Share

bab 2

Max yang dalam keadaan mabuk, tidak sepenuhnya menyadari apa yang dia lakukan kepada Lyra, namun hasrat dirinya yang menggebu melihat tubuh Lyra yang begitu menggairahkan, membuatnya mengabaikan tatapan serta permohonan mengiba Lyra kepadanya, dan melanjutkan perbuatannya dengan merobek paksa pakain yang dikenakan Lyra.

"Tuan muda, jangan..! Hiks Hiks, Aku mohon tuan!" pinta Lyra dengan beruraian air mata, Lyra juga menggigit bibir bawahnya untuk meredam tangisannya, yang mungkin bisa didengar oleh anggota keluarga lainnya.

Namun tangisan dan permohonan Lyra, diabaikan oleh Max, yang terus saja meraba seluruh tubuh Lyra dan memaksa melepas paksa satu persatu kain yang melekat ditubuh Lyra.

"Tenanglah, kau pasti akan menyukainya!" Bisik max, di telinga Lyra. Membuat Lyra semakin ketakutan saat merasakan hembusan nafas Max di lehernya.

Max tersenyum nakal, saat berusaha melepas paksa pakaian yang dikenakan Lyra, dan membuangnya dengan kasar ke lantai kamar.

Max cukup terpeson melihat kecantikan Lyra saat berhasil melepas paksa kain yang menutupi rambut Lyra.

Dengan nafsu yang sudah membutakan mata, Max. Max langsung saja mengecup satu persatu bagian tubuh Lyra, yang saat ini masih berusaha melawan, walau dirinya tidak sekuat Max.

"Tuang jangan.. Tuan, lepaskan!" Lyra yang sudah semakin melemah, hanya mampu memohon kepada, Max. Berharap Max menatap Iba kepadanya dan melepaskannya. Namun apa yang diharapkan Lyra, tidak terjadi. Max terus saja mengabaikannya dan melanjutkan aksinya.

"Berisik! Lebih baik kau diam dan menikmatinya!" bentak Max yang tidak suka mendengar tangisan, Lyra.

Max yang merasa sangat terganggu dengan penolakan Lyra, yang masih terus memberontak diatas tempat tidur miliknya, kemudian Max menarik sebuah kain dan mengikat tangan Lyra diatas kepala tempat tidur, yang akhirnya membuat perlawanan Lyra terhenti, untuk melepaskan dirinya dari kungkungan, Max.

"Tuan muda, saya mohon! Lepaskan saya! Hiks Hiks Hiks."

"Diamlah. Ini tidak akan lama, setelah itu kau boleh pergi!"

Merasa nafsunya sudah tidak tertahankan, Max dengan cepat melepas seluruh pakaian yang dia kenakan, setelah puas mencumbui tubuh Lyra.

"Tidak Tuan! Jangan--jangan lakukan itu," lirih Lyra, yang begitu ketakut saat melihat Max telah ikut membuka seluruh pakaiannya didepan, Lyra.

Tangan dan kakinya tanpa sadar gemetar merasakan kepanikan, saat melihat Max, yang sudah melepaskan seluruh pakaiannya hingga tidak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya, memandang Lyra dengan senyum seringai diwajahnya.

"Kau lebih baik diam dan melayaniku dengan baik, aku pastikan kau juga pasti akan menikmatinya."

Mendengar perkataan Max, membuat Lyra merasa terhina. Bagaimana mungkin putra Tuan Raharja bisa melakukan tindakan melecehkan kepadanya. Tidak seperti Tuan Raharja yang memiliki sikap baik kepadanya.

"Tidak tuan, Jangan--.'

Tanpa mendengar tangisan dan rintihan Lyra. Max, akhirnya melakukan apa yang membuat Lyra sangat menyesali nasibnya.

Malam yang panjang, membuat Lyra terus saja menangisi nasibnya hingga tak sadarkan diri. Berbeda dengan Max, yang entah berapa kali dia menjamah tubuh Lyra, sebelum menghempaskan tubuhnya disamping Lyra, saat akhirnya merasa puas mendapatkan apa yang dia inginkan.

***

Paginya, Lyra bangun dengan merasakan sakit yang teramat di sekujur tubuhnya, melirik ke arah samping di mana Max tertidur lelap. Lyra dapat mencium bau percintaannya bersama Max, dan kembali mengingat apa yang dilakukan Max semalam, hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

Lyra kemudian mencoba untuk bergerak turun beranjak dari tempat tidur, berharap tindakannya tidak membuat sang Tuan muda Max, terbangun dari tidurnya.

Walau merasakan nyeri teramat diseluruh tubuhnya, Lyra mencoba mengabaikan rasa sakitnya dengan perlahan berdiri, dan mengambil pakaiannya yang berserakan sudah tidak berbentuk dilantai kamar, Max.

Lyra mengingat, apa saja yang dilakukan, Max semalam kepadanya, hingga membuat Max dapat tidur terlelap, tanpa merasa terganggu dengan tangisannya semalaman.

Tanpa sadar air mata Lyra kembali menetes membasahi pipinya. Lyra bingung, Lyra tidak tau apa yang harus dia lakukan kedepannya, apa lagi tubuhnya yang sudah tidak suci lagi, telah dinodai paksa oleh majikannya sendiri.

Lyra lekas menunduk untuk mengambil pakaiannya dan mengenakannya, yang sudah robek di beberapa bagian akibat perbuatan Max. Sebelum penghuni lainnya menyadari, jika saat ini dirinya berada di kamar Max, Lyra dengan cepat melangkah kepintu kamar untuk segera meninggalkan kamar Max.

Dengan pelan Lyra membuka pintu kamar, tanpa menoleh ke arah belakan, dimana Max yang saat ini nampak tertidur lelap setelah mendapat kepuasan dari menodainya.

Walau merasakan nyeri di seluruh tubuhnya, Lyra berusaha untuk menahannya dan berjalan turun dan kembali ke kamarnya, membersihkan dirinya sebelum kembali melakukan pekerjaanya di dapur.

Didalam kamar mandi. Lyra dapat melihat jelas, bekas merah yang ada di atas dada dan juga lehernya. Lyra tahu, itu semua adalah bekas dari perbuatan sang Tuan muda, yang semalam tanpa merasa bersalah telah melecehkannya untuk mendapat kepuasan.

Lyra hanya bisa menangisi nasibnya di kamar mandi, yang harus hidup dengan penuh penderitaan. Ibunya yang meninggal saat dirinya masih kecil dan ayahnya menikah dengan seorang wanita, dan membawa seorang anak perempuan, dengan tega mengusirnya, membuat Lyra tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang Ayah, semenjak kepergian ibunya.

Puas meluapkan tangisannya di kamar mandi, Lyra kemudian memperbaiki penampilannya sebelum keluar untuk kembali bekerja

Bam Bam Bam!

"Lyra, ini sudah jam berapa dan kau masih saja dengan enaknya tidur di dalam! Dasar CACAT, cepat keluar dan cuci semua pakaian yang ada di di belakang," Tutik kembali menggedor pintu kamar Lyra, saat mendapati jika Lyra belum melaksanakan semua pekerjaan pagi ini.

"Sebentar Kak Tutik! Lyra akan keluar dan mengerjakannya," teriak Lyra dari dalam kamar, menjawab perintah Tutik.

Dilantai atas, Max yang baru saja tersadar dari tidurnya yang begitu nyenyak. Membuka matanya, saat ingatan percintaan yang dia lakukan dengan seorang wanita semalam, terulang dikepalanya.

Max, kemudian melirik ke arah sampingnya tempat tidur, dan menyadari jika apa yang terjadi semalam bukanlah mimpi, melainkan sesuatu yang nyata. Dengan penampilan kamar yang berantakan, noda merah di atas tempat tidurnya, dengan aroma bekas percintaan hebat, yang Max tidak pernah rasakan sebelumnya, membuat Max kembali ingin mengulangnya.

Max tahu apa yang dia lakukan semalam adalah kesalahan, tetapi itu adalah kesalahan terindah yang dia lakukan, mengingat kenikmatan yang dia dapat akibat kesalahan yang dia perbuat membuat Max tidak menyesali apa yang dia lakukan dan ingin kembali mengulangnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status