Share

Bab 9

Pintu kamar mandi dibuka tanpa peringatan. Yasmin pun berdiri di tempatnya dengan tegang. Dia menatap pria yang tiba-tiba muncul dengan gugup.

Tatapan mata Daniel tampak sinis saat dia berkata, "Kamu mengunci pintu di wilayahku? Siapa yang memberimu izin?"

Yasmin tidak menjawab karena tempat ini memang bukan kamarnya.

Seluruh Teluk Bulan, termasuk Yasmin sendiri, adalah milik Daniel.

Akan tetapi, Yasmin tidak boleh mengatakan alasan dia mengunci pintu.

"Aku ... aku takut ..." kata Yasmin dengan lemah.

Mata tajam Daniel tertuju pada ponsel yang berada di tangan Yasmin. "Berikan."

Yasmin paham maksud Daniel, dia pun menggenggam ponselnya makin erat.

Dia sungguh tidak menyangka pada waktu ini Daniel akan mendatangi kamarnya. Semua ini sangat tidak terduga ....

"Jangan membuatku mengulangi ucapanku!" Suara Daniel yang penuh ancaman menggemparkan satu kamar mandi.

Jantung Yasmin berdebar. Dia pun terpaksa menyerahkan ponselnya.

Setelah ponselnya berada di tangan Daniel, detak jantung Yasmin makin meningkat.

Dia takut Daniel akan mengetahui rahasianya ....

Ketika Daniel memeriksa ponsel Yasmin, Yasmin berkata dengan lemah, "Aku ... aku mimpi buruk. Aku sangat takut, jadi aku ingin menelepon Tante. Tapi, aku takut kamu marah, makanya nggak jadi. Lalu, kamu kebetulan masuk ...."

Yasmin sempat menghapus log panggilan terbarunya, jadi Daniel tidak akan menemukan apa-apa.

Daniel mengarahkan tatapan matanya yang tajam ke Yasmin saat berkata, "Kamu boleh coba."

Yasmin menatap balik Daniel dengan bingung.

"Apa kamu tahu apa yang akan terjadi padanya kalau dia membantumu melarikan diri?" tanya Daniel. Tatapan matanya penuh dengan amarah.

"Bukan seperti itu. Aku yang meminta Tante mengantarkan pasporku. Itu nggak ada hubungannya dengan Tante. Dia nggak tahu apa-apa! Aku ... aku berjanji padamu, lain kali aku nggak akan meneleponnya lagi ..." sumpah Yasmin.

Yasmin terlalu naif.

Daniel tidak boleh menyentuh Klara, jadi bagaimana mungkin Yasmin diizinkan untuk menghubungi Klara?

Demi keamanan tantenya, Yasmin tidak boleh menghubunginya ....

Daniel melangkah maju, lalu langsung mencengkeram wajah Yasmin. Dia memaksa Yasmin melihatnya sebelum berkata, "Ingat, jangan mengetes kesabaranku. Kamu nggak akan bisa menanggungnya. Paham?"

"Pa ... ham," jawab Yasmin dengan mata berkaca-kaca.

Ponsel Yasmin tiba-tiba berdering dan bergema di kamar mandi yang hening ini.

Pada saat yang sama, jantung Yasmin pun langsung berdebar.

Siapa? Siapa meneleponnya? Semoga bukan Tante Rita dan anak-anak. Jangan!

"Sepertinya kamu gemetar?" Daniel seakan-akan sedang bermain dengan mangsanya. Jemarinya yang sedang menggenggam rahang Yasmin dapat merasakan dengan jelas kalau Yasmin gemetaran.

"Ng ... nggak." Yasmin memalingkan wajahnya, lalu dia buru-buru hendak mengambil ponselnya. "Aku angkat telepon dulu ...."

Perlawanan Yasmin membuat Daniel marah. Daniel pun langsung menggenggam bahu Yasmin, kemudian mendorongnya ke kaca di sebelah wastafel dengan kuat. Setelah itu, terdengar suara pecah yang jatuh ke lantai ....

"Aa!" Yasmin ketakutan sampai kedua kakinya menjadi lemas.

Daniel terlalu kuat!

"Tenanglah!" Daniel menyipitkan matanya sambil melihat nomor telepon yang tidak disimpan di layar ponsel. Setelah dia menjawab panggilan, muncul suara laki-laki.

"Yasmin?"

Saat mendengar suara itu, tubuh Yasmin gemetar sedikit sebelum dia menghela napas lega di dalam hati.

Itu adalah suara mantan pacar yang Yasmin kenal sekali.

Kenapa laki-laki itu menelepon?

Namun, saat ini, selama penelepon bukanlah Tante Rita dan anak-anak, Yasmin bisa menerimanya ....

"Yasmin, sudah lama kita nggak mengobrol. Bagaimana kabarmu? Semenjak kita putus, aku sering merindukanmu. Aku nggak bisa melupakanmu ..." kata Nico.

Yasmin tertegun, lalu melirik ke arah Daniel.

"Yasmin, aku tahu kamu belum melupakanku. Kalau nggak, kamu pasti sudah mengganti nomormu, 'kan? Dengar-dengar, dua tahun lalu kamu cuti sekolah dan sudah pulang ke negara kita. Besok aku juga pulang, jadi mari kita bertemu. Bagaimana?" tanya Nico.

"Nggak perlu."

"Yasmin, kamu nggak akan bisa menemukan pria lebih baik dariku."

"Aku ...." Sebelum Yasmin sempat menolak Nico lagi, Daniel sudah mengakhiri panggilan.

Yasmin yang sedang ditatap oleh Daniel buru-buru berkata, "Dia adalah mantan pacarku dan sudah lama kita berpisah. Karena aku patah hati, aku nggak lanjut sekolah dan ambil cuti. Aku nggak menyangka dia akan mencariku. Hubungan kami benar-benar sudah berakhir."

"Kamu kira aku peduli?" ucap Daniel sambil tersenyum sinis.

Yasmin tampak malu, lalu dia melihat ponselnya yang ada di tangan Daniel.

Itu seakan-akan Yasmin sendiri. Dia telah menjadi benda yang berada di genggaman Daniel.

Daniel mendadak berkata, "Karena besok dia sudah pulang, kamu perlu menjumpainya."

Yasmin yang tidak menginginkan itu bertanya, "Kenapa aku harus pergi menjumpainya?"

"Aku bukan sedang berdiskusi denganmu."

Yasmin tidak tahu apa yang ada di dalam benak Daniel, tapi itu pasti bukan hal baik.

Firasat buruk di hatinya pun membesar.

Namun, Yasmin tidak berani menolak Daniel. Kalau tidak, Yasmin akan mati!

...

Nico membuat janji di bar.

Setelah Yasmin masuk ke bar, dia tidak hanya melihat Nico, tapi juga sosok seseorang di kursi VIP lantai dua. Sosok itu tersembunyi di dalam kegelapan dan sedang melihat ke bawah.

"Yasmin, di sini!" Nico juga sudah melihatnya.

Yasmin memalingkan wajahnya, lalu berjalan ke arah Nico.

Meskipun Yasmin telah mendapat persetujuan Daniel, dia tetap merasa gelisah.

Karena dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Daniel. Bahaya yang tidak diketahui ini membuat Yasmin gugup.

"Yasmin, lama nggak bertemu. Aku benar-benar senang dapat melihatmu lagi," kata Nico dengan emosional.

Yasmin tidak membalasnya.

Nico Harvis adalah senior Yasmin di universitas luar negeri. Nico telah mengejar Yasmin selama hampir dua bulan.

Lalu, karena mereka sama-sama orang Kota Imperial, mereka pun pacaran.

Tak disangka, kurang dari enam bulan, Yasmin malah melihat Nico bersama wanita lain di atas tempat tidur.

"Aku sudah memesankan jus beralkohol rendah untukmu. Kamu nggak pandai minum, 'kan?" Nico bertingkah seperti pacar yang perhatian.

"Ada apa kamu mencariku?" Yasmin dapat melihat kalau Nico hanya berbasa-basi dan dia juga tidak ingin menerima kebaikan apa pun dari Nico.

"Yasmin, nggak peduli aku bersama siapa, aku nggak bisa melupakanmu. Aku benar-benar menyesal. Yasmin, jadi pacarku lagi, ya. Aku janji nggak akan melakukan kesalahan itu lagi!"

"Kamu tahu kalau aku adalah orang yang nggak memberi kesempatan kedua."

"Kalau memang seperti itu, kenapa kamu mau bertemu denganku lagi? Kamu juga pasti belum bisa melupakanku!" Nico pun hendak meraih tangan Yasmin.

Namun, Yasmin segera menarik tangannya.

Matanya tertuju ke atas. Tidak peduli seberapa jauh Yasmin, dia tidak bisa mengabaikan tatapan mata yang tajam itu.

Yasmin ingin pergi!

Namun, dia tidak tahu kapan dia boleh pergi.

Kalau Yasmin belum bisa melakukan hal yang membuat Daniel puas, dia tidak bisa membantah perintah Daniel!

Sebelum Yasmin sempat mengatakan apa-apa, terdengar suara seseorang.

"Loh? Yasmin Tanoto? Aku hampir nggak bisa mengenalimu karena pakaianmu." Seorang pria berambut rapi mendekat untuk ikut mengobrol. Dia bertingkah seperti telah berpapasan dengan teman lama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status