Share

Bab 3

Daniel melemparkan mantelnya di atas sofa dengan asal. Kemeja hitam yang dikenakan menunjukkan tubuhnya yang jangkung dengan jelas, tapi dia tampak sangat dominan.

Mata Yasmin pun tertuju ke arah bawah. Ingatan dari dua tahun yang lalu belum sepenuhnya hilang. Dia tahu betapa seksi, liar dan berototnya tubuh di balik kemeja itu.

Dengan takut-takut, Yasmin bertanya, "Kenapa ... kamu membawaku kemari?"

Di depan Daniel yang sangat dominan, Yasmin tidak akan memberontak karena itu sama dengan cari mati.

Akan tetapi, setelah Yasmin selesai bicara, perutnya berbunyi.

Raut wajah Yasmin berubah menjadi canggung. Sejak turun dari pesawat hingga sekarang, dia bahkan belum minum air, apalagi makan malam. Lalu, sepanjang jalan dia ketakutan, jadi dia merasa sangat lelah.

"Sepertinya kamu lapar." Daniel berkata dengan suara sinis, "Keluarkan makanan!"

Di sisi lain, seorang pria paruh baya berseragam berjalan keluar, lalu meletakkan sebuah mangkuk di atas meja kopi. Di dalam mangkuk itu berisi mi yang masih mengepul.

"Tuan Daniel, mi seafoodnya sudah selesai," kata Tony Halim, si kepala pelayan. Setelah itu, dia melangkah mundur dan berdiri di tempat dengan hormat, seakan-akan dia tiada.

Akan tetapi, saat Yasmin mendengar kata "seafood", wajahnya memucat.

Dengan tatapan mata yang tajam, Daniel berkata, "Makanlah makanan malammu."

"Aku ... alergi terhadap seafood. Aku nggak bisa memakannya," jawab Yasmin dengan suara yang gemetar.

Dia benar-benar takut alerginya kambuh. Karena begitu dia memakan seafood, situasi akan menjadi sangat serius. Bahkan kalau dia tidak ditolong tepat waktu, nyawanya akan terancam! Dulu dia sudah pernah mengalaminya sekali ....

"Jadi, kamu mau menyia-nyiakan niat baikku." Tatapan mata Daniel berubah menjadi galak.

Yasmin pun sudah mengerti. Daniel sengaja, dia ingin Yasmin mati!

"Aku ng ... nggak boleh makan itu. Aku bisa mati ..." tolak Yasmin sambil melangkah mundur.

Daniel melangkah maju, kemudian menggenggam lengan Yasmin sebelum mendorongnya ke arah meja kopi. "Makan!"

"Ah!" Yasmin terjatuh ke atas meja kopi. Bahkan tas yang dipegangnya terhempas sejauh dua tiga meter.

Karena tadi Yasmin terburu-buru mematikan ponselnya, dia bahkan tidak sempat menutup tasnya dengan benar. Begitu tas tersebut terhempas, ponsel di dalam tas pun tercecer keluar.

Yasmin tidak peduli dengan lututnya yang kesakitan. Dia hanya menatap ponselnya yang terekspos dengan raut wajah yang panik.

Masalahnya, Daniel sedang berjalan menuju ke ponselnya.

Begitu Daniel mengambil ponselnya, napas dan detak jantung Yasmin sama-sama berhenti.

Setelah Daniel mengambil ponsel Yasmin, dia menyadari kalau ponsel Yasmin mati.

Daniel pun mencoba menyalakan ponsel Yasmin.

Ternyata ponsel Yasmin mati bukan karena tidak ada baterai.

"Aku ... takut Tante akan meneleponku, jadi aku mematikannya ...." Yasmin tahu Daniel sangat membenci tantenya. Daniel telah menganggap tantenya sebagai musuh.

"Sandi." Saat Daniel menoleh, tatapan matanya tampak sangat sinis.

Rasa takut yang dirasakan Yasmin telah menyebar ke lehernya dan dia hampir tidak bisa bernapas.

Namun, dia tahu makin dia merasakan perasaan ini, dia merasa makin tenang.

"Sini kubuka ...." Yasmin berjalan mendekat. Dengan hati-hati, dia mengambil ponselnya dari tangan Daniel. Kemudian, Yasmin berjalan ke arah meja kopi seakan-akan dia takut orang lain akan melihat kode sandinya.

Daniel hanya menatapnya dengan tajam sambil tersenyum sinis.

Yasmin menundukkan kepalanya untuk menekan kode sandi sambil melihat sekeliling.

Tiba-tiba, dia melempar mi seafood yang di meja kopi ke arah Daniel!

Mangkuk tersebut hanya mencapai tengah-tengah mereka berdua. Kuah mi membasahi seluruh lantai dan menghalang jalan Daniel.

Mata Daniel pun berkelip dengan ganas. Melihat wanita di depannya lari, dia pun langsung berteriak, "Tangkap dia!"

Yasmin yang terkejut berlari makin cepat.

Setelah dia berlari keluar dari aula, dia melihat pengawal di depan berlari ke arahnya. Yasmin yang ketakutan pun berbelok.

Yasmin segera menuruni tangga terbuka yang berada di sisi lain.

Akan tetapi, berlari dengan hak tinggi itu tidak nyaman, apalagi menuruni tangga.

Begitu langkah kakinya tidak stabil ....

"Ahh!" Yasmin langsung terpeleset, lalu tubuhnya berguling ke bawah. "Aaa!"

Daniel yang telah berhasil mengejar berdiri di puncak tangga. Dia menatap ke bawah dengan tatapan mata yang sinis dan menyeramkan.

Di bawah tangga, dia melihat Yasmin terbaring di lantai dan sudah tidak sadarkan diri. Dahi Yasmin juga terluka dan darah terus mengalir.

Yasmin terbangun secara mendadak seolah-olah karena dia baru bermimpi buruk.

Dia mengubah menjadi posisi duduk dan rasa pening dari kepalanya membuatnya mengerang kesakitan.

Saat dia menyentuh dahinya, dia merasakan ada kain kasa.

Dia baru teringat kalau dia terjatuh dari tangga. Ketika dia bangun, dia berada di dalam kamar yang asing ini.

Langit di luar sudah terang ....

Yasmin teringat pada sesuatu dan langsung memegang dadanya dengan panik. Dia buru-buru turun dari tempat tidur, lalu memasuki kamar mandi.

Setelah dia menutup pintu, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam branya.

Ketika dia melarikan diri, dia mengambil kesempatan menyelipkan ponselnya ke dalam bra. Untung saja ponselnya aman.

Tanpa menghiraukan situasi saat ini, Yasmin segera menghapus semua informasi tentang anak-anaknya dari ponselnya. Lagi pula, dia masih memiliki salinan di komputer rumah sewaannya.

Setelah itu, dia mengirimkan pesan kepada Tante Rita, 'Jangan meneleponku dan jangan biarkan anak-anak meneleponku. Aku lagi ada masalah kecil. Aku akan meneleponmu setelah masalahku kelar. Ingat.'

Tante Rita membalas, 'Ada apa?'

Yasmin mengetik, 'Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Tolong bantu aku jaga anak-anak.'

Setelah memberi pesan kepada Tante Rita, Yasmin baru keluar dari kamar mandi.

Yasmin melihat sekeliling kamarnya. Kamar ini terasa sangat asing, tapi ia memiliki gaya mewah yang menonjol dan membuat Yasmin mudah menebak kalau ini rumah yang megah.

Tanpa perlu memikirkannya, Yasmin tahu kalau ini adalah maksud Daniel. Apa yang ingin dia lakukan?

Tidak peduli apa yang ingin Daniel lakukan, Yasmin tidak akan tinggal di sini. Dia mau pergi!

Yasmin membuka pintu kamar, lalu berjalan sehingga dia menemukan tangga. Lantai rumah ini membuatnya hampir pusing.

Setelah dia menuruni tangga, dia bahkan tidak memedulikan tasnya lagi dan berjalan keluar sambil memegang ponselnya.

Hanya saja, sebelum dia bisa mencapai gerbang besi yang besar itu, seseorang menghalang jalannya. Yasmin yang sedang berlari bahkan hampir menabrak orang itu, kemudian dia segera melangkah mundur.

Sambil menekan rasa paniknya, Yasmin berkata, "Biarkan aku pergi."

Suara pengawal itu sedingin gunung es saat dia menjawab, "Ini pesan Tuan Daniel."

"Di ... di mana dia?"

"Aku nggak tahu."

Yasmin tahu betul bagaimanapun juga, dia tidak akan bisa keluar. Kalau begitu, apa yang harus dia lakukan?

Dia kembali ke kamarnya lagi, kemudian dia menelepon Klara. "Tante, bukankah kamu bilang Daniel sudah lama menghilang dan nggak ada di Kota Imperial lagi? Kenapa dia bisa muncul?"

Kalau Yasmin tahu Daniel berada di Kota Imperial, dia pasti tidak akan pulang!

"Itu benar! Sudah lama nggak ada kabar tentangnya. Kalau dia berada di Kota Imperial, kami nggak mungkin nggak tahu. Aku juga nggak akan nggak memberitahumu!"

Yasmin memercayai tantenya. Kalau begitu, kenapa Daniel muncul di pesta ulang tahun pernikahan Klara dan Jason?

Tidak mungkin.

Klara pernah memberi tahu Yasmin kalau Daniel sudah lama memutuskan hubungannya dengan Jason dan bahkan seluruh Keluarga Guntur. Daniel berperilaku seperti tidak akan kembali, jadi kenapa ....

Yasmin memijat keningnya karena kepalanya samar-samar terasa sakit.

Daniel datang bukan untuk menghadiri pesta itu, tapi menunggu Yasmin datang ke pesta itu dan masuk ke dalam jebakan.

Hanya saja, sudah telat bagi Yasmin untuk menyadarinya sekarang ....

"Yasmin, ada apa? Apa yang telah terjadi? Semalam aku terus meneleponmu, tapi ponselmu nggak aktif."

"... Aku baik-baik saja. Aku bertemu dengan teman lama, jadi kami pergi ke bar. Lalu, aku minum terlalu banyak ...." Yasmin berbohong karena dia tidak ingin merepotkan tantenya. Lagi pula, saat ini Daniel hanya mengganggunya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status