Share

bab 3

Beranjak dari tempat tidur, Max kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari sisa percintaannya semalam bersama dengan, Lyra. Masih terekam di dalam ingatan Max, tangisan serta permohonan yang diucapkan, Lyra, saat memintanya untuk menghentikan apa yang dia lakukan kepada Lyra, membuat Max menghentikan kegiatannya membersihkan diri dan segera melangkah keluar daei dalam kamar mandi.

Max tidak mengenal, Lyra, tetapi Max mengingat wajah saat Lyra memohon dengan memanggilnya sebutan Tuan muda, membuat Max yakin, jika Lyra salah satu pelayan yang bekerja di kediaman orang tuanya.

Dengan melangkah cepat, Max berjalan menuruni anak tangga untuk mencari keberadaan Lyra, namun langkah kakinya harus terhenti saat Nyonya Clara memanggilnya.

Max, kamu sudah bangun nak, tidak biasanya kamu bangun sepagi ini?" tanya Nyonya Clara, menatap ke arah Max, yang saat ini terlihat sedang melihat keseliling ruangan. Melihat itu, Nyonya Clara kembali bertanya kepada Max.

"Ada apa Max? Apa kau sedang mencari sesuatu? Katakanlah, biar ibu memanggil kepala pelayan untuk membantumu menemukannya," ujar Nyonya Clara yang masih berdiri di depan Sang putra. Mendengar itu, Max kemudian menoleh ke arah sang ibu dengan menggelengkan kepala.

"Tidak Bu. Aku tidak sedang mencari sesuatu. Di mana Ayah, apa Ayah masih tidur?" tanya Max, mengalihkan pertanyaan ibunya sembari mendudukkan dirinya didepan nyonya Clara.

Max tidak ingin jika Nyonya Clara mengetahui apa yang dia perbuat semalam, sehingga perbuatnya kepada salah satu pelayan di kediaman orang tuanya, diketahui oleh banyak orang termasuk Ayahnya yang mungkin akan menghukumnya.

Itu juga akan merusak reputasi Max, apa lagi Max memiliki kekasih dari kalangan model terkenal, yang saat ini berada di luar negeri. Jika kekasihnya mengetahui perbuatannya telah melecehkan seorang pelayan dengan tidur dengannya, kekasihnya pasti akan pulang menyusulnya dan itu tidak diinginkan Max, yang tau jika Ayahnya tidak menyukai kekasihnya itu.

"Ayahmu sedang berada di kamar, Max. Tidak akan lama lagi dia akan turun ke bawah," Nyonya Clara menatap Max menelisik apa yang sedang dipikirkan putranya. saat mendapati Max terlihat berbeda pagi ini.

Tak Tak Tak

Tidak lama langkah sepatu Tuan Raharja berjalan menuruni anak tangga, yang berjalan menghampiri Max, yang duduk bersama dengan Nyonya Clara.

"Max, itu Ayahmu! Apa yang ingin kau tanyakan kepada Ayahmu, bukankah tadi kau mencari Ayahmu Max," nyonya Clara kembali membuka suara, bertanya kepada Max yang duduk didepannya, mengira Max memang sedang mencari Tuan Antoni, seperti yang Max katakan.

"Ada apa Max? kenapa kau mencari Ayah," tanya Tuan Antoni, sembari menundukkan dirinya menatap ke arah Sang putra.

Max yang mendengar itu, hanya menatap sekilas sang Ayah, kemudian berucap. "Ayah, aku hanya ingin mempertanyakan masalah perusahaan, apa aku harus mulai bekerja hari ini?" tanya Max seolah membenarkan perkataan ibunya, jika dia memang sedang mencari sang Ayah.

Tuan Antoni, yang mengira jika Max ingin segera bekerja di perusahaan, tersenyum senang menanggapi perkataan putranya.

"Kenapa Max, apa kau sudah tidak sabar ingin bekerja di perusahaan hehe..," goda Tuan Antoni dengan menatap Sang putra, yang hanya terdiam.

Max tidak menanggapi perkataan Ayahnya, pikirannya saat ini hanya ingin segera mencari pelayan yang bersamanya semalam. Entah di mana pelayan itu sekarang, pikir Max. Max kemudian menolehkan kepalanya, untuk mencari keberadaan Lyra, jika Mungkin dia bisa menemukam keberadaan pelayan yang di carinya itu saat ini.

"Max, Apa kau mendengar apa yang Ayah katakan," tegur Tuan Antoni, menyadarkan Max yang saat ini tidak fokus saat mendengar Ayahnya berbicara kepadanya.

Max yang tersadar mendengar panggilan sang Ayah, menoleh untuk menatap Tuan Antoni. "Maaf Ayah, Max tidak mendengar apa yang tadi Ayah katakan," Max membung nafas, sembari memijat keningnya yang sedikit berdenyut.

Entahlah, dirinya masih saja terus memikirkan tentang pelayan yang tidur bersamanya semalam. Max tidak mengetahui, apa alasan Lyra pergi begitu saja, yang seharusnya memintanya untuk bertanggung jawab tetapi memilih menghindar darinya.

Nyonya Clara yang melihat anaknya tidak menanggapi perkataan sang suami, merasa curiga tentang kesehatan Sang putra. Berdiri dari duduknya, Nyonya Clara kemudian mendekat ke arah Max untuk memeriksa keningnya.

"Max, apa kau sakit, nak! Kembalilah ke kamarmu, ibu akan membuatkanmu bubur hangat," Clara meminta kepada Max, untuk kembali beristirahat di kamarnya, memikirkan jika mungkin kesehatan Sang putra tidak begitu baik pagi ini.

"Benar Max, dengar kata ibumu. Kau harus kembali beristirahat di kamar, lagi pula masalah pekerjaan kau bisa bekerja saat kau sudah merasa lebih baik," Tuan Raharja ikut menimpali perkataan istrinya.

Sebenarnya Max ini menolak permintaan kedua orang tuanya, karena ingin mencari keberadaan Lyra. Tetapi tidak ingin membuat orang tuanya semakin curiga, Max memilih mengiyakan dan beranjak dari duduknya untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Baiklah Ibu, kalau begitu Max akan kembali ke kamar. Maaf Ayah, sepertinya kita bisa membahas masalah perusahaan lain kali," ujar Max kepada Ayahnya, yang dibalas anggkan oleh Tuan Raharja, Max kemudian melangkah untuk kembali ke kamar.

Saat hendak menaiki anak tangga, Max tanpa sengaja bertemu dengan Lyra yang baru saja membawa beberapa pakaian untuk Dia cuci. Max terdiam, sembari melihat ke wajah Lyra yang dia yakin jika Lyra adalah pelayan yang semalam tidur bersamanya, yang juga melakukan hubungan panas dengannya di tempat tidur. Memikirkn itu, membuat tubuh Max kembali memanas.

Max ingin menghampiri Lyra, namun langkahnya dihentikan oleh panggilan Nyonya Clara, yang kembali menegur Sang putra saat melihat jika Max, Masih Berdiri di anak tangga terdiam seolah melihat sesuatu.

"Ada apa Max? Kenapa kamu masih berdiro di situ. Kembalilah nak, ibu akan segera membuatkan bubur untukmu," ujar Nyonya Clara, yang menyadarkan Max dari lamunannya. Mendengar itu, Max hanya menoleh menatap sang ibu sekilas dan kembali melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

Lyra yang tidak menyadari jika dirinya telah diperhatikan oleh Max, sibuk menyelesaikan pekerjaan mencucinya yang menumpuk. Tidak ada satupun pelayan yang ikut membantunya untuk mengerjakan tugas mencuci pakaian, hanya Lyra seorang yang mengerjakannya tanpa mencoba untuk meminta bantuan.

Hal ini karena salah satu pelayan bernama Tutik, selalu saja menghasut pelayan lainnya untuk tidak datang membantu lyra, dan membiarkan Lyra mengerjakannya sendiri. Lyra juga tidak mengeluh dan tidak mempedulikan jika tidak ada satupun pelayan yang akan membantunya.

"Lyra, kenapa kamu masih belum menyelesaikan cuciannya. Lihat itu, hari akan semakin siang dan sedikitpun pakaian belum ada yang selesai kau kerjakan," sergah Tutik, yang kembali datang menemui Lyra yang saat ini sedang mencuci pakaian dengan sendirian.

"Iya Kak Tutik, saya baru saja akan menyelesaikannya, lagi pula pakaian yang saya cuci sangat banyak dan hanya saya sendirian yang mengerjakannya," Lyra berharap, Tutik mengerti dengan keterlambatannya menyelesaikan pekerjaannya, karena keterbatasan tenaga yang dia miliki.

Selain belum sarapan, Lyra juga masih merasakan nyeri di tubuhnya akibat perbuatan Max semalam, itu membuat pekerjaan Lyra sedikit terhambat karena dirinya merasa tubuhnya kurang sehat.

"Kamu jangan mencari alasan Lyra! Lebih baik segera kau selesaikan, jika tidak. Aku akan menambah tugas pekerjaanmu hari ini," Tutik tersenyum mencibir, kemudian menendang pakaian yang sudah selesai Lyra cuci dan hendak menjemurnya.

Bruk!!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status