kepala pelayan, Lyra dengan segera keluar untuk menjemur pakaian, sebelum kembali untuk membuat apa yang diminta Nyonya Clara, yang tidak bisa Lyra tunda.

Lyra tidak tahu kenapa Nyonya Clara memintanya untuk membuat semangkuk bubur, yang dia tahu jika Nyonya Clara tidak menyukai makanan lunak seperti bubur, tetapi itu bukan urusan Lyra, yang hanya merupakan pelayan yang harus menuruti permintaan dari majikannya.

Setelah menyelesaikan tugas menjemurnya, Lyra kemudian berjalan masuk ke dapur untuk menyiapkan bahan membuat bubur permintaan Nyonya Clara, hanya bubur putih yang harus Lyra buat dengan tambahan sayur.

Setelah selesai membuatnya, Lyra kemudian memanggil kepala pelayan, untuk datang mengambil bubur yang di minta Nyonya Clara.

"Kepala pelayan, buburnya telah selesai saya buat, Apa saya harus meletakkannya di meja makan?" tanya Clara, menatap kepala pelayannya yang saat ini berdiri di depannya.

Mendengar perkataan Lyra, kepala pelayan meminta Lyra untuk segera menyajikannya, dan menunggunya yang akan pergi menemui Nyonya Clara.

"Lebih baik kau siapkan di meja, Lyra. Aku akan menemui Nyonya Clara untuk bertanya, apa dia menginginkan buburnya diletakkan di meja makan," ucap kepala pelayan, kemudian berjalan meninggalkan Lyra menghampiri Nyonya Clara, yang duduk di ruang tengah.

Lyra mendengar perkataan kepala pelayan, segera kembali menyiapkan bubur yang sudah selesai dibuatnya dan meletakkan diatas meja makan, seperti apa yang di perintahkan.

Saat Lyra selesai menyiapkan bubur dan bermaksud kembali untuk beristirahat di kamarnya, kepala pelayan kembali memanggilnya untuk mengantar bubur ke kamar Tuan muda.

"Lyra, Nyonya Clara memintamu untuk mengantar bubur yang selesai kau buat, ke dalam kamar Tuan muda, Max, sekarang Lyra. Tuan muda Max merasa kurang enak badan, itu kenapa Nyonya Clara memintamu untuk membuat semangkuk bubur, dan mengantarnya ke kamar tuan muda Max."

Lyra yang mendengar itu, tidak tahu harus mengatakan apa. Dirinya hanya terpaku menatap kepala pelayan yang melihat ke arahnya. Bagaimana mungkin dia harus mengantarkan semangkuk bubur yang dia buat ke kamar Tuan muda Max, yang semalam telah melecehkannya. Memikirkan ini, Lyra segera berjalan mendekat ke arah kepala pelatan untuk meminta kepada kepala pelayan, agar menyuruh pelayan lainnya mengantarkan makanan ke kamar Tuan mudah Max.

"Kepala pelayan, aku tidak bisa mengantar bubur ke kamar Tuan muda Max, kepala pelayan. Anda tahu jika kaki saya memiliki masalah, saya takut jika tuan muda Max melihat saya, itu akan membuatnya memarahi saya," Lyra memohon, berharap kepala pelayan akan mengerti dan menyuruh pelayan lainnya untuk mengantar bubur ke kamar Max, setelah mendengar penjelasannya.

"Baiklah Lyra. Karena kau tidak bisa, aku akan menyuruh Tutik untuk mengantar bubur itu ke kamar tuan muda Max."

Di lantai dua.

Tutik yang sudah berdiri di depan pintu kamar Max, dengan nampan berisi semangkuk bubur di tangannya, terlihat sedang merapikan penampilannya yang mungkin akan dilirik oleh Max.

Tutik tidak akan melewatkan kesempatan baik ini, untuk mendekati Max, yang mungkin saja akan menaruh hati kepadanya.

Tok Tok Tok

"Tuan muda Max, saya mengantarkan bubur yang diperintahkan oleh Nyonya Clara," ujar Tutik, yang menunggu Max datang membukakan pintu kamarnya.

Ceklek!

Max yang membuka pintu kamarnya, mengerutkan kening saat melihat seorang pelayan berdiri tersenyum menatapnya, dengan nampan berisi bubur yang ada di tangannya.

"Masuk dan Letakkan, kemudian kau keluar!" Perintah Max dengan dingin, yang segera dilaksanakan Tutik.

Namun setelah meletakkan apa yang diperintahkan Max, Tutik tidak keluar dari kamar Max, seperti yang diperintahkan Max. Melainkan hanya berdiri menatap ke arah Max, yang sedang memejamkan matanya dengan bersandar di atas tempat tidur.

Menyadari seseorang sedang menatapnya, Max kemudian membuka matanya, dan melihat pelayan yang tadi mengetuk pintunya, belum juga keluar.

"Tuan muda, sa..saya Tutik Tuan," ujar Tuti dengan gugup, kemudian mendekat bermaksud untuk mendudukkan dirinya di atas tempat tidur tepat disamping, Max.

Melihat apa yang ingin dilakaukan Tutik, tentu saja membuat Max, menatap jijik ka arah Tutik yang mencoba untuk mendekatinya. Max yang melihat sikap lancang Tutik, yang hendak mendudukkan dirinya di atas tempat tidurnya. Segera Max, memberi Tutik sebuah tendangan kuat, yang membuat Tutik jatuh tersungkur di lantai kamarnya, hingga menyebabkan dahinya terluka mengeluarkan darah.

Bugh!

"Arghht!"

"Tuang muda. A...apa yang anda lakukan? Kenapa Anda mendorong saya, tuan muda!" ringis Tutik, sembari menahan sakit di keningnya, yang tanpa henti mengeluarkan darah.

Max, melihat Tutik yang jatuh tersungkur dengan dahi yang terluka, mengabaikannya dan berdiri dari tempat tidurnya, menatap penuh peringatan ke arah Tutik.

"Apa yang baru saja kau lakukan! Kenapa kau begitu lancang masuk ke dalam kamar ku!" Max begitu marah, mengetahui seorang pelayan dengan lancang, berani untuk mendekatinya. Max sangat jijik melihat, Tutik, yang tanpa malu nencoba merayunya, berniat ingin mendudukkan dirinya di atas tempat tidur di dekatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status