Share

Rombongan Terpisah

Berhari-hari menempuh perjalanan, komunitas muda itu tak jua menemukan letak sungai yang dimaksud, mereka hanya berputar-putar dan selalu kembali ke tempat semula. Stok makanan sudah habis sedangkan mereka tidak tahu kapan mereka akan keluar. Nick berpikir keras untuk mendapatkan jalan yang benar, kali ini Nick merasa benar-benar dihimpit kebingungan. Sebagai ketua, ia dibebani tanggungjawab yang besar.

Lelah, Nick menuruti kemauan anggota untuk sekadar mengatur napas yang tersengal. Menuruni tanah berundak, mereka melepas penat di tanah yang datar. Satu tangkai anggur seketika menyejukkan mata, mereka terlihat seperti kawanan anjing hutan yang kelaparan.

“Berikan aku sedikit!” ucap Mehmet pada Sanskar yang berhasil mendapatkan banyak bagian.

“Hei, kenapa kau memakannya terus?” Sanskar tak menghiraukan Mehmet, ia terus mengunyah semua anggur hingga tak tersisa.

“Kenapa kau menghabiskannya sendiri, Sanskar? Satu biji pun kau tak menyisakannya untuk aku dan Nick.” Wajah Mehmet berubah kesal.

“Aku sangat lapar dan haus!” jawab Sanskar sambil menjilati sisa anggur yang membasahi tangannya. Jawaban itu membuat Mehmet spontan memukul bibirnya.

“Mehmet, apa yang kau lakukan? Di saat-saat seperti ini kau masih punya tenaga untuk memukul orang?” Nick berujar.

“Itu pantas untuk orang yang serakah,” ucap Mehmet.

“Ini, ambil. Aku belum terlalu lapar.” Youvee menunjukkan sebutir anggur yang belum dimakannya kemudian ia membelahnya menjadi dua bagian sebelum diberikan kepada Nick dan Mehmet. Steve, Lutfi, dan Sanskar menatap tak percaya pada Youvee. Ada penyesalan yang mengambang di mata mereka.

“Terima kasih, Youvee. Sungguh itu tidak perlu, makanlah sendiri untukmu. Aku tidak apa-apa!” ujar Nick.

“Lagi pula, setengah butir anggur itu tidak dapat memberikan efek apa-apa. Jika kau yang memakannya sendiri secara utuh, setidaknya itu bisa menghilangkan rasa pahit di mulutmu untuk sementara.” Mehmet menimpali, warna hitam mengkilat bola matanya menukik tajam ke arah tiga orang yang sedang salah tingkah. Akhirnya, dengan segan Youvee mengunyah buah bulat berwarna ungu pekat itu sendirian.

“Nick, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Mehmet.

“Ada yang tidak beres di sini! Kita tidak bisa menemui jalan lain, hanya berputar-putar saja.” 

“Seperti ada kekuatan tak kasat mata.” Mehmet beropini.

“Jika kita berhadapan dengan sihir lalu bagaimana kita melawannya?” Youvee bergidik ngeri, seketika ia benar-benar merasakan aura mistis menerpa.

“Berdoa hanya itu satu-satunya harapan kita!” Pandangan Mehmet beralih ke tasbih yang selalu menemaninya.

Nick meluruskan pandangan, siapa yang akan tahu wajahnya yang tenang menyimpan banyak ketakutan. Larut dengan pikiran masing-masing, suara aneh berhasil membuyarkan lamunan. Mereka mengamati sekeliling, suara liukan berasal dari kubangan air yang dikelilingi pepohonan berbatang kecil. Nick mencoba memeriksa air keruh di sana. Sekilas, lensa matanya menangkap tubuh berwarna kecokelatan. Mungkinkah itu buaya? Belum sampai menemukan jawaban, tiba-tiba sosok yang mengusik rasa penasarannya menyembul ke permukaan memberi efek kejut yang tak terduga.

“Anakonda! Lari!” Nick berkata lirih, tetapi semua orang tidak beranjak tanpa berbicara sepatah kata. Apakah mereka merasakan rasa yang sama, di mana tanah perpijakan mereka seolah berubah  menjadi perekat super premium?

“Aku tidak bisa lari, berdoalah untuk kali ini!” Mereka merapatkan kaki membentuk saf, mengikuti saran Mehmet.

Sepanjangan empat meter, hewan berwarna kehijauan itu terlihat sempurna ketika keluar dari kubangan. Merasa paling diperhatikan, jantung Steve berdebar sangat keras hingga membuat dadanya naik-turun tak beraturan. Sepasang kaki miliknya bergetar, ada cairan yang bergerak di celana jeansnya. Jika saja di hadapan mereka tidak ada anakonda, mungkin ia akan menjadi bahan ledekan kawan-kawannya. Merasa di ambang kematian, Steve memberanikan diri untuk mengambil keputusan besar. Ia berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri.

“Steve!” Kelima pemuda itu berteriak panik.

“Dasar anak bodoh!” Nick mengumpat.

Upaya Steve melarikan diri menjadi awal yang buruk, ular besar itu menjadi tergerak untuk mengejarnya. Tidak ada jalan lain bagi mereka selain harus mengikuti Steve dan mengesampingkan bahaya yang ada. Steve terjerembab di tanah yang lembab, tubuhnya bergerak mundur menghindari kontak mata ular itu. Nahas, semakin mundur semakin lembek tanah yang ada. Jangankan mundur, bergerak pun sepertinya hal yang menyulitkan.

“Sial, itu lumpur hisap!” umpat Lutfi. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain menyaksikan tubuh Steve yang perlahan tenggelam.

Beruntung, anakonda dewasa itu melarikan diri setelah tubuh Steve tertelan lumpur dengan sempurna. Sebuah keajaiban pun terjadi, mereka melihat jalan lain di balik kabut putih setipis benang. Perasaan aneh pun menyerang ketika mereka melintasi kabut. Nick meraih ponsel di saku celana, benda pipih itu kehabisan daya. Satu-satunya alat penopang asa menjadi benda tak berguna. Nick mengomel tidak karuan. Namun, pemuda itu menyadari satu keanehan, tidak ada satu pun dari temannya yang bersuara. Nick menegakkan kepala dan berputar-putar, hanya ada Mehmet yang sibuk menatap langit.

“Mehmet, ke mana mereka?” Mehmet mengangkat bahu.

“Aah, shitl! Ada apa dengan hutan ini? Tidak mungkin mereka menghilang begitu saja.”

“Mungkin kita memasuki kawasan angker.”

Nick memindai sekeliling, mungkin benar apa yang dikatakan Mehmet. Pohon-pohon di sini terlihat tidak biasa. Ukuran batang yang besar-besar dengan serat yang menjuntai ke tanah persis seperti rambut gimbal menjadikan pohon berusia puluhan tahun itu tampak memiliki roh, aura yang berbeda juga ia rasakan menerpa tengkuknya. Namun, ia segera menepisnya.

“Tidak ada tempat semacam itu, Mehmet!”

“Apa kau sungguh tidak mempercayai adanya makhluk tak kasat mata?”

“Itu semua hanya ada di negeri dongeng!”

“Bagaima—"

“Cukup, Mehmet! Hentikan bualanmu itu, kau bisa mendongengkannya pada anakmu nanti. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah ke mana mereka semua pergi dan bagaimana cara kita keluar dari tempat ini.” Mehmet menarik napas dalam-dalam, berusaha mencerna kalimat Nick yang mengusik tempramennya.

“Bagaimana kalau kita mencari jalan yang benar sambil mencari mereka.” Nick terdiam, menyerap keanehan dari kata-kata yang terlontar dari pria brewok di sampingnya. Namun, akhirnya ia mengangguk walau ada sedikit keraguan. 

***

Sejauh Youvee berpijak meninggalkan tempat keremangan di siang hari, ia baru menyadari bahwa dirinya telah terpisah dari rombongan sejauh ini. Kabut putih yang membayang di tengah pekatnya malam membuat pemuda itu tak mengira bahwa ia akan sampai ke bukit. Youvee melepas sneaker, warna hitamnya membuat telapak kakinya terasa panas. Mata sipitnya memicing, ada sekelebat bayangan yang melintas di hadapannya. Rasa penasaran mendorongnya untuk segera mengikuti. Sesosok makhluk berambut panjang berjalan di setapak yang bersisian dengan jurang, Youvee dapat melihatnya dengan jelas.

“Apakah itu perempuan yang sama, yang tadi kulihat saat masih bersama anak-anak? Mungkinkah itu .…”

Youvee terkesiap ketika perempuan itu memalingkan wajah ke arah dia mengintai. Sorot rembulan mempertegas lekuk tubuh yang ada. Youvee menelan saliva, jiwa lelakinya tiba-tiba bergejolak. Matanya tertuju pada dada yang terbungkus sehelai kain, matanya semakin liar menelanjangi semua bagian perut yang terbuka juga kain panjang yang melilit pinggang. Wanita itu melesat ke hutan ketika ia sampai ke puncak angan-angan.

Youvee berlari mengikuti perempuan misterius itu, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Apa pun caranya, ia harus segera mendapatkannya. Hilang tanpa jejak, Youvee mencebik. Ia memutuskan untuk kembali ke lintasan kecil di sana dengan kesal. Setidaknya di sana lebih aman walau diapit jurang dan tanah yang tinggi. Lima langkah berlalu, telinganya menangkap lolongan binatang yang tak asing di sekitarnya.

“Kenapa aku harus berurusan dengannya?” Sadar diri dalam bahaya, Youvee berlari sekencang-kencangnya ke sembarang arah. Tanpa alas, kakinya berdarah-darah karena menginjak materi-materi yang tajam. Alih-alih mendapatkan wanita cantik, justru bertemu serigala jelmaan malaikat maut.

“Aaauuu!”

Hewan buas berbulu hitam memekik keras kemudian berjalan ringan sambil menyeringai. Youvee terbelalak, memindai hewan yang memiliki ukuran lebih besar darinya itu dengan mudah mengepung dirinya. Youvee melihat gusar di sekeliling, kesadarannya baru pulih, ternyata ia telah terjebak di tengah hutan. Pemuda itu melangkah mundur. Namun, tidak diduga-duga, serigala malam itu langsung menancapkan cakarnya ke kaki Youvee.

“Buyao! Mama!” Satu gigitan membentuk lubang-lubang yang mengucurkan darah.

Youvee tumbang, rontanya tak berguna. Serigala itu terus membuat sumur-sumur merah di bagian tubuh yang lain. Youvee sekarat hingga taring itu menembus daging-daging yang membungkus tulang rusuknya.

“Aaaa!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sugimelati Sugimelati
Bila di filmkan pasti seru bgetts semangat ya Eluna smoga cepat sukses amin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status