Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Eh CACAT! Cepat antar makanan ke meja makan! Tuan dan nyonya tidak akan lama lagi akan turun, untuk menyambut kedatangn sang Tuan muda, dasar CACAT!" Lyra tersadar dari lamunannya, yang mengingat kembali peristiwa yang membuatnya mendapat luka, yang membuat kakinya seperti sekarang ini.Lyra membuang nafas lekah, saat kembali mendapatkan cacian dari sesama pelayan, yang bekerja di rumah Tuan Raharja, yang dibalas Lyra dengan mengangguk mengiyakan.Dengan pelan, Lyra berjalan pengantar makanan ke meja makan, dengan keadaan kaki yang terluka bekas luka bakar, akibat kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun lalu."Hati-hati, jangan sampai makanan itu jatuh dan pecah! Barang yang ada di rumah ini semuanya berharga mahal," tegur pelayan Tutik, yang kembali memarahi, Lyra. Saat melihat Lyra berjalan dengan kesusahan mengantar makanan."Iya Kak," Lyra hanya mengangguk, dan menuruti semua apa yang diperintahkan tanpa mencoba untuk melawan.Lyra tidak punya pilihan lain, selain bekerja sebaga
Max yang dalam keadaan mabuk, tidak sepenuhnya menyadari apa yang dia lakukan kepada Lyra, namun hasrat dirinya yang menggebu melihat tubuh Lyra yang begitu menggairahkan, membuatnya mengabaikan tatapan serta permohonan mengiba Lyra kepadanya, dan melanjutkan perbuatannya dengan merobek paksa pakain yang dikenakan Lyra."Tuan muda, jangan..! Hiks Hiks, Aku mohon tuan!" pinta Lyra dengan beruraian air mata, Lyra juga menggigit bibir bawahnya untuk meredam tangisannya, yang mungkin bisa didengar oleh anggota keluarga lainnya. Namun tangisan dan permohonan Lyra, diabaikan oleh Max, yang terus saja meraba seluruh tubuh Lyra dan memaksa melepas paksa satu persatu kain yang melekat ditubuh Lyra. "Tenanglah, kau pasti akan menyukainya!" Bisik max, di telinga Lyra. Membuat Lyra semakin ketakutan saat merasakan hembusan nafas Max di lehernya. Max tersenyum nakal, saat berusaha melepas paksa pakaian yang dikenakan Lyra, dan membuangnya dengan kasar ke lantai kamar. Max cukup terpeson melihat
Beranjak dari tempat tidur, Max kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari sisa percintaannya semalam bersama dengan, Lyra. Masih terekam di dalam ingatan Max, tangisan serta permohonan yang diucapkan, Lyra, saat memintanya untuk menghentikan apa yang dia lakukan kepada Lyra, membuat Max menghentikan kegiatannya membersihkan diri dan segera melangkah keluar daei dalam kamar mandi. Max tidak mengenal, Lyra, tetapi Max mengingat wajah saat Lyra memohon dengan memanggilnya sebutan Tuan muda, membuat Max yakin, jika Lyra salah satu pelayan yang bekerja di kediaman orang tuanya.Dengan melangkah cepat, Max berjalan menuruni anak tangga untuk mencari keberadaan Lyra, namun langkah kakinya harus terhenti saat Nyonya Clara memanggilnya.Max, kamu sudah bangun nak, tidak biasanya kamu bangun sepagi ini?" tanya Nyonya Clara, menatap ke arah Max, yang saat ini terlihat sedang melihat keseliling ruangan. Melihat itu, Nyonya Clara kembali bertanya kepada Max."Ada apa Max? Ap
Bruk!! Melihat pakaian yang hendak Lyra jemur kembali kotor, Lyra hanya bisa membuang nafas menatap Tutik yang berdiri di depannya, dan mencoba untuk bersabar, dengan perlakuan yang diberikan Tutik kepadanya."Selesaikan segera Lyra, sebelum kepala pelayan datang dan memperingatimu," Tutik kemudian meninggalkan Lyra dengan pakaian yang kembali kotor, dan kembali masuk kedalam dapur. "Sabar Lyra, tidak mudah untuk mencari pekerjaan dengan keadaanmu yang seperti sekarang ini," Lyra mencoba mengingatkan dirinya untuk lebih bersabar, kemudian mengambil pakaian yang telah ditendang Tutik, untuk dicuci kembali."Pekerjaanku sepertinya akan lama baru selesai, seharusnya ini sudah aku jemur tetapi, Kak Tutik kembali mengotorinya."Tidak lama kepala pelayan datang menghampiri Lyra, yang saat ini bersiap untuk menjemur pakaian yang telah selesai Dia cuci kembali. "Lyra, Kenapa kamu lama sekali mengerjakan tugas mencucimu, aku dari tadi mencarimu," ujar kepala pelayan berjalan menghampiri Lyra
Mendengar niatannya diketahui Max, Tutik terdiam dengan menutup rapat bibirnya. Tutik tidak menyangka akan mendapatkan reaksi tidak terduga daei Max, yang begitu marah menatap ke arahnya. Tutik mengira jika Max, mungkin akan tertarik kepadanya, tidak seperti apa yang dia lihat saat ini. Tatapan mata Max yang terlihat ingin melenyapkannya karena telah berani untuk mencoba menggodanya."Ma..maafkan Tutik, Tuan muda Max. Tutik mengaku salah!" Suara gugup Tutik yang terdengar ketakutan, menundukkan kepalanya mengabaikan rasa sakit yang saat ini dia rasakan.Tutik menunduk meminta ampun kepada Max, yang masih berdiri menatapnya dengan penuh ancaman ke arahnya. Max benar-benar marah kali ini, dengan lancang seorang pelayan berani masuk ke dalam kamarnya, untuk menggodanya.Max mengabaikan tangisan serta permohonan maaf Tutik, dan melangkah maju menginjak telapak tangan Tutik, yang saat ini menundukkan kepala di depannya.Krek!""Argghhht..!"Terdengar suara patahan tulang dari Jari tangan T