Share

Bab 4

"Aku sudah bilang kamu pasti belum pergi. Paspor dan KTP-mu ada padaku!"

Yasmin tercengang, lalu bertanya, "Pasporku sama Tante?"

"Ya. Aku nggak bisa menghubungimu, jadi aku pergi ke hotelmu. Kenapa kamu meninggalkan paspor di hotel tak berbintang? Bahaya sekali. Aku sudah check-out kamarmu. Untuk apa kamu menginap di hotel? Tidur di rumah Tante saja."

Walaupun Yasmin ingin tidur di rumah tantenya, dia juga sudah tidak bisa. Dia sama sekali tidak bisa membebaskan diri dari genggaman Daniel.

"Tante, aku nggak bisa pergi ke rumahmu. Aku akan menginap di rumah teman selama beberapa hari. Nanti setelah aku mengambil pasporku, aku akan langsung pergi," kata Yasmin.

"Kamu sudah berapa tahun nggak pulang? Teman dari mana?"

"Teman SMA ...." Alasan Yasmin terdengar agak tidak realistis.

"Tante tahu kamu seperti ini karena hubunganmu dengan Daniel. Tapi, hal itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Kalian sudah dewasa, 'kan? Kamu juga jangan terlalu memikirkannya lagi."

Yasmin tersenyum sinis. Mereka sudah dewasa? Kalau begitu, sekarang situasi macam apa ini ...?

"Datanglah ke rumah Tante. Sudah beberapa tahun kita nggak berjumpa. Tante punya banyak hal yang ingin dibicarakan denganmu," ujar Klara.

"Nanti ... aku akan pergi mengunjungi Tante."

Setelah Yasmin mengakhiri panggilan, dia duduk di ujung tempat tidur sebelum merosot ke lantai.

Tanpa persetujuan Daniel, bagaimana Yasmin bisa pergi?

Yasmin tahu betul kalau dia tidak pergi, Daniel pasti akan membuatnya sengsara.

Bagi Daniel, tante Yasmin adalah orang ketiga yang telah merusak hubungan orang tuanya dan merepotkannya ....

Pada siang hari, Yasmin diundang ke ruang makan untuk makan siang.

Saat dia melihat makanan-makanan di meja, wajahnya agak memucat karena hampir semuanya adalah seafood.

Mahal, tapi makanan-makanan itu seperti racun.

Mata Yasmin tertuju pada sayuran hijau. Dia menyendoknya, kemudian saat dia hendak memakannya, aroma seafood memasuki lubang hidungnya. Yasmin kaget dan segera menjatuhkan sendoknya. Dia berdiri, lalu bertanya kepada seorang pelayan wanita yang berdiri tak jauh darinya dengan napas yang terengah-engah, "Sayur ini ... dimasak dengan apa?"

Pelayan wanita itu menjawab dengan jujur, "Kaldu seafood."

Yasmin membalikkan tubuhnya, lalu hendak beranjak pergi.

Namun, kakinya tidak bergerak.

Kalau kali ini dia tidak makan, bagaimana dengan lain kali? Apa dia bisa bertahan tidak makan selama tiga hari? Kalau perutnya kosong, bagaimana dia bisa melarikan diri?

"Ingin aku cuman makan nasi putih? Nggak masalah."

Yasmin kembali duduk. Dia tidak makan lauk dan hanya memakan nasi putih dengan lahap.

Pelayan wanita itu tercengang melihat Yasmin hanya memakan nasi putih dengan ekspresi datar.

Selama tiga hari di dalam rumah yang seperti istana ini, Yasmin hanya memakan nasi putih. Selama tiga hari ini, dia tidak melihat batang hidung Daniel. Yasmin seakan-akan ditinggal di tempat ini untuk mengurus dirinya sendiri.

Dia seperti burung yang dikurung yang tidak tahu masa depannya dan hatinya penuh dengan rasa takut.

Yasmin yang sedang memakan nasi putih sudah kehilangan kesabarannya dan dia pun meletakkan sendoknya. Dia berjalan ke aula, lalu bertanya kepada Tony, si kepala pelayan, "Di mana Daniel? Aku mau menemuinya. Sebenarnya kapan dia akan melepaskanku?"

"Maaf, Nona Yasmin. Kami yang sebagai bawahan Tuan Daniel nggak tahu tentang jadwalnya," jawab Tony.

"Sampai kapan dia mau mengurungku?"

"Kami juga nggak tahu."

"Kamu ...."

Yasmin tidak bisa menyulitkan seorang bawahan. Ini hanyalah perintah Daniel!

Hampir pukul sembilan malam, Yasmin yang tidak bisa tidur meringkuk di sudut balkon sambil merindukan anak-anaknya.

Dia tidak pernah meninggalkan anak-anaknya begini lama. Apa mereka merindukan mama mereka? Apa pada malam hari mereka menangis?

Saat mata Yasmin terasa panas, dia mendengar ada suara mobil di bawah. Hatinya langsung berdebar, kemudian dia pun berlari ke bawah.

Setelah dia keluar, dia melihat sebuah mobil sedang perlahan-lahan berhenti di depan pintu. Akan tetapi, itu bukan mobil Rolls Royce hitam.

Itu adalah mobil Mercedes Benz.

Orang yang keluar dari mobil juga bukan Daniel, tapi seorang pria yang berkacamata, berpakaian jas dan berpenampilan biasa yang berjalan menghampiri Yasmin.

Tangan pria itu bahkan memegang sebuah tas kertas yang tidak tahu apa isinya.

"Nona Yasmin Tanoto?" tanya Eric sambil melirik kaki telanjang Yasmin yang putih.

"Kamu ...."

"Salam kenal. Aku Eric Gotami, sekretaris utama Tuan Daniel."

Yasmin buru-buru bertanya, "Apa dia menyuruhmu datang untuk melepaskanku?"

"Aku akan membawamu pergi menemui Tuan Daniel sekarang juga." Eric mengangkat tas kertas di tangannya dan berkata, "Ini adalah baju dan sepatu yang disiapkan untukmu."

Saat Yasmin melihat sikap Eric yang profesional dan pakaian di dalam tas kertas, Yasmin merasa tidak tenang. Dia pun bertanya, "Kita mau ke mana?"

Bar.

Yasmin memakai gaun satu bahu hitam ketat yang mengekspos kulitnya yang putih dan tulang selangka yang indah.

Dia memiliki pinggang yang ramping, kaki yang jenjang dan aura yang unik. Begitu Yasmin masuk, dia menarik banyak perhatian para lelaki dan semuanya menatap tubuh Yasmin secara terbuka.

Tanpa melirik ke arah Yasmin sedikit pun, Eric menuntunnya ke ruang VIP yang berada jauh di dalam.

Saat pintu ruang VIP dibuka, lampunya memancar ke luar. Akan tetapi, Yasmin merasa dia seakan-akan memasuki dunia gelap yang tidak diketahui.

Semua orang minum alkohol. Pria meraba-raba wanita, sementara wanita menempel pada pria.

Dalam suasana yang haram ini, sosok Daniel tidak terlihat.

Orang-orang telah menyadari kehadiran Yasmin. Para lelaki juga tidak menyembunyikan ketertarikan mereka kepada wanita cantik meskipun di pelukan mereka sudah ada wanita lain.

"Model baru, ya? Lumayan cantik," kata seorang pria yang dipanggil 'Tuan Bobby'.

Yasmin merasa jijik dengan orang yang menganggap manusia sebagai barang. Dia bertanya kepada Eric, "Dia tidak ada di sini?"

"Kamu tunggu sebentar." Setelah mengatakan itu, Eric pergi.

Yasmin berdiri di tempatnya dan merasa kikuk dengan orang-orang di dalam ruang VIP.

Kenapa Eric tidak memberi penjelasan ketika orang salah paham terhadap identitasnya?

Kenapa dia ditinggal sendirian untuk menunggu Daniel?

Yasmin sebentar lagi akan mendapatkan jawabannya ....

Tuan Bobby berjalan menghampiri Yasmin sambil memegang sebuah gelas bir. "Bagaimana kalau kamu duduk di sebelahku? Aku akan bersikap lembut padamu."

Yasmin mengerutkan keningnya dan menolak di dalam hati.

"Kenapa dia harus duduk di sampingmu?" Pria lain muncul. "Begini saja, aku akan membayar dua juta!"

"Aku akan membayar empat juta. Orang lain tidak pernah memberi harga ini!" kata Tuan Bobby dengan murah hati.

"Kalian sudah salah paham. Aku bukan model tempat ini," kata Yasmin dengan wajah memucat.

"Apanya yang bukan? Jangan pura-pura. Kamu merasa uangnya tidak cukup, 'kan?" Tuan Bobby tertawa sinis, lalu berkata, "Kamu kira kamu sangat berharga? Kamu terlihat polos, tapi kami belum tahu apa badanmu bisa dilihat setelah pakaianmu dilepaskan?!"

"Bagaimana kalau kamu melepaskan pakaianmu?" kata seorang pria di samping dengan genit.

Tuan Bobby langsung menangkap pergelangan tangan Yasmin, kemudian berkata, "Begini saja, biarkan aku memeriksamu sebentar untuk melihat apa kualitasmu lulus atau tidak."

"Lepaskan ...." Yasmin meronta dengan jijik sambil berseru, "Lepaskan!"

Karena Yasmin berusaha melepaskan dirinya dari genggaman Tuan Bobby, momentum yang disebabkan membuat tubuhnya jatuh ke belakang.

"Aaa!"

Yasmin mengira dirinya akan jatuh, tapi punggungnya bertabrakan dengan tubuh seseorang yang kokoh.

Seorang pria berbisik ke telinga Yasmin, "Ada apa? Apa kamu tidak suka rencanaku?"

Sekujur tubuh Yasmin langsung merinding. Daniel ....

"Setelah makan nasi putih selama beberapa hari, sudah saatnya kamu makan daging!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status