Share

Bab 2

Kalau Yasmin berlari masuk ke gang itu, dia hanya akan bertemu dengan jalan buntu.

Jadi, Yasmin berlari ke jalan raya pintu masuk gang. Selama dia bisa menghentikan taksi di jalan, dia akan bebas!

Akan tetapi, setelah Yasmin tiba di jalan raya, menghentikan taksi bukanlah hal yang mudah.

Namun, orang-orang di belakang tidak berhenti mengejarnya.

Yasmin berusaha mencari tempat untuk bersembunyi.

Dalam keadaan panik, dia melihat ada sebuah mobil Rolls Royce hitam parkir di seberang jalan. Mobil yang seperti binatang buas yang sedang tidur dalam kegelapan itu pun tiba-tiba menarik perhatian Yasmin.

Tanpa berpikir panjang, dia berlari ke arah situ lalu bersembunyi di sisi lain mobil.

Yasmin bersandar pada mobil itu dengan napas yang terengah-engah. Seluruh mobil itu hitam gelap sehingga dia hanya bisa melihat bayangannya sendiri yang panik.

Ponsel yang berada di dalam tasnya tiba-tiba berdering. Yasmin yang terkejut segera mengeluarkan ponselnya untuk mengangkat telepon. Kemudian, dia diam-diam mencondongkan tubuhnya untuk melihat ke arah seberang. Namun, dia melihat pengawal-pengawal yang masih mencarinya itu, lalu buru-buru bersembunyi kembali.

Klara yang berada di ujung telepon bertanya, "Yasmin, di mana kamu? Aku nggak melihatmu di kamar mandi?"

"Tante, aku ... aku pulang dulu."

"Pulang? Pulang ke hotel? Kamu ikut Tante pulang rumah, loh! Aku sudah menyiapkan kamar untukmu dan masih kamar yang dulu ...."

Yasmin yang sedang mendengar tantenya merasa ada pergerakan di belakang, sebuah suara yang kecil dan itu adalah suara jendela mobil yang diturunkan.

Sekujur tubuh Yasmin mematung. Dia pun mendengar telepon sambil menoleh kepalanya ke belakang.

Dia melihat jendela mobil perlahan-lahan turun, lalu muncullah wajah pria yang tampan. Meskipun gelap, wajah itu tetap menarik perhatian.

Saat bertatapan dengan mata yang sinis itu, Yasmin langsung berhenti bernapas. Dia juga tidak lagi mendengar satu kata pun dari orang yang berada di ujung telepon itu.

"Ahh!" Yasmin yang kaget berteriak sambil melangkah mundur.

"Yasmin? Ada apa?" tanya Klara dengan panik.

Yasmin buru-buru mengakhiri panggilan. Dia memasukkan ponselnya ke dalam tas, kemudian memutar tubuhnya.

Namun, ketika dia baru saja hendak mengangkat kakinya, jalan di depannya sudah dihalangi oleh pengawal. Yasmin sudah tidak punya jalan keluar.

Pintu mobil terbuka, lalu Daniel pun turun dari mobil.

Dengan suara yang berat dan sinis, dia berkata, "Apa kamu tahu melarikan diri dariku adalah hal yang berbahaya?"

Yasmin berbalik. Dia tampak sangat panik. "Kenapa kamu ...."

Daniel langsung menangkap wajah Yasmin dengan satu tangan, kemudian menariknya.

"Ah!" Genggaman Daniel yang sangat kuat membuat Yasmin mendesis kesakitan.

"Aku kira kamu selamanya tidak akan pulang lagi!" Bibir Daniel menempel ke telinga Yasmin. Matanya yang sinis tampak licik. "Yasmin Tanoto!"

Napas Daniel yang panas dan suaranya yang seperti suara iblis mengejutkan gendang telinga Yasmin yang lemah sehingga wajah Yasmin pun menjadi pucat.

Tangan Daniel menekan belakang leher Yasmin, lalu dia mendorong Yasmin masuk ke dalam mobil dengan kasar.

"Ahhh!"

Dalam mobil sangat luas dan Yasmin pun jatuh ke karpet mobil. Setelah itu, Daniel masuk mobil sebelum membanting tutup pintu.

Mobil tersebut segera melaju pergi dan menghilang ke dalam kegelapan. Kejadian itu seperti penculikan terencana.

Yasmin melihat ke luar jendela mobil dengan panik. "Ke ... ke mana kamu mau membawaku? Lepaskan aku!"

Daniel mencondongkan tubuhnya ke depan. Sambil memancarkan aura yang menyeramkan, dia meraih rahang Yasmin, lalu menarik wajah Yasmin untuk melihatnya. Suara Daniel yang sedingin es berkata, "Apa kamu sedang memerintahku?"

"Ng ... nggak."

"Dulu saat di rumah Keluarga Guntur, bukankah kamu memanggilku kakak? Coba panggil sekali lagi."

"Ng ... nggak mau. Aku sudah lama keluar dari rumah Keluarga Guntur. Hari ini aku datang hanya untuk menghadiri pesta. Maaf, ke depannya aku nggak akan kembali ke Kota Imperial lagi. Aku bersumpah!" Tidak peduli bagaimana Yasmin menahan dirinya, tubuhnya tetap tidak bisa berhenti gemetar.

"Sepertinya kamu sangat takut padaku? Hm?" Daniel mengangkat rahang Yasmin. Dia seperti seekor binatang buas yang sedang bermain-main dengan mangsanya yang gemetar di genggaman cakar tajamnya.

Yasmin tidak berani mengeluarkan sedikit pun suara. Daniel memang sangat mengerikan, seperti iblis gila.

Beberapa tahun telah berlalu dan aura menakutkan pria ini makin kuat. Yasmin tidak akan bisa melupakan rasa sakit yang dia derita di masa lalu ketika dia tinggal di rumah Keluarga Guntur.

Apalagi sekarang Yasmin telah melahirkan tiga anak Daniel.

Rasa takut yang asing ini menyelimuti seluruh tubuh dan pikiran Yasmin ....

Dengan mata yang berkaca-kaca karena ketakutan, Yasmin meluruskan lehernya sambil berkata, "Kumohon, lepaskan aku. Aku akan langsung pergi dari negara ini dan menghilang dari hadapanmu. Aku nggak akan kembali lagi. Kumohon ...."

Tangan Yasmin yang berada di belakang memegang erat tasnya. Dia berusaha menyembunyikan tasnya dari Daniel untuk waktu yang lama. Seakan-akan begitu tas tersebut diekspos, rahasianya pun akan terbongkar ....

Tangan Daniel yang menggenggam rahang Yasmin pelan-pelan mengerat. Jemarinya yang kasar dapat merasakan kulit Yasmin yang mulus. Yasmin merasa seolah-olah sabit kematian neraka sedang dijulurkan di bagian depan lehernya.

"Karena kamu sudah kembali, jangan harap kamu bisa pergi lagi," ucap Daniel dengan sinis. Setelah itu, dia mendorong wajah Yasmin dengan kasar.

Akhirnya air mata Yasmin menetes. Dengan suara serak, dia berkata, "Kumohon ...."

Daniel hanya menyandarkan tubuhnya ke jok mobil hitam dengan malas. Dia menatap wanita yang panik di hadapannya itu seperti setan.

Mobil Rolls Royce melaju di dalam kegelapan dengan cepat. Dua puluh menit kemudian, ia memasuki perbatasan sebuah rumah pribadi yang tak ternilai harganya.

Dari awal sampai akhir, Yasmin tetap duduk di karpet mobil. Lalu, dia melihat Daniel keluar dari mobil dengan tegang.

"Apa kamu ingin aku mempersilakanmu keluar dari mobil?" kata Daniel dengan suaranya yang rendah. Sosoknya yang tinggi berdiri di tengah malam hari.

Yasmin menatap pintu mobil yang terbuka. Namun, dia malah menjulurkan tangannya untuk membuka pintu di belakangnya, kemudian keluar dari sisi satu lagi.

Menurutnya, jarak tersebut dekat dengannya untuk keluar dari mobil. Dia juga tidak perlu bergerak terlalu jauh.

Sambil menggenggam tasnya, Yasmin pun menutup pintu mobil. Setelah itu, dia segera mengeluarkan ponselnya dari tas untuk mematikan ponselnya.

Sekarang di negaranya adalah malam hari, jadi di luar negeri adalah pagi hari. Yasmin khawatir Tante Rita atau anak-anak akan meneleponnya. Pada saat itu, Daniel pasti akan tahu!

Akan tetapi, layar ponsel harus dibuka sebelum dia dapat mematikan ponsel.

Dengan tangan yang gemetar, Yasmin menekan kode sandi yang berisi enam digit.

Karena terlalu panik, dia memasukkan kode sandi yang salah. Jadi, dia terpaksa menghapus, lalu menekan ulang kode sandinya ....

Karena mobil menghalangi sosok Yasmin, Daniel dengan tatapan matanya yang tajam pun mengitari bagian belakang mobil untuk menghampiri Yasmin.

Daniel melihat Yasmin berdiri tak bergerak dengan kaku dan wajahnya tampak pucat.

"Apa yang sedang kamu tunggu?"

Yasmin seolah-olah baru bisa bernapas. Hampir saja ....

Dia menoleh ke sebelah di mana rumah yang seperti istana itu berdiri dan berkata, "A ... aku mau pergi .... Aku bisa menginap di hotel .... Ah!"

Sebelum Yasmin bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah sosok mendekatinya, lalu mencengkeram bagian belakang lehernya. Cengkeraman tersebut sangat kuat sehingga mata Yasmin berkunang-kunang. "Sakit .... Aku bisa jalan sendiri. Aku jalan sendiri ...."

"Yasmin, kuperingati kamu! Aku ini orang yang nggak punya kesabaran!" kata Daniel sebelum mendorong Yasmin dengan kasar.

Yasmin yang mengenakan hak tinggi hampir terpeleset, jadi dia segera bersandar ke mobil untuk menstabilkan dirinya.

Saat memasuki rumah mewah itu, Yasmin merasa dirinya sangat kecil. Dia juga merasa tempat ini seperti jaring mewah yang tak terlihat dan membuatnya tidak punya jalan untuk melarikan diri.

Aulanya bahkan seukuran satu rumah biasa.

Yasmin berdiri tegak di tempat dan takut untuk melangkah maju.

Dia tahu di mana dirinya, ini rumah Daniel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status