Semua Bab Aku Istri yang Tidak Dianggap: Bab 1 - Bab 10
106 Bab
Bab 1 | Permintaan Bapak
Hari ini adalah tahun kedua pernikahan kami, tidak seperti pasangan suami istri lain, yang merasakan bahagia di tiap anniversary pernikahannya, jangankan perayaan, ucapan hangat dari pasanganpun tidak aku dapatkan. Pagi ini kami bahkan bangun di kamar yang berbeda, bukan karena sedang berjauhan, namun, memang sejak malam pertama kami menikah, tidak pernah sekalipun kami tidur di kamar yang sama.Perkenalkan, namaku Safeea Azzahra Kalyani, aku seorang yatim piatu yang hidup dan tumbuh besar di sebuah panti asuhan di ibu kota. Usiaku baru enam tahun saat ayah dan ibuku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Kami sedang berjalan-jalan sore menggunakan sepeda motor butut milik ayah, ketika dari arah depan ada sebuah mobil sedan menabrak kami bertiga.Menurut cerita yang kudengar, kepala ibuku terbentur separator jalan yang membuatnya harus meregang nyawa di lokasi kejadian, sementara ayah, dia masih sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, nam
Baca selengkapnya
Bab 2 | Dikira Mandul
Suara ketukan dari luar membuatku tersadar dari lamunan, aku mempersilahkan mbok Minah masuk ke dalam kamar, beliau adalah asisten rumah tangga di rumah ini, sebelum bekerja bersamaku, mbok Minah sudah lebih dulu bekerja di kediaman mertuaku. Sejak kecil suamiku diurus olehnya, tidak heran, saat kami menikah dan tinggal di rumah pemberian pak Aldian yang notabene adalah mertuaku, mas Damar meminta mbok Minah untuk ikut bersama kami.“Mbak, bahan masakan yang mbak Saf pesan sudah diantarkan sama tukang sayur, mbak Saf mau masak sekarang?” “Oh, iya, Mbok, sebentar lagi saya ke dapur, mbok duluan saja!” “Baik, Mbak!”Setelah merapikan pakaian yang ku kenakan, aku segera beranjak dari kamar untuk masuk ke dapur dan membuat sarapan untuk suamiku. Mbok Minah memang asisten rumah tangga di sini, namun untuk urusan perut suamiku, aku akan berusaha untuk selalu menyiapkannya sendiri, mengenai pakaian, aku juga yang mencuci pakaian mas Damar dan pakaianku, tugas mbok Minah hanya membereskan r
Baca selengkapnya
Bab 3 | Penghinaan
Hati wanita mana yang tidak merasakan sakit, ketika suaminya dianjurkan untuk menikah lagi, bahkan oleh keluarga sendiri, aku tahu, keturunan memang belum bisa kuberikan untuk menyambung trah keluarga Mas Damar, namun itu sungguh bukanlah keinginanku, Mas Damar sendiri yang tidak menginginkannya, bukan aku yang tidak mampu.Pernah suatu kali, karena sudah bosan mendapat sindirian dari tantenya Mas Damar, karena aku yang tak kunjung hamil. Aku mencoba memintanya, merendahkan harga diriku sebagai wanita hanya untuk bisa disentuh oleh suamiku sendiri, namun apa yang kudapatkan? Hanya penolakan yang dibalut dengan kata-kata pedas. Sangat menyakitkan.“Jangan harap saya mau tidur denganmu, berdekatan saja rasanya saya jijik, jangan fikir karena kamu seorang dokter, kamu bisa menarik perhatian saya, cih, enggak sudi, lagipula, selama ini kami tau, kalau selain sebagai anak asuh bapak, kamu juga menjadi simpanannya, kan? Makanya dia selalu mensupport segala kebutuhanmu, kecil-kecil sudah mur
Baca selengkapnya
Bab 4 | Meluapkan Perasaan
Mas Damar menarik kuat tanganku untuk mengikutinya pergi meninggalkan om Farhan, aku masih berfikir, darimana om Farhan bisa tau jika Mas Damar masih menjalin hubungan dengan mantan pacarnya? Apa om Farhan pernah melihat mereka jalan bersama?“Sudah saya bilang, jangan melakukan hal apapun yang tidak saya suruh,” tegurnya dengan suara yang ditekan, aku tau dia marah, dari caranya bicara dan mencengkram pergelangan tanganku.”Lepasin, Mas! Sakit! Aku enggak melakukan apapun? Kamu fikir aku ngapain?” berontakku berusaha melepaskan cengkraman tangannya, namun gagal, tenaganya terlalu kuat.“Setelah bapak enggak ada, kamu mau goda om Farhan juga? Hah? Cukup kamu menjadi benalu di keluarga ini!!” tandasnya penuh amarah, seraya mendorongku hingga terjerambab ke atas ranjang di salah satu kamar rumah Uti.“Kamu apa-apaan sih? Siapa yang goda om Farhan? Saya enggak pernah goda pria manapun, Mas! Tolong, saya bukan wanita murahan seperti yang kamu bilang, saya dan bapak tidak ada hubungan spes
Baca selengkapnya
Bab 5 | Darah Di Lenganku
Hujan mulai mereda, menyisakan rintik-rintik air yang masih sesekali jatuh menyentuh bumi, aku memilih melihat keluar jendela, memfokuskan netraku pada bias-bias air hujan yang menempel pada kaca jendela disebelahku. Dulu, saat masih kecil, aku sering sekali main air hujan bersama teman-temanku, kami begitu senang setiap kali hujan turun, namun, setelah kecelakaan saat itu, aku jadi begitu enggan dengan hujan, karena hal itu akan mengingatkan ku kembali pada peritiwa yang merenggut nyawa ayah dan ibuku.Mas Damar baru mengurangi kecepatan laju mobilnya tepat ketika kami sudah menuruni jalanan berliku khas lewiliang, jangan tanya bagaimana perasaanku, takut, sangat takut, belum lagi Mas Damar mengendarai di tengah hujan deras, harus kuakui, skill menyetir suamiku ini di atas rata-rata, karena kalau tidak, pasti mobil kami sudah tergelincir dan masuk ke dalam jurang.“Apa yang harus saya lakukan agar kamu tidak bersikap begitu jahat kepada saya?” tanyaku pelan, saat kami sudah memasuki
Baca selengkapnya
Bab 6 | Pria Dari Masa Lalu
Aku segera menggunakan jas putih kebanggaanku dan menuju ruang IGD untuk memberikan pertolongan kepada pasien kecelakaan. Aku melihat Dokter Jordy sedang membebat kasa kepada pasien pria dengan luka di pelipisnya.Cukup lama waktu yang kami butuhkan untuk melakukan pertolongan, selain aku dan Dokter Jordy, kami juga dibantu oleh dokter jaga yang bertugas malam ini. Sekitar pukul satu dini hari kami selesai, aku bergegas keluar dari ruangan IGD dan hendak masuk ke dalam ruanganku, saat dari bekalang terdengar suara pria yang dulu pernah akrab di telingaku.“Heii! Terima kasih sudah mau membantu,” ucapnya yang membuatku menghentikan langkah.==================================================================Angin malam berhembus cukup kencang, menyapu wajah dan juga rambutku hingga membuatnya berterbaran menjadi riak, sepertinya hujan akan turun, karena udaranya lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Aku masih tertegun kala mendengar suara seseorang yang menyapaku, seperti berada p
Baca selengkapnya
Bab 7 | Anggrek dan Cokelat
Jam di nakas menunjukan pukul lima pagi, saat samar-samar dirinya mendengar suara ketukan dari luar, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Damar berjalan ke arah pintu untuk memutar kuncinya.“Mau apa?” bentaknya saat melihat wajah Safeea yang sudah berbalut mukena, berdiri di depan kamarnya.“Ma-maaf, Mas, saya cuma mau bangunin mas Damar untuk sholat subuh,” ucap Safeea takut-takut, saat melihat wajah garang suaminya.“Enggak usah sok suci kamu, pergi!!” makinya lagi, masih dengan intonasi tinggi, membuat Safeea ketakutan dan memilih pergi.==================================================================POV SafeeaPagi ini, setelah melaksanakan sholat shubuh, aku memilih untuk memejamkan mataku kembali, rasanya kepalaku sangat sakit, selain itu seluruh badanku terasa remuk, mungkin karena kemarin terlalu banyak menangis dan berjalan kaki cukup jauh sebelum mas Damar menemukanku di jalan. Selain itu semalam aku baru tiba di rumah sekitar jam dua pagi, jadi sangat wajar jika aku
Baca selengkapnya
Bab 8 | Bertemu Calon Madu
Melihatnya begitu bahagia saat bersama perempuan lain, nyatanya memang sesakit ini, dua tahun aku bertahan, tidak pernah sekalipun dia memberikanku sedikit senyumnya, tapi bersama wanitaitu, Mas Damar terlihat sangat bahagia, wajahnya cerah, seperti tidak ada beban yang ditanggungnya. Apa aku harus mengalah, Mas? Agar kamu bisa bahagia terus dengannya?==================================================================Aku memilih meninggalkannya tanpa dia tau, jika aku melihatnya dengan wanita tadi, sekarang aku tau, jika hari ini dia berpakaian seperti itu karena ingin berpergian bersama kekasihnya. Setelah membayar sepatu yang kubeli, kuputuskan untuk keluar dari mall dan tidak jadi berbelanja bulanan. Aku menaiki taksi online yang sudah kupesan sejak di dalam toko sepatu tadi.Sepanjang perjalanan aku mengingat bagaimana mas Damar tersenyum begitu manis untuk wanita lain, sementara untuk istrinya, sedikitpun tidak pernah dia lakukan. Aku mengingat semua perlakuannya kepadaku. Sela
Baca selengkapnya
Bab 9 | Sepenggal Fakta Mengejutkan
Aku menyambut uluran tangan Adelya, dia seumuran dengan Mas Damar, itulah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Senyuman Adelya sangat manis, dia juga cantik, pantas jika suamiku tidak bisa move on darinya.“Kami berencana menikah pekan depan, Saf,” ungkap Mas Damar tepat saat tangaku baru saja terlepas dari tangan Adelya, membuatku mengarahkan pandang kepadanya.“Mi – minggu, de-depan?” ulangku terbata.==================================================================Seharusnya aku tau, jika sebagai istri yang tidak dianggap, aku tidak boleh berharap lebih dari seorang Mas Damar. Saat dia memintaku untuk mendatanginya, tentu hal tersebut adalah untuk kepentingannya, bukan untuk kami berdua, apalagi untukku. Aku masih mencoba menetralkan perasaanku, mengisi kekosongan dalam hati yang datang tiba-tiba. Harusnya aku sudah siap menghadapi hal ini, karena kemarin aku sendiri yang memberikannya lampu hijau, namun, jika naïf berkata dia tidak akan berani, aku salah, seorang Damar
Baca selengkapnya
Bab 10 | Patah Hati Seorang Anak
“Kamu kenapa sih, Del? Sebenarnya kamu juga maukan menikah denganku?”“Aku tidak akan bertahan sejauh ini jika tidak ingin menikah denganmu, Mar, tapi aku ingin kamu tidak menyesali langkah yang kamu ambil dengan menikahiku,”“Kesalahanku adalah menerima perjodohan sial4n ini, Del!! Aku tidak akan pernah menyesal menika denganmu,” tandasnya mengakhiri percakapan.==================================================================Bagi banyak orang, hujan yang turun mengguyur bumi adalah suatu anugerah, karena dengan air hujan itu tamanan bisa tumbuh subur, petani sangat menyukai hujan, karena dengan begitu sawah mereka tidak akan kekeringan, masyarakat pedalaman juga sangat menyukai hujan, karena airnya bisa mereka tampung untuk keperluan sehari hari tanpa harus mengambil jauh ke sumbernya.Tapi bagi Safeea, hujan hanya mengingatkannya pada banyak peristiwa pahit yang dia alami dalam hidupnya. Ayah dan ibunya meninggal saat kecelakaan di bawah guyuran hujan. Dirinya harus terpisah dar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status