Share

Bab 6

"Permisi nyonya, ini bubur yang anda perintahkan," Lyra yng beridir dengan gugup berharap, Tuan Muda Max tidk akan mengenalinya, saat bertemu dengannya.

Lyra benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakjukan untuk menghindari pertemuannya dengan Tuan Muda Max, yang Lyra takutkan akan mengenalinya sebagai wanita yang tidrur dengannya semalam, begitu melihatnya berdiri didelannya.

"Masuklah," ucap Nona Clara, yang terdengar dari dalam kamar Tuan Muda Mas, memerintahkan Lyra untuk berjalan memasuki kamar sang Tuan Muda.

Dengan menahan rasa gugup yang saat ini dirasakannya, Lyra kemudian membuka pintu kamar Tuan Muda Max, dan berjalan masuk dengan nampan yang berisi bubur hangat di tangannya, yang dapat terlihat jelas jika saat ini Lyra sangat ketakutan.

Ceklek!

Dengan menundukkan kepalanya, Lyra kemudian berjalan menghampiri Nyonya Clara yang terlihat sedang mendudukkan dirinya di samping putranya, yang terlihat menatap ke arahnya.

Deg!!

Seketika Lyra membuang muka dan menunduk dalam untuk menghindari tatapan Max, yang saat ini mengerutkan dahi menatap ke arahnya.

"Letakkan saja di meja," titah Nyonya Clara, yang memerintahkan Lyra. Segera Lyra menganggukinya dan meletakkan bubur yang dia bawa, kemeja samping tempat tidur, Max.

Melihat pelayan yang dipertintahkannya, sudah datang membawakan bubur untuk putranya, Nyonya Clara tidak lagi memperhatikan Lyra dan hanya menatap lurus ke arah putranya, yang terlihat mengerutkan dahi melirik ke arah pelayan, yang sedang meletakkan nampan bubur diatas meja, yang ditatap, Max begitu dalam.

Saat Lyra hendak berbalik pergi untuk meninggalkan kamar Max, suara panggilan dari arah belakan menghentikan langkah kaki, Lyra.

"Kamu. Berbalik kesini."

Deg!

Lyra begitu terkejut mendengar suara yng memanggilanya, dengan perasaan gugup dan tubuh yang bergetar hebat, Lyra memberanikan dirinya untuk berbalik menatap ke arah Nyonya Clara, yang sedang memanggilnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Nyonya Clara dengan tatapan meminta Lyra menjawab pertanyaannya.

"Sa"saya mau keluar Nyonya, saya sudah meletakkan bubur yang anda minta di atas meja," ucap Lira dengan menunduk dalam mencoba untuk menghindar dari tatapan, Max, yang masih menatapnya dengan penuh selidik.

Nyonya Clara ngangguk mendengar apa yang dikatakan Lyra, yang berdiri di depannya dan kemudian mengangkat tangannya menujuk ke arah bubur, yang beberapa saat lalu diantara oleh Tutik kedalam kamar putranya.

"Kalau begitu kamu bawa sekalian bubur yang diantar oleh Tutik untuk kau buang di dapur, lain kali perintahkan kepala pelayan untuk melarang Tutik mengantarkan makanan ke kamar Tuan Muda," titah Nyonya Clara, yang segera diangguki oleh Lyra, dan perjalanan mendekat untuk mengambil bubur yang diantara oleh Tutik beberapa saat yang lalu, kemudian meletakkannya di atas nampan, sebelum Lyra kembali berbalik untuk keluar dari kamar, Max.

"Tunggu dan diam di situ!!" teriak Max, yang seketika membuat Lyra berdiri dengan kaku, memgeplkan tangan, terkejut dengan suara yang bertetiak memanggilnya dari arah belakang.

Lyra tidak menyangka jika Max akan begitu cepat mengenalinya, Lyra kemudian memejamkan matanya sesaat dengan mengepalkan telapak tangannya,.mencoba menghilangkan kegugupannya agar tidak dilihat oleh, Max.

Sedangkan Max yang melihat ke arah Lyra dengan penuh selidik, memintanya untuk berbalik menatap ke arahnya.

"Berbaliklah, aku ingin melihatmu," perintah Max, yang membuat Lira seketika menjadi takut.

Lyra tidak tahu alasan apa yang harus diberikan saat ini, agar bisa segera keluar dari kamar, Max, tapi nyonya Clara juga berada di kamar Max, yang tidak mungkin Lyra menunjukkan sikap tidak hormatnya kepada Max, dengan mengacuhkan perintahnya.

Dengan membuang nafas kasar, Lyra kemudian mencoba untuk bersikap biasa saja dan berbalik menoleh, menatap ke arah, Max, yang saat ini menyandarkan tubuhnya di punggung kepala tempat tidur dengan tatapan mata yang menusuk melihtanya.

"Kamu. Siapa namamu?" tanya Max kembali penasaran ingin menngetahui nama pelayan yang menunduk didepannya. .

Lyra kemudian menyebutkan namanya dengan gugup, tetapi masih berusaha menyembunyikan wajahnya, dengan menatap ke arah lantai kamar, max.

"Sa-saya Lyra, Tuan Muda," Lira menyebut namanya, berharap setelahnya, Max akan melepaskannya setelah mengetahui namanya.

Namun Max masih menatap Lyra dengan diam, seolah mencoba mengingat jika Lyra adalah wanita yang semalam tidur dengannya.

Max benar-benar samar mengingat wajah wanita yang semalam tidur dengannya, kecuali mengingat jika wanita yang semalam tidur dengannya memiliki sebuah tanda lahir berwarna coklat di atas payudaranya,.yang seketika membuat mata, Max, tertuju kepada dada Lyra, seolah, Max, ingin membukanya dan membuktikan jika Lyra memang adalah wanita yang semalam tidur dengannya.

"Max, Ada apa? Kenapa kau memanggil pelayan itu?" tanya nyonya Clara, yang bingung melihat putranya menanyakan nama seorang pelayan yang bekerja di kediamannya.

Nryonya Clara, melirik ke arah Lyra dengan tatapan tidak suka, menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki penampilan Lyra, yang terlihat tidak pantas jika putranya menaruh perasaan kepadanya.

"Keluarlah, dan segera buang bubur yang ada di tanganmu!" titah Nyonya Clara, meminta Lyra untuk segera keluar dari kamar putranya.

Nyonya Clara tidak ingin melihat jika putranya menaruh hati kepada seorang pelayan, yang mungkin akan merusak reputasi keluarganya jika Max menyukainya.

Nyonya Clara sangat menjunjung tinggi reputasinya dan akan memilih seorang menantu dari keluarga yang setara dengannya, jelas pelayan seperti Lyra tidak pantas untuk bersanding dengan putranya.

"Max, kenapa kau menata pelayan itu begitu lama. Jangan pernah berpikiran yang akan membuat ibu memecatnya," ucap Nyonya Clata penuh peringatan, saat melihat Lyra telah keluar dari kamar putranya.

"Mom.. apa yang Mom katakan, aku hanya ingin mengetahui namanya, dia pelayan yang bekerja di kediaman ini jadi sudah sewajarnya jika aku mengetahui nama pelayan yang ada di sini, jangan sampai aku kembali mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari pelayan-mu, Mom."

Max, terdengar menyinggung pelayan yang Tutik, yang mengantarkan bubur ke kamarnya, dan bertindak tidak sopan kepadanya, membuat Max sangat marah saat memikirkannya.

Nyonya Clara tidak lagi mengatakan apapun dan mengerti dengan apa yang dikatakan putranya, ini juga kesalahannya karena membuat Tutik, bertingkah tidak pantas kepada putranya.

Nyonyak Clara juga tidak bisa memecat Tutik, mengingat Tutik adalah putri dari pengasuh yang pernah mengasuh suaminya sejak kecil, sehingga Nyonya Clara tidak bisa melakukanny walau Tutik sudah bertingkah tidak sopan kepada putranya.

"Baiklah Max. Maafkan mom, lain kali jika kau menginginkan sesuatu. mom tidak akan meminta pelayan yang bernama Tutik Untuk mengantarkan makanan ke kamarmu, Mom mengakui kesalahan dan berharap jika kamu mau memaafkan, Mom."

Nyonya Clara kemudian mengambil bubur yang diletakkan oleh Lyra dan bermaksud untuk menyuapi, Max. Namun segera dibalas gelengan oleh Max, yang segera merebut mangkuk bubur yang ada di tangan Nyonya Clara.

"Mom, biar aku memakannya sendiri, lagi pula aku bukan anak kecil lagi Mom, aku bisa memakannya sendiri," ucap Max, kemudian segera merebut mangkuk bubur yang ada di tangan Ibunya, dan segera menghabiskan semua isi bubur di depan ibunya.

Nyonya Clara tidak menyangka jika putranya bisa memakan bubur putih, yang Nyonya Clara tahu jika, Max juga memiliki kebiasaan yang sama seperti dirinya, yang tidak menyukai makanan yang begitu lunak, maka ketika Nyonya Clara melihat Max menghabiskan bubur putih yang dia makan membuat Nyonya Clara hanya menggeleng dengan tersenyum ke arah putranya.

"Max, Mom tidak menyangka jika kebiasaanmu yang juga tidak menyukai makanan lunak seperti Mom, ternyata bisa menghabiskan semangkuk bubur putih hingga bersih, seperti yang ada di tanganmu," tunjuknya ke arah mangkuk bubur yang telah dihabiskan, Max, tanpa menyisakan sedikitpun.

Max seketika terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, dan melirik ke arah mangkuk bubur yang ada di tangannya.

"Mom, siapa yang membuat bubur ini? Bubur ini sangat enak, aku tidak menyangkan memakan dan malah menghabiskan semuanya," ucap Max, menatap tanya ke arah ibunya.

"Sepertinya pelayan yang baru saja mengantarkan bubu untukmu, dialah yang memasak makanan yang baru saja kau habiskan, jika kau menyukai masakannya, Mom akan memintanya untuk memaksakanmu makanan setiap harinya," usul Nyonya Clara, yang segera dibalas anggukan oleh Max, dan meletakkan kembali mangkuk bubur yang sudah habis kembaki ke atas meja.

"Iya Mom, suruh pelayan wanita itu untuk membuatkanku makanan setiap harinya, dan jangan pernah meminta pelayan yang satunya untuk membuatkanku makanan. Aku benar-benar merasa jijik kepadanya, Mom," pinta Max,dengan suara yang masih menahan amarah saat mengingat Apa yang dilakukan Tutik di kamarnya.

"Baiklah, Berhentilah untuk memikirkan pelayan yang sudah bersikap lancang di kamarmu. Beristirahatlah, Mom akan keluar meminta kepada Lyra, mulai saat ini membuatkan-mu makan yang kau inginkan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status