Share

Bab 10

Wajah Yasmin langsung menjadi merah. Dia berpikir apakah ini tujuan Daniel? Untuk mempermalukannya?

Sepertinya ini baru permulaan.

Benar saja, raut wajah Nico pun berubah. "Apa maksudnya?"

"Apa ini tamu barumu? Pantas saja sudah lama nggak melihatmu. Apa dia memberimu lebih banyak uang daripadaku?" Pria itu lanjut menghina. "Katakan padaku, berapa dia memberimu? Aku akan melipatgandakannya."

Yasmin sekali lagi melihat ke atas. Daniel masih di sana. Sambil memegang gelas birnya, dia sedang menonton kejadian ini dengan penuh minat.

"Apa yang dikatakannya benar?" Sikap Nico telah berubah.

"Masa aku berbohong? Kalau kamu nggak percaya, tanyalah orang-orang di bar ini apa aku mengatakan hal yang sebenarnya." Setelah itu, pria itu menarik seorang pelayan. Dia menunjuk Yasmin sambil bertanya, "Apa kamu mengenalnya?"

"Kenal. Dia adalah salah satu putri favorit tamu-tamu di sini," jawab pelayan itu.

Setelah itu, pria itu menarik orang lain lagi dan orang itu mengatakan hal yang sama.

Yasmin melihat sekeliling pelayan dan tamu bar ini. Ada yang sedang sibuk sendiri, lalu ada yang sedang menatapnya dengan tatapan mendambakan dan gairah.

Mereka terlihat natural, tapi Yasmin berani menjamin kalau semua orang di bar ini adalah suruhan Daniel.

Daniel kuat sekali!

Yasmin tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Dia pun bangkit, kemudian berkata, "Aku mau pergi ke toilet."

Dia tidak berani pergi dari bar. Untuk sementara, dia hanya bisa meninggalkan tempat yang berbahaya ini.

Namun, saat Yasmin baru saja masuk ke kamar mandi, pintu di belakangnya sudah didorong oleh seseorang.

Ekspresi Nico tampak penuh dengan hina. "Ternyata kamu jalang sekali!"

Yasmin menarik napas dalam-dalam, tapi dia diam saja.

"Waktu kita masih pacaran, kamu nggak membiarkanku menyentuhmu selama setengah tahun. Kamu pura-pura suci di depanku, tapi sebenarnya kamu adalah wanita jalang yang entah sudah dipakai berapa banyak pria!"

"Sudah cukup?" tanya Yasmin dengan ekspresi masam.

"Belum. Aku juga ingin mengambil apa yang kulewatkan!"

"Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Yasmin yang melihat Nico mendekatinya.

Nico langsung memerangkap Yasmin di antara dirinya dan wastafel.

"Aaa! Nico, lepaskan aku!"

"Kenapa aku nggak boleh menyentuhmu?" Nico menarik baju Yasmin dengan kuat sehingga kerahnya koyak dan menunjukkan kulit Yasmin yang putih. Pandangan itu pun membuat mata Nico berkelip.

"Nico!" Yasmin mendorong Nico dengan sekuat tenaganya dan jantungnya tidak berhenti berdebar.

Apa ada yang lebih keterlaluan daripada diperkosa oleh mantan pacar?

"Aku akan membayarmu!" Nico pun hendak mencium Yasmin.

Yasmin tentu saja tidak mengizinkannya.

Tak disangka, Nico langsung mengayunkan tangannya ke pipi Yasmin.

"Ah!" Yasmin pun terjatuh ke lantai. Kepalanya terasa pusing dan pipinya terasa perih.

Nico masih belum merasa puas. Dia menuangkan semua air di ember ke badan Yasmin.

Yasmin berteriak. Seluruh tubuhnya basah dan dia terlihat menyedihkan.

Nico hendak maju lagi, tapi kemudian ada orang yang membuka pintu kamar mandi.

Nico baru ingin naik darah, tapi ketika dia melihat pria yang masuk menyebarkan aura mengancam yang kuat, Nico pun terdiam.

Dia tidak pernah bertemu dengan pria yang bisa membuat orang takut hanya dengan tatapan matanya.

Jadi, Nico langsung pergi.

Mata sinis Daniel melirik ke arah Yasmin sambil berjalan menghampirinya dengan anggun. Sosok Daniel yang menjulang membuatnya terlihat seperti raja.

Yasmin menggigit saat dia duduk. Dia mengangkat wajahnya dan matanya berkaca-kaca. "Apa aku sudah boleh pergi?"

Daniel menatapnya dengan sinis dan menjawab, "Malam masih panjang. Di rumah bosan."

Yasmin memeluk kaki Daniel, lalu dia menangis sembari memohon, "Mempermalukanku sampai begini sudah cukup, 'kan? Kumohon, biarkan aku pergi. Kumohon ...."

Daniel mencondongkan tubuhnya untuk mencengkeram rahang Yasmin. Dia memperingati Yasmin, "Padahal aku ingin menonton adegan kesatria menolong tuan putri. Kamu benar-benar telah mengecewakanku."

Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar.

"Bicara!" marah Daniel.

"Yang sebenarnya ingin kamu lihat adalah Nico dikepung dan aku memohon padamu." Yasmin meneteskan air mata, lalu berkata, "Tapi, dia bukan orang seperti itu ...."

"Apa kamu sudah pernah disentuh?" tanya Daniel dengan suara rendah.

Yasmin langsung panik.

Kata-kata Nico pasti kedengaran oleh Daniel. Dia tahu kalau mereka tidak pernah sampai tahap itu.

Yasmin pun menebalkan mukanya, lalu menjawab, "Be ... belum ...."

"Apa aku perlu memeriksamu dulu, hm? Kalau kamu ketahuan berbohong padaku, aku akan membunuhmu!"

Sekujur tubuh Yasmin pun gemetar. "Jangan .... Mantanku sungguh nggak pernah menyentuhku. Karena itu, dia selingkuh. Semua yang kukatakan ini benar!"

Begitu Daniel memeriksanya, dia tidak hanya akan tahu kalau Yasmin sudah bukan seorang perawan, tapi dia juga akan melihat bekas luka operasi sesar di perut Yasmin.

Karena Yasmin sudah melahirkan, di mana anak-anaknya?

Akan tetapi, bagaimana Yasmin bisa menarik kembali apa yang dia telah katakan? Bagaimana dia bisa tahu kalau Daniel ingin memeriksanya?

Daniel menunduk dengan tatapan matanya yang sinis itu. Aura di sekitar perlahan-lahan terasa berbahaya. Dia seolah-olah ingin memberi wanita yang sedang berlutut di depannya itu kematian yang lambat.

Suara getar ponsel yang datang dari saku Daniel memecah suasana menakutkan ini.

Yasmin bahkan tidak berani bernapas.

Daniel melepaskan rahang Yasmin, kemudian mengeluarkan ponselnya untuk mengangkat panggilan. "Bicara."

Entah apa yang telah dikatakan orang di ujung telepon. Setelah itu, Daniel pun mengakhiri panggilan. Dia melirik sinis wanita menyedihkan yang berada di lantai sebelum melangkah pergi.

Tubuh Yasmin langsung menjadi lemas dan dia hampir jatuh ke lantai.

Menghadapi Daniel yang menakutkan selalu menghabiskan seluruh kekuatan Yasmin.

Apa Daniel sudah melepaskannya? Atau ini hanya untuk sementara?

Yasmin menopang tubuh lemahnya untuk berdiri. Sekujur tubuhnya basah. Dia sama sekali tidak boleh menetap lebih lama lagi.

Jadi, dia sudah boleh pergi, 'kan?

Yasmin keluar dari kamar mandi. Kemudian, ketika dia melewati koridor yang penuh dengan ruang VIP, kebetulan dia melihat satu adegan di salah satu ruangan.

Seorang pria ditendang ke depan Daniel. Pria itu pun menggertakkan giginya karena rasa sakit di lututnya.

"Kamu cuma pantas berbicara denganku saat berlutut." Daniel sedang duduk di sofa dan aura kuatnya terasa sangat menakutkan.

Pria itu tidak berhenti berkeringat dingin. "Aku ... aku adalah orang Keluarga Guntur. Kamu ... kamu nggak boleh memperlakukanku seperti ini!"

"Siapa yang mengutusmu untuk menyelidikiku?" tanya Daniel.

Di bawah tekanan aura Daniel yang kuat, pria itu pun hanya bisa menjawab, "Nyo ... Nyonya Klara ...."

Begitu nama Klara disebut, Yasmin melihat kilatan putih melewati pandangannya. Setelah itu, dia mendengar teriakan melengking keluar dari mulut pria itu.

"Aah!"

Daniel sangat kuat sehingga bilah dan gagang pisaunya menancap ke pergelangan tangan pria itu. Darah pun memuncrat dan langsung mewarnai karpet di ruangan menjadi merah.

Wajah Yasmin memucat karena ketakutan. Dia terus melangkah mundur, setelah itu dia berlari tanpa menoleh ke belakang.

Yasmin langsung berlari keluar dari bar. Setelah dia menghirup udara segar di luar, dia baru merasa tenang.

Daniel kejam sekali. Dia gila!

Yasmin tidak tahu apakah dia menggigil karena angin malam ini sangat dingin.

Pisau itu seakan-akan bukan menusuk pergelangan tangan pria itu, tapi tubuh Yasmin!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status