"Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.
"Aku datang kesini mau pamit sama kamu juga Arsha," ucap Mas Danu kepadaku.Ternyata itu yang membuat dia tiba-tiba datang ke rumahku, dia ingin berpamitan."Memangnya kamu mau pergi kemana, Mas?" Tanyaku.Aku menangkap ekspresi sedih dari wajahnya, dia menghela nafasnya."Perusahaan yang aku kelola akhir-akhir ini mengalami kerugian karena ditipu oleh client. Sebelum bangkrut dan aku rugi besar, aku memutuskan untuk menjualnya saja. Oleh karena itu, aku ingin pindah ke kampung mama dulu, menetap dan memulai usaha disana.""Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi, Mas. Kudoakan semoga hidupmu bisa lebih baik disana.""Terima kasih, Nilam. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu juga kepada Arsha, aku sadar, aku bukanlah ayah yang baik untuknya. Tapi aku senang karena sekarang ada Abim yang memperlakukannya lebih baik daripada aku ayah kandungnya.""Aku sudah memaafkan semua yang telah berlalu, Mas, dan aku pastikan Arsha tidak akan pernah membenci papanya
"Tunggu sebentar, jangan ada yang makan sebelum tamu istimewaku datang!" ucap Mama mertua saat aku hendak menyendok nasi ke piring suamiku.Entah siapa orang yang ditunggu-tunggu oleh mama mertua yang pasti orang tersebut adalah seseorang yang istimewa di hatinya terlihat bagaimana antusiasnya mama menunggu orang tersebut.Setengah jam menunggu dalam keheningan di meja makan, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Mama dengan senyum merekah yang tak pernah ia tampakkan di depanku segera beranjak dari kursi menuju sumber suara."Kamu sudah datang Nak, bagaimana perjalanan kamu lancar?" "Maaf Ma, tadi sedikit macet di jalan jadi aku telat, Mama udah lama nunggu?"Seorang wanita cantik dengan dress selutut berlengan panjang muncul dari balik pintu. Sangat anggun dan manis jauh berbeda dengan penampilanku yang kata mama kampungan."It's oke, Mama tau. Wajar kalau dijalan macet ini kan weekend, yasudah sekarang kita ke meja makan. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu!" Mama menggandeng man
"Danu kamu dengar sendiri kan barusan Viola bilang kalau dia masih mempunyai perasaan denganmu? Mama yakin sebenarnya di hati kamu juga masih ada nama Viola kan?" Ada binar harapan yang mama pancarkan di matanya, seakan berharap bahwa pasangan mantan kekasih itu dapat kembali bersama."Sudahlah Ma, Danu sekarang sudah punya Nilam sebagai istriku, tak mungkin aku menghianatinya."Aku kira mas Danu akan menerima kembali Viola, mengingat sedari tadi ia hanya diam tak bereaksi apapun. Tapi hatiku lega mendengar bahwa Mas Danu tak lagi menginginkan Viola."Ayolah Danu kamu ini laki-laki, bukan hal yang tabu jika seorang pria memiliki istri lebih dari satu. Mama juga ingin mempunyai menantu yang bisa dibanggakan di depan teman-teman mama."Mas Danu menatap dalam kearahku seakan bimbang harus mengambil keputusan apa. Ayolah mas, jika kamu meminta pendapatku harusnya kamu tau bahwa wanita manapun akan sulit berbagi kepada wanita lain, apalagi berbagai suami."Iya Mas, apa kamu tak ingin meny
"Oke Danu terserah kamu jika terus membela dan mempertahankan hubunganmu dengan wanita miskin ini!" ucap Mama sambil mengarahkan telunjuk di depan wajahku."Tapi kamu masih ingat kan perjanjian kita sebelum kamu memutuskan menjadikan pelayan ini istrimu?"Perjanjian? Aku benar-benar tak tau ada kesepakatan apa antara ibu dan anak ini sebelum Mas Danu menikahiku."Iya Ma, aku ingat tapi bukankah itu takdir Tuhan? Lagipula kami baru menikah selama satu tahun, bukankah itu masih belum terlalu lama?""Mama nggak mau tau, kesepakatan tetaplah kesepakatan! Bukankah kamu dulu menyetujuinya? Bukan salah Mama jika ternyata wanita pilihanmu itu man*ul."Aku semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan mereka. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Mama yang tiba-tiba merestui pernikahanku dengan anaknya dulu?"Sebenarnya apa isi perjanjian itu mas?" Daripada semakin penasaran lebih baik aku bertanya untuk mendapat kejelasan."I-itu... Anu dek.."Kegugupan mas Danu semakin membuat rasa penasara
"Jadi bagaimana Danu, kamu bersedia kan menikah dengan Viola?"Hening beberapa saat, kulirik mas Danu yang ternyata juga tengah menatapku seakan meminta persetujuanku untuk menjawab pertanyaan Mama. Aku hanya mengangguk pelan."Iya Ma, aku akan menuruti keinginan Mama untuk menikah dengan Viola," ucap Mas Danu lirih."Lalu bagaimana dengan mbak Nilam apa dia setuju dengan pernikahan kami?" tanya Viola.Ah gadis ini, bukankah dia yang kekeh ingin bersanding dengan Mas Danu, tapi kenapa sekarang dia bertanya seolah-olah mengerti perasaanku.Andai aku punya kuasa untuk menolak poligami ini, sudah tentu aku dengan tegas berkata tidak. Tapi yasudahlah aku hanya berdoa semoga bisa terus kuat dan sabar."Tentu saja Nilam akan setuju sayang, lagipula Nilam punya hak apa untuk melarang Danu menikahimu. Seharusnya ia beruntung karena Danu masih mempertahankannya, kalau tidak pasti dia sudah menjadi gadis miskin seperti dulu. Nilam juga pasti akan berfikir seribu kali untuk menuntut cerai dari D
"Sudah kubilang jangan datang di pesta pernikahan Danu tapi masih aja ngotot mau datang, sekarang malah nangis-nangis kan? Harusnya kamu sadar jika kedatanganmu hanya merusak suasana, awas aja jika ada yang tau kalau kamu juga istrinya Danu!"Mama benar, harusnya aku tak perlu sok kuat dan memaksakan diri untuk menyaksikan akad kedua yang terucap dari bibir suamiku.Sekuat apapun aku mencoba meredam gejolak didada nyatanya sia-sia. Aku tak rela melihat pesta megah antara suami dan istri barunya.Mereka tersenyum manis didepan ratusan tamu undangan tak peduli disini ada hati yang tersayat."Nih makan dulu biar kuat menghadapi kenyataan!"Seorang pria muda menyodorkan sepiring penuh nasi dengan daging rendang, acar timun serta kerupuk diatasnya."Buruan nih ambil, tangan gue pegel tau!"Dengan ragu aku menerima piring tersebut, aku masih memandang pria tersebut rasanya wajahnya tidak asing seperti pernah bertemu dengannya sebelumnya."Ngapain sih ngeliatin gue sampe segitunya, jangan-ja
"Kenapa sih tu muka lecek amat? Katanya mau curhat, buruan deh cerita kupingku udah siap nih dengerin keluh kesah sahabat tercintaku ini!"Menjadi wanita rumah tangga seutuhnya membuatku bosan. Berulangkali aku meminta izin kepada suamiku untuk bekerja, tapi selalu penolakan yang aku dapat."Mencari nafkah itu tugas suami jadi kamu nggak usah mikir cari uang. Kalau jatah bulanan habis tinggal bilang, nanti aku tambah. Aku mau punya istri penurut yang mengurus rumah dan suami seutuhnya.""Tapi aku bosan di rumah terus Mas!""Kamu bisa refreshing dengan jalan-jalan sebentar ke mall atau kumpul bareng teman. Dengan syarat kamu harus selalu ada saat aku di rumah!"Dan benar saja, aku menjadi wanita rumahan yang hanya keluar saat kebutuhan rumah telah habis dan juga bertemu dengan sahabatku saat aku jenuh.Seperti saat ini, aku tidak mau stress sendiri memikirkan kisah rumah tanggaku. Oleh sebab itu aku ingin berbagi sedikit kisah dengan sahabatku Safira."Mas Danu nikah lagi Fir," ucapku