Share

Bab 7

Max, yang baru saja menuruni anak tangga dengan pakaian rapi yang dia kenakan, segera melangkah keluar dari kediamannya menuju mobilnya yang sudsh terarkir dengan langkah lebarnya. Sore ini, Max kembali akan berkumpul bersama kedua sahabatnya, Diego dan Rio, yang beberapa saat lalu memintanya untuk datang dan bertemu bersama.

Namun tanpa sengaja langkah, Max, yang baru saja akan keluar tiba-tiba ditabrak oleh seseorang, yang seketika membuat Max tampak marah melihat orang yang sudah dengan sengaja menabraknya.

"Apa kau tidak menggunakan matamu saat berjalan! Kenapa kau sengaja menabrak-ku, jangan bilang kamu masih ingin berusaha untuk mendekatiku!" sergah, Max dengan marah, menatap tajam ke arah Tutik, yang saat ini sudah menundukkan wajahnya di depan, Max, Tutik sangat ketakutan mendengar perkataan tajam, yang baru saja dikatakan, Max kepadanya,

Sebelumnya memang, Tutik bersalah karena telah berani merayu, Max, yang saat itu beristirahat di kamarnya, Tutik tidak memyangka Max, akan marah setelah mengetahui niatnya, dan.malah menghukumnya dengan sangat kejam. Max, ternyata seorang pria yang tidak mudah untuk dirayu, sehingga Tutik menyesali perbuatan yang telah dia lakukan kepada, Max.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja!" ucap Tutik, yang masih menundukkan wajahnya di depan Max, dan masih takut untuk menatap ke arah Max, mengingat perbuatan lancangnya yang sudah berani menggoda majikannya

"Minggir dari hadapanku! Dan jangan menghalangi langkahku!" ucap Max, yng tidak ingin mendengarkan penjelasan Tutik dan malah menendang kaki Tuti hingga membuat Tutik terjatuh ke lantai.

Bruk!!!

"Aww..!" Jerit Tutik yang terdengar sangat kesakitan saat dirinya terjatuh ke lantai, akibat tendang yang diberika, Max, kepadanya.

Max sangat tidak suka, menatap ke arah Tutik, saat tiba-tiba saja dirinyab kembali mengingat perbuatan yang sudah dilakukan, Tutik, dengan lancang menggodanya, Max tidak bisa menahan amarahnya, dan melampiaskan dengan menendang kaki Tutik, sehingga membuat Tutik terjatuh, hingga membuat dahinya kembali membentur di lantai.

"Tuan, maafkan saya, saya memang lancang sebelumnya, sa-saya minta maaf!" ucap Tutik dengan gugup, yang mengetahui kesalahannya. Tutik memundukkan kepala dengan memandang ke arah sepatu yang dikenakan, Max, Tutik masih tidak berani untuk menatap wajah, Max, yangbterlihatbakan melenyapkannya dan memilih untuk memandang ke arah sepatu yang dikenakan, Max, di mana Max saat ini masih berdiri di depannya.

"Lain kali perhatikan langkahmu. Kamu tahu, jika kamu bekerja sebagai pelayan di sini! Dan jangan pernah berani untuk berpikir bisa mendekatiku!" Cerca Max, berdiri idepan Tutik yang terlihat meringis kesakitan, menahan nyeri yang dia rasakan.

Lyra yang berdiri bersembunyi di balik pilar rumah, melihat semua apa yang dilakukan, Max kepada Tutik, Lyra tidak menyangka jika seandainya dirinya yang berada di posisi Tutik, dan mendapatkan tendangan seperti itu dari, Max, mungkin saja akan membuatnya tidak akan berani menunjukkan wajahnya di depan, Max.

Saat Lyla masih berdiri dengan memandang ke arah Tutik, yang terbaring kesakitan, tergeletak di lantai didepan Max, tiba-tiba saja Lyra merasa punggungnya tersa dingin, yang membuatnya segera mengusap lengannya, dan saat Lyra bermaksud hendak berbalik untuk kembali ke dapur, tanpa sengaja Lyra bersitatap dengan mata tajam, Max, yang menatap lurus ke arahnya, seketika membuat Lyra berdiri dengan tubuh menegang, melihat tatapan yang diberikan, Max, kepadanya.

Lyra tidak tahu jika, Max melihatnya yang saat ini masih bersembunyi, mengira jika tempatnya bersembunyi sangatlah aman dan tidak mungkin untuk seseorang dapat melihatnya, Lyra tidak mengira jika Max, ternyata bisa menemukan dirinya yang sedang bersembunyi.

Tidak ingin bersitatap dengan, Max lebih lama, Lyra kemudian hanya menundukkan wajahnya dan berbalik berjalan kembali ke dapur mengabaikan seringai licik Yang terukir jelas di bibir, Max, saat menatapnya

Max, kemudian mengalihkan tatapannya dari Lyra yang berdiri bersembunyi, dan kembali memberi tatapan tajam ke arah Tutil yang masih menangis tergugu di lantai tepat di depannya.

"Ingat, lain kali jika kau masih dengan lancang berani menggodaku, akan aku pastikan kau akan menyesalinya," ucap Max memberi peringatan kepada Tutik, yang masih tergeletak dilantai, membuat Tutik bergetar hebat mendengar peringatan yang dikatakan Max padanya.

"Iya Tuan, sekali lagi saya minta maaf! Saya janji tidak akan bersikap lancan kepada anda," ucap Tutik seraya menganggukkan kepalaz seolah menunjukkan kepada Max Jika dia memang benar tidak akan berani untuk merayu, Max lagi ke depannya.

Tutik merutuki kebodohannya karena telah lancang dan demgan beraninya menggoda, Max, yang tidak pernah dia sangka akan mendapat hukuman sekejam ini dari, Max.

Max, ternyata memiliki sifat yang berbeda dengan Tuan Anthony yang begitu baik kepada para pelayan, berbeda dengan sikap Max, yang terlihat jauh berbeda dengan sikap ramah Tuan Antoni, Membuat Tutik kembalibberpikir untuk mendekati, Max.

Setelah memberi peringatan kepada Tutik, Max, kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju mobilnya, untuk segera bertemu dengan kedua sahabatnya.

"Astaga... Tutik, apa yang terkadi dengan kepalamu! Kenapa kepalamu bisa kembali terluka?" tanya Lyra dan pelayan lainnya yang melihat Tutik berjalan masuk ke arah dapur, dan segera menghampiri Tutik untuk membantunya membersihkan luka yang terlihat mengeluarkan darah.

"Lyra!... Apa yang kau lakukan di situ, cepat bantu aku dengan mengambil obat, kau harus segera mengobati lukaku, Dasar bodoh!" Teriak Tutik, dengan marah saat melihat jika Lyra hanya berdiri diam dan melihatnya yang saat ini merasakan sakit di keningnya, tanpa bergerak untuk datang membantunya. Luka akibat benturan kuat saat dirinya terjatuh akibat tendangan yang diberikan oleh Max kepadanya

"Baik, sebentar saya akan mengambilkannya," Lyra segera berdiri untuk mengambil kotak obat yang ada didapur untuk segera membantu mengobati luka yang ada di kening Tutik.

"Kenapa Kau lambat sekali, Lyra! Apa kau senang melihatku merasa kesakitan. Kamu memang benar sangat jahat, aku harap kau kelak juga akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini!" ucap Tutik dengan marah, menyumpahi Lyra yang duduk didepannya, seketika membuat Lyra yang hendak membersihkan luka yang ada di kening Tutik, terhenti dan menatap diam ke arah Tutik.

Lyra bergidik ngeri memikirkan apa yang baru saja dikatakan Tutik, jika memang benar apa yang dikatakan Tutik kelak terjadi kepadanya, Lyra tidak bisa membayangkan seperti apa dirinya saat mendapatkan tendangan seperti apa ya diberikan, Max, kepada Tutik.

"Kenapa kau hanya diam saja, Lyra, dan bukannya cepat kau datang mengobati Lukaku! Jangan hanya melamun di situ, Dasar idiot!" serga Tutik, Saat melihat Lyra termenung dengan menatap ke arahnya.

Mendapati teguran yang diberikan oleh Tutik kepadanya, Lyra kemudian tersadar dari lamunannya dan segera kembali melanjutkan dengan menjulurkan tangannya untuk mengobati luka yang ada di kening Tutik.

"Pelan-pelan bodoh! Apa kau sengaja ingin melihatku kesakitan," ucap Tutik dengan marah, sembari menepis kasar tangan Lyra, yang hendak membantunya membuat Lyra kesakitan dibuatnya.

"Tutik, Kenapa kau menepis kasar tanganku, jika kau tidak ingin aku membanru mengobatimu, maka baiklah, aku akan menyuruh pelayan yang lain untuk datang dan membantumu mengobati lukamu," Lyrakemudian berdiribdari duduknya, dan meninggalkan Tutik yang masih menatapnya dengan benci, Lyra tidak ingin duduk lebih lama dengan Tutik, yang Lyra tau jika Tutik akan semakin menyakitinya, jika dia masih berada di dekat Tutik.

"Cepat kau panggil pelayan, yang lain untuk datang mengobatiku! Aku tidak ingin jika kau yang mengobatiku yang mungkin saja kau akan membuat lukaku semakin terasa sakit," ucap Tutik memerintahkan Lyra, yang kemudian segera Lyra kerjakan, Lyra juga tidak ingin jika dia yang harus membersihkan luka Tutik yang mungkin akan menjadi tempat Tutik melampiaskan kemarahan Tutik.

"Max, apa semalam kau baik-baik saja?" tanya Rio, yang memberikan pertanyaan kepda Max, saat melihat Max melangkah masuk kedalam ruangan dimana mereka membuat janji sore ini.

Namun Max tidak mengatakan apapun dan hanya melirik ke arah Diego, yang saat ini duduk dengan menikmati minuman yang ada di tangannya.

"Max, kenapa kau menatapku seperti itu? Maaf, semalam aku tidak bisa mengantarmu untuk kembali ke kamarmu, aku juga harus segera kembali ke apartemenku, apa lagi hari yang sudah sangat larut," jelas Diego, memberikan alasan kepada, Max, jika dirinya tidak bisa mengantar Max hingga ke kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status