Share

bab 5

Mendengar niatannya diketahui Max, Tutik terdiam dengan menutup rapat bibirnya. Tutik tidak menyangka akan mendapatkan reaksi tidak terduga daei Max, yang begitu marah menatap ke arahnya.

Tutik mengira jika Max, mungkin akan tertarik kepadanya, tidak seperti apa yang dia lihat saat ini. Tatapan mata Max yang terlihat ingin melenyapkannya karena telah berani untuk mencoba menggodanya.

"Ma..maafkan Tutik, Tuan muda Max. Tutik mengaku salah!" Suara gugup Tutik yang terdengar ketakutan, menundukkan kepalanya mengabaikan rasa sakit yang saat ini dia rasakan.

Tutik menunduk meminta ampun kepada Max, yang masih berdiri menatapnya dengan penuh ancaman ke arahnya. Max benar-benar marah kali ini, dengan lancang seorang pelayan berani masuk ke dalam kamarnya, untuk menggodanya.

Max mengabaikan tangisan serta permohonan maaf Tutik, dan melangkah maju menginjak telapak tangan Tutik, yang saat ini menundukkan kepala di depannya.

Krek!"

"Argghhht..!"

Terdengar suara patahan tulang dari Jari tangan Tutik, yang baru saja diinjak oleh Max sebagai peringatan, membuat Tutik menjerit kesakitan hingga membuat semua penghuni kediaman Tuhan Raharja terkejut, dan segera menghampiri kamar yang ditempati Max.

Nyonya Clara yang di lantai bawah, mendengar jeritan seseorang yang terdengar dari lantai atas kamar sang putra, dengan segera beranjak dari duduknya bermaksud untuk menghampiri asal suara yang menggema di kediamannya.

Didampingi kepala pelayang, yang membantunya untuk berjalan ke atas, tanpa mengetuk pintu, Nyonya Clara kemudian membuka pintu kamar Max, tanpa menunggu persetujuan sang putra.

Melihat apa yang terjadi di dalam kamar Sang putra, Nyonya Clara terlihat begitu terkejut, kemudian menatap tanya ke arah Max, meminta penjelasan dengan apa yang dilihatnya.

"Max, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menyiksa pelayan itu, dia adalah putri dari pengasuh yang pernah merawat ayahmu, Max," ujar Nyonya Clara, yang kemudian berjalan masuk untuk menghamoiri Tutik, dan segera membantu Tutik berdiri.

Nyonya Clara dapat melihat tangan Tutik yang gemetar menahan rasa sakit, akibat ulah putra kesayangannya yang sudah mematahkan jarinya. Melirik ke arah kepala pelayan, Nyonya Clara meminta kepala pelayan untuk membawa Tutik melakukan pemeriksaan di rumah sakit.

"Kepala pelayan bawa Tutik untuk segera mengobati lukanya, biar aku berbicara dengan Max berdua," Mendengar perintah dari Nyonya Clara, kepala pelayan kemudian menganggukan kepala dan membawa Tutik keluar dari kamar Max.

Dengan gemetar, Tutik melangkah keluar bersama kepala pelayan, dan salah satu pelayan yang ikut membantunya berjalan.

Sekilas Tutik melirik ke arah Max, yang masih memberinya tatapan mengancam. Tutik segera menundukkan kepalanya, takut jika Tuan muda kembali menghukumnya.

Setelah kepergian kepala pelayan bersama dengan Tutik, sekarang hanya tersisa Nyonya Clara berdua di dalam kamar Max, yang berdiri menatap ke arah sang putra meminta penjelasan, dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Max, Kenapa kamu mematahkan jari pelayan itu, kamu tahu jika ayahmu mengetahui ini dia bisa saja akan memarahimu," Nyonya Clara sebenarnya tidak ingin, jika suaminya mengetahui dan memarahi sang putra, tetapi melihat tangan pelayan yang bekerja di kediaman Raharja terluka parah, Nyonya Clara tidak tahan untuk tidak bertanya kepada Max, alasan Max melakukan hal itu kepada Tutik.

"Ibu, aku tidak tahu dengan cara ibu memilih pelayanan untuk bekerja di kediaman Raharja. Bagaimana mungkin Ibu bisa memelihara pelayan yang tidak tahu diri, yang dengan berani mencoba untuk merayu majikannya," Max kemudian kembali menyandarkan punggungnya di atas pembaringan, mengabaikan tatapan ibunya.

Mendengar penjelasan Max, Nyonya Clara akhirnya mengerti alasan mengapa Max tega mematahkan jari- jari Tutik, itu sebagai peringatan atas apa yang dilakukan.

"Maaf Max, Ibu tidak tahu jika pelayan itu telah berbuat kesalahan yang begitu besar. Baiklah lupakan saja tentang pelayan itu, apa kau sudah memakan bubur yang Ibu perintahkan Tutik untuk mengantar ke kamarmu?" nyonya Clara menatap Max, yang belum jawaban pertanyaannya.

Max hanya melirik ke arah mangkuk bubur yang belum di sentuhnya, Max tidak berniat untuk memakan bubur yang diantar oleh Tutik, setelah melihat sikap Tutik yang begitu lancang kepadanya. Bisa saja Tutik meletakkan sesuatu ke dalam makanannya, yang mungkin akan membuatnya menyesalinya.

"Tidak Ibu, aku tidak mau makan bubur yang diantar oleh pelayan itu. Mungkin saja pelayan itu meletakkan sesuatu ke dalam makanan yang akan aku makan," Max menjelaskan kepada ibunya, yang kemudian dibalas anggukan oleh Nyonya Clara.

"Baiklah, jika kau tidak ingin memakannya Tidak masalah, ibu akan meminta salah satu pelayan untuk membawakan kamu bubur yang baru," setelah mengatakan itu, Nyonya Clara kemudian memanggil kepala pelayan, untuk memintanya membawakan bubur yang baru ke kamar Max, dan mengambil kembli bubur yang telah diantarkan Tutik untuk segera dibuang.

Kepala pelayan dengan Sigap berjalan ke arah dapur dan meminta Lyra yang sedang menikmati sarapan paginya bersama dengan pelayan lainnya, untuk mengantarkan bubur yang diminta Nyonya Clara ke kamar Max, mendengar itu sontak saja membuat Lyra kembali terkejut menjatuhkan sendoknya, menatap mata kepala pelayan.

"Kepala pelayan, bukankah Kak Tutik baru saja mengantarkan bubur ke kamar tuan muda, mengapa Nyonya Clara kembali meminta untuk mengantarkan bubur ke kamar tuan muda Max?"

"Tutik melakukan kesalahan, Lyra. Aku harap kau juga tidak melakukan kesalahan yang bisa membuat Tuan Max, juga memberimu hukuman," Lyra yang tidak mengerti tentu saja menatap bingun kepala pelayan, tetapi saat mendengar perkataan kepala pelayan yang mengatakan, jika Tutik melakukan kesalahan hingga membuat Tuan muda Max marah kepadanya, Lyra tiba-tiba saja menjadi gugup. Lyra takut jika Tuan muda Max dapat mengenalinya, yang mungkin saja akan memberinya hukuman seperti apa yang dia lakukan kepada Tutik.

"Lyra, segera kau antarkan bubur ke kamar, Tuan Max. Jangan sampai Nyonya Clara mengeluh karena kau bekerja dengan lambat," tegur kepala pelayan saat melihat Lyra masih saja duduk, tanpa bermaksud melakukan apa yang diperintahkan Nyonya Clara, yang sudah menunggu bubur untuk Tuan muda max.

"Kepala pelayan, bagaimana jika pelayan yang lain, yang mengantarkan bubur ke kamar Tuan muda Max, aku benar tidak bisa mengantarnya kepala pelayan" Lyra masih berusaha membujuk kepala pelayan, agar memilih pelayan lain untuk menggantikannya mengantar bubur ke kamar Tuan muda Max.

"Lyra, jangan membantah dan segera laksanakan apa yang diperintahkan, jangan sampai Nyonya Clara turun menghampirimu dan memberimu sebuah hukuman," teguran kepala pelayan yang memperingati Lyra, membuat Lyra dengan terpaksa mengiyakan.

Tok Tok Tok

Dengan gugup, Lyra berdiri didepan pintu kamar Max. Berharap Tuan muda Max tidak mengenalinya, jika Lyra lah wanita yang tidur dengannya semalam.

"Permisi nyonya, ini bubur yang anda perintahkan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status