Share

Pencuri di Kamarku

"Makanya kalau diajak makan itu jangan aji mumpung! Mentang-mentang gratisan jadi nggak kira-kira makannya, kaya seminggu nggak makan," sungut Bunda.

"Halah bilang aja kamu nggak ikhlas kan waktu traktir aku?" Ucap Tante Dewi.

"Kamu ini benar-benar nggak bisa dibaikin ya, Wi. Semakin keluargaku baik sama kamu, semakin nggak tau diri sikapmu itu!"

Kulihat wajah Tante Dewi pucat pasi. Sudah dipastikan nyalinya menciut mendengar Bunda berbicara dengan oktaf yang lebih tinggi dari biasanya.

Sesabar-sabarnya orang pasti ada titik dimana orang tersebut tak lagi bisa mengontrol emosinya. Mungkin itu yang saat ini Bunda rasakan.

Bibir Tante Dewi terkatup seperti ingin mengeluarkan suara, tapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya tertunduk.

Tak menyangka Tante Dewi yang biasanya pandai menyanggah ucapan lawan bicaranya kini kini hanya diam seperti kerupuk yang disiram dengan air.

"Sabar, Bunda! Jangan emosi, nggak baik buat kesehatan kamu sendiri!" Ayah menenangkan Bunda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status