Share

BROKEN
BROKEN
Penulis: Eluna

Perdebatan

Nick meremas daun pintu demi menghindari api yang berkobar di bola mata Jess. Pria itu merasa harga diri dan reputasinya sedang diinjak-injak. Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani menentang kehendaknya. Dia menoleh sekilas ke sosok perempuan yang dipunggunginya, api yang berkilat-kilat di sana telah bercampur dengan lelehan air mata. Ruang hati lelaki berkulit terang itu mendingin, sepasang netra cekungnya berubah sendu. Dengan kaki jenjang, ia berjalan gontai menuju perempuan yang berhasil menjerat hati.

“Maafkan aku, Jess!” Nick merengkuh tubuh mungil yang hanya setinggi dada itu. Perempuan itu membiarkan suaminya, tetapi juga tidak membalasnya.

“Jess, aku harus pergi. Kau harus mengerti.”

“Bagaimana kalau kau gagal? Apa kau akan tetap mengutamakan misi konyolmu itu? Aku tidak mau kau terus-terusan meninggalkanku.” Jess menjauhkan diri satu langkah dari lelaki berdarah Turki itu, pandangannya penuh tuntutan.

“Apa kau pernah mendengar kegagalanku?” tanya Nick, hening menjeda perdebatan mereka untuk sesaat.

“Tapi, Nick .…”

“Bukankah awalnya kau dan Jacob yang memberi informasi itu? Apa artinya jika bukan untuk merekomendasikan?”

“Aku hanya bercerita saja, kenapa kau jadikan misi? Lagi pula bukan aku yang menyuruhmu ke sana.” Perempuan mungil itu berkilah.

“Jangan mendebatku, Jess! Hanya tugas ini yang bisa mengembalikan kepercayaan mereka.” Tatapan mata Nick membekukan suasana.

“Baiklah, lakukan apa saja sesuai kehendakmu. Lakukan selagi bisa, pergilah, aku tidak akan melarangmu lagi.” Jess akhirnya mengalah dan berhenti mendebat suaminya.

“Benarkah?” Jess mengangguk dengan rasa kesal yang tersisa.

Senyum Nick mengembang, kening Jess yang tertutup poni dihadiahi kecupan hanga sebelum lelaki itu melangkah riang ke ruang kerja. Selembar koran pemberian Jacob Alfonso terbitan tahun 1972 diraihnya dari rak khusus bergembok berwarna silver. Otaknya mengulas kembali judul “Pembunuh Misterius”. Koran itu memuat informasi tentang suku misterius yang diduga menjadi penyebab utama kematian para turis. Orang-orang rimba itu diduga berjenis kelamin perempuan. 

Hingga detik ini, peristiwa itu belum terungkap. Pasalnya, siapa saja yang berani menginjakkan kaki ke hutan akan kehilangan nyawa secara misterius. Hal tersebut dibuktikan ketika para keluarga korban bersama dengan kepolisian tidak pernah kembali setelah melakukan penyelidikan. Akhirnya, pemerintah menutup kasus dan melarang siapa pun datang melakukan investigasi. Mereka akan dikenakan denda sebesar satu juta dolar jika melanggar ketetapan.

Nick menggerakan bola mata ke ata seperti sedang memikirkan sesuatu, kemudian beranjak setelah berkutat dengan layar ponsel. Ransel yang disiapkan jauh-jauh hari sudah berpindah ke punggungnya. Nick duduk santai di ruang tamu. Pria berusia dua puluh satu tahun itu memerhatikan istrinya yang asyik membaca majalah sambil menyeruput cokelat panas kesukaannya. Ia tahu, aktivitas tersebut hanya kedok untuk menutupi kekecewaan. Kekesalan yang terpahat di wajah perempuan itu dapat dibaca dengan mudah. 

“Nick, apa kau benar-benar akan pergi? Pikirkan sekali lagi, aku sedang mengandung anakmu.” Nick menghentikan aktivitas matanya sejenak, kemudian berjalan kecil menghampiri wanitanya.

“Maafkan aku, Jess. Aku harus pergi. Kau harus menjaga dirimu dan anak kita baik-baik. Aku akan mengirim Bill dan Velove untuk menemanimu. Aku mencintaimu.” Pemilik rambut cokelat itu memeluk Jess setelah beberapa saat menyapu lembut bibir kemerahan istrinya sebelum ia benar-benar pergi.

Derap langkah terdengar setelah beberapa saat.

“Hai, Jess, mengapa kau bersedih seperti anak kecil?” Gadis berambut ikal tersebut sontak melempar bantal kecil yang ada di sampingnya ke arah Yodas yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu bersama Gaffin. 

“Biasanya kau akan senang saat Nick pergi karena kau bebas bermain dengan teman priamu,” timpal Gaffin, mulutnya asyik mengunyah permen karet tanpa ada raut bersalah.

“Apa maksudnya?” Jess melotot, tak terima dengan apa yang dikatakan sahabat suaminya.

“Kenapa kalian berisik sekali?” Nick akhirnya bersuara.

“Jess, kami akan berangkat. Doakan kami agar bisa cepat kembali.” Nick mencium perut buncit istrinya yang dibiarkan setengah terbuka, kemudian mendaratkan kecupan hangat di setiap sisi wajah cantik itu.

“Baiklah, hati-hati. Cepat kembali, aku dan bayi menunggumu.” Akhirnya dengan berat hati, perempuan berusia dua puluh tahun itu melepas kepergian suaminya.

Entah mengapa kepergian Nick kali ini meninggalkan kesedihan di mata keabuan milik Jess. Padahal, ia telah terbiasa dengan hobi gila pria bertubuh tinggi itu. Nick bukan hanya seorang penjelajah dan pemburu benda-benda langka, tetapi ia juga memiliki rasa penasaran setiap kali mendengar mitos-mitos yang beredar di telinga. Ia tak segan merogoh kocek yang dalam demi sebuah misi pembuktian. Bersama Yodas dan Gaffin, Nick mengendarai mobil sport menuju markas yang terletak di pinggiran kota Brasil. Mereka bersama pilot dan tim komunitas yang berjumlah enam orang segera meluncur menggunakan kendaraan udara pribadi untuk memenuhi misi baru mereka.

“Semoga sukses! Jika kau berhasil, bawa emas yang banyak, ya. Kau tahu? Di sana banyak emas,” ucap Jacob seraya menepuk punggung Nick. Lelaki muda tersebut hanya tersenyum tipis. 

Sepanjang perjalanan diisi dengan kelakar receh yang kurang berguna. Nick tidak begitu menanggapi teman-temannya, sepasang netranya lebih sibuk berpijak pada pemandangan yang menakjubkan di bawah kaki. Brasil tampak memukau jika dilihat dari ketinggian. Jejeran bangunan pencakar langit yang bak miniatur memenuhi bola mata.

“Apa kau yakin, kita akan berhasil kali ini?” Yodas tiba-tiba bertanya setelah beberapa lama sibuk dengan gawainya.

“Seharusnya kita memang memiliki keyakinan seperti itu.” Nick berujar dengan ekspresi datar.

“Bagaimana kalau kita gagal?” Joe ikut bertanya, ada sedikit keraguan di maniknya.

“Hei, itu tidak mungkin. Kita itu penjelajah yang hebat, nyatanya selama ini kita selalu berhasil, kan?” Gaffin berujar dengan penuh keyakinan.

“Tapi misi kali ini berbeda. Kita bukan mencari harta karun atau benda-benda prasejarah, tetapi mencari orang-orang dari suku pedalaman yang berbahaya,” kata Steve sembari menyugar rambut gondrongnya.

“Kita pasti akan berhasil, tenanglah. Jika memang suku itu ada, kita pasti bisa menaklukkan dan menikahinya, bukan? Dengar-dengar di buku legenda, mereka sangat cantik meski usianya tua. Tenang, mereka hanya sekelompok wanita,” ujar Youvee. Gaya bicaranya yang agak sombong membuat beberapa di antara mereka ingin memuntahkan sarapan yang mereka telan tadi pagi.

“Haha! Serakah sekali kau Youvee, bahkan rakyat jelata saja akan berpikir ribuan kali untuk menikahimu.” Ejekan Lutfi berhasil membakar telinga pria berkulit putih itu.

“Kau!” Youvee mengepalkan tinju.

“Hei, jangan marah! Aku hanya bercanda,” ujar Lutfi.

“Bisakah kalian hentikan omong kosong ini?” Nick bersuara dengan nada dingin.

“Tidak ada yang salah, hanya saja kita jangan meremehkan wanita. Wanita tidak selemah yang kita pikirkan!” Sanskar berceramah, pria berdarah India itu memiliki ketakutan sendiri ketika Youvee berbicara enteng mengenai wanita.

“Dengar! Misi kita kali ini berat dan berbahaya, sudah sepatutnya kita menjaga bicara dan adab kita. Di sana mungkin ada banyak suku pedalaman, semoga kita tidak menjumpai mereka. Jangan membuat ulah yang bisa mengganggu mereka nantinya.” Semuanya tampak setuju dengan pendapat Nick. Tak terkecuali Mehmet yang sedari tadi hanya diam menyimak tanpa ekspresi, jemarinya sibuk menggilir butir-butir kecil mirip kalung yang dikenal sebagai perantara mengingat Tuhan dalam sebuah kepercayaan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rikha
Aku aksi genre aksi, lanjut ......️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status