Share

Warisan Sang Phoenix
Warisan Sang Phoenix
Penulis: Jimmy Chuu

Prelude

Tahun kalender 500 versi Kekaisaran Hersen, masa dimana masa aliran energi magic penuh di permukaan Benua Ayax, yang menyebabkan mahluk-mahluk di hutan tadinya dapat berbicara, kini menghilang ke pedalaman hutan, tergilas peperangan yang terjadi di Kekaisaran Qingchang.

Pohon-pohon kini membisu, burung-burung dan makhluk laut menjadi kalem, tak ada lagi keajaiban itu, keramahan bercakap-cakap dengan manusia yang sekarang dianggap serakah, mau menang sendiri dan berbahaya.

Di Benua Ayax yang luasnya sama 9.600.000 km2, dimana seluruh permukaan benua di penuhi dengan Energi Sihir Berwarna Ungu tipis. Hanya ada sedikit makhluk hidup yang memiliki talenta dari sang Dewa – Tempestia untuk mengelola Energi Pesona itu menjadi kekuatan yang mengerikan. Kekuatan memanfaatkan energi ungu di permukaan dunia inilah yang menjadi sumber malapetaka.

Lima Kekaisaran besar di Benua Ayax berperang memperebutkan sumber daya dan gelar penguasa benua yang berjaya mengelola sumber daya dari Kekaisaran lain, semua guna meningkatkan kemampuan jago-jago mereka untuk berperang dan terus berperang demi nama Kaisar yang Agung.

Ada lima Kekaisaran di benua : Shouya di Selatan, Zolia di Barat, Chosa di Timur, dan Hersen di Utara. Terdapat Kekaisaran kecil Bernama Qingchang di dataran Tengah, dan kekaisaran kecil dianggap lima besar Bersama empat kekaisaran lainnya.

Perang pecah antara Hersen melawan Zolia dan Qingchang. Hersen memenangkan perang, dan kaisar memerintah tiga negeri untuk disebut Penguasa Benua. Hersen yang menjajah dataran Tengah dan Barat, tak puas hati. Kaisar ingin menyatukan benua. Perang selanjutnya terjadi Ketika Hersen memimpin Qingchang dan Zolia untuk melawan Chosa di Timur dan Shouya di Selatan. Tapi sampai hari ini, semua tindakan invasi itu gagal.

Ada satu Klan Bernama Klan Phoenix Merah, yang dipimpin seorang Sage putih – asalnya dari Kekaisaran Qingchang yang merasa terjajah dan dimanfaatkan Hersen. Klan Phoenix Merah memberontak melawan terang-terangan tirani Kaisar Agung Hersen.

Akhir perseteruan Hersen melawan Klan Phoenix merah adalah Ketika Sage Alaric memimpin pemberontakan melawan pasukan kekaisaran, dan sang sage dan bertempur melawan Kaisar di langit Qingchang, pertempuran tak terlupakan yang disaksikan jutaan mata di Benua Ayax.

++++++

Dua sosok berkelebat di langit. Mereka membesar, dan siluetnya terlihat jelas dari bawah. Kedua figur itu dengan sengaja menebar aura yang berkekuatan absolut dan menindas, kemampuan makhluk setengah Immortal. Usia dua abadi itu berkisar awal empat puluh tahun.

Yang seorang mengenakan kostum berwarna hitam, yang lainnya mengenaskan pakaian serba putih.

Sosok hitam itu mengenakan mahkota tinggi, terbuat dari logam hitam. Di Atas kepala mahkota tampak menyilaukan dengan bertatahkan safir, ruby, dan emerald. Mahkotanya tampak menyala ketika cahaya matahari melewati mahkota itu.

Dia adalah Kaisar Hersen - Oberon Kraviz The Enchanter.

Wajah Kaisar Oberon membeku, Tanya kaisar dengan nada dingin. “Jadi kau adalah Alaric Sunburnt – Sage Putih pemberontak itu?”

Kaisar Oberon adalah penyihir hitam kelas peringkat Warlock yang telah memimpin Kekaisaran Hersen selama belasan tahun.

Tubuhnya melayang di angkasa, menunggang makhluk legendaris – Roc sang raksasa hitam penguasa langit. Jubah hitam, berdesir tertiup menyibak zirah dan armor spiritualnya. Senjata di tangannya adalah pedang sihir yang terbuat dari tulang naga hitam – senjata kegelapan dari bahan tergelap untuk bertujuan memperkuat sihir sesatnya.

Sementara Sage Alaric hanya mengenakan tunik putih, dilengkapi mantel putih Panjang, serasi dengan sepatu dan topi hanfu putihnya. Senjata sang sage adalah Pedang Putih Salju. Sage Alaric tampak kalem mengendarai Phoenix – raja api yang menjadi mahluk kontraknya.

Keduanya melambung, saling bertatapan. Siap meledak kapan saja.

“Kamu akan mati. Berani sekali, membentuk pemberontak di wilayah resmi jajahan Hersen!” teriak Kaisar Hersen keras. Suaranya terdengar sampai di separuh benua. Rautnya tak dapat ditebak. Ia tertutup helm spiritualnya.

Sage Alaric tertawa. Katanya tak kalah menggelegar. “Tolong tak usah naif. Mana ada bangsa yang mau ditindas dan di jajah seperti ini? Apalahi penjajah itu adalah seorang penguasa kegelapan sepertimu, Oberon sang warlock?” Nada merendahkan jelas terdengar.

“Lancang! Kamu darah kotor kaum hina, Berani sekali menyebut namaku, tanpa gelar kaisar!” Kaisar Oberon marah.

Sage Alaric mencibir, “Jadi mau mu apa? Apakah aku harus menyebutmu dengan penyihir hitam? Atau Raja Kegelapan?” ia meledak dalam tawa. Suaranya bergema di hampir separuh dunia.

“Kamu akan menyesal!” Kaisar Oberon lantas menggores langit dengan Pedang tulang naganya.

Langit seketika menghitam, kabut dan awan hitam bergulung. Petir menyambar dan semua kekuatan alam bawah tanah sepertibangkit, di serap sang kaisar.

Dunia dibawa, menjadi gempar. Semua orang lari menyembunyikan diri. Di langit terlihat sosok-sosok seperti bayangan roh jahat. Kekuatan gelap sang warlock terdengar menderu. Energi serangan itu dengan presisi menerjang Sage Alaric.

“Kamu memang penyihir gelap! Semua sihir jahat ini tak membuatmu pantas di sebut kaisar!”

Sage Alaric mencoret Pedang Putih salju kearah langit. Efeknya tak kalah mengerikan.

Langit gelap mendadak berubah terang. Kala itu awan bergulung kelabu menganga sebagian terkena efek pedang putih salju. Dari celah itu masuk sinar matahari. Kekuatan pedang memanfaatkan energi matahari, melesat cepat menghantam energi hitam sang kaisar.

Ledakan terdengar.

Dunia berguncang! Tanah terbelah-belah. Suara jeritan terdengar dari arah bawah, ketika percikan api seperti hujan jatuh ke bumi. Setelah pelarian pertama tadi, kini semua makin rapat bersembunyi. Tak ada yang ingin mati percuma!

Tapi kedua ahli di langit, tak menghentikan pertarungan mereka. Tiga hari tiga malam lamanya mereka bentrok di cakrawala.

Langit telah tersobek-sobek karena kutukan. Serangan sihir mematikan dua setengah immortal itu. Pada hari ketiga, langit di Benua Ayax tampak berwarna menjadi merah, seperti terbakar. Dunia menua dan lelah. Matahari meredup seperti senja hari. Mungkin sebentar lagi akan kiamat,

“Kamu akan mati. Sihir terlarang ini adalah kekuatan pamungkas yang lama ku simpan!” kaisar tertawan bengis.

Dia lantas mengutuk sang Sage dengan sihir kuno, sihir terlarang, dengan menggunakan artefak dari dunia orang mati - Tongkat Zarael The Shadow. Ini adalah tongkat terlarang yang dibuat mahluk iblis, setelah dicampakkan ke dunia bawah oleh dewa – dunia orang mati.

Energi orang mati itu menghantam sang sage.

Dengan lolongan terakhir, menjelang akhir hidup nya, Sage Alaric masih mengeluarkan sumpah terakhir.

“Kelak kamu akan mati di tangan seseorang pengendali anak muda semua elemen. Kamu mati mengenaskan di ujung Pedang Putih Salju ini. Bahkan lebih mengenaskan dari kematianku sekarang ini!” Sosoknya lalu memudar. Pedang Putih Salju juga ikut menghilang.

++++++

Kematian Sang Sage ditangisi jutaan orang yang menonton pertarungan di langit.

The Flame, Phoenix makhluk kontrak Sang Alaric menjadi gila. Ia ditawan kaisar, akan dijadikan budak agar kelak tunduk dan menjadi makhluk kontrak selanjutnya sang kaisar, Bersama dengan makhluk gelap lain - Roc.

Meski seperti mahluk gila, The Flame menolak tawaran kaisar. Akhirnya Phoenix itu di penjara di tempat berselubung sihir yang tak ada seorang pun tahu dimana letaknya.

Merasa takut dengan kutukan Sage Alaric sebelum tewas, kaisar memberlakukan ketentuan. Semua pengolahan kekuatan sihir diatur secara ketat.

Saat ini peraturan yang berlaku adalah sihir hanya diijinkan untuk kaum pemula, mereka kelompok anak-anak baru yang gampang dicuci otak, dan harus berlatih di akademi resmi, di bawah pengawasan Hersen Empire.

Klan, Ordo dan organisasi sihir, semuanya dibubarkan. Termasuk Klan Phoenix Merah, yang kini anggotanya menjadi buronan di tiga wilayah - Kekaisaran Hersen, Qingchang, dan Zolia.

++++++

Waktu berlalu dengan cepat. Musim semi menjadi musim gugur lalu salju turun dan semua berputar cepat. Tanpa terasa lima tahun telah berlalu.

Suara-suara tidak puasan atas penjajahan Hersen terdengar dimana-mana. Kaum pemberontak bergerilya melawan Kekaisaran Hersen. Kali ini bahkan muncul lagi nama Organisasi Phoenix Merah, Kembali terdengar. Bukan saja di Qingchang, tapi juga berkembang pesat di Kekaisaran Zolia.

Banyak prasarana dan gudang senjata perang Kekaisaran Hersen dirusak dan dibakar oleh Organisasi rahasia – Klan Phoenix Merah. Semua terjadi di Qingchang maupun Zolia.

Setiap kejadian kerusuhan dan insiden terjadi, Organisasi rahasia Klan Phoenix Merah, selalu mengklaim kalau merekalah yang bertanggung jawab.

++++++

Dan berita itu pun beredar. Berita yang membawa harapan di hati semua orang di Qingchang dan Zolia.

Ada seorang penyihir, ia ahli pembaca masa depan yang hidupnya hanya mengamati pergerakan bintang-bintang di langit. Isi ramalannya sangat mengejutkan orang banyak.

“Sage Alaric akan bereinkarnasi dan membangun kejayaan Klan Phoenix Merah, untuk menggulingkan Kekaisaran Hersen.”

Sejak itu semua orang yang memiliki kemampuan bakat spiritual sihir, pasti di mata-matai dengan dalih dikirim dan harus bersekolah di Akademi Sihir resmi di bawah pengawasan sang kaisar. Tapi disana mereka di cuci otak agar patuh pada kekaisaran.

Inilah awal ceritanya.

Di Kota Begonia, udara terasa kumuh. Sekelompok orang berbisik di sudut-sudut jalan, hanya menambah muram suasana yang telah padat di kota selama bertahun-tahun terakhir ini. Kota ini dahulu sekali, pernah indah. Tapi kini, pemandangan kota hanya dipenuhi bangunan usang, kalau tidak mau disebut puing-puing.

“Kembalikan kalungku!” teriak anak kecil Bernama Kiran.

“Itu satu-satu nya barang peninggalan kakakku Aura! Kalian tak berhak mempermainkan barang kesayangan orang lain!” Anak Bernama Kiran itu tampak marah.

Ia sangat menyukai kalung pemberian kakaknya Aura - yang telah tewas ketika berperang, panggil paksa pihak kekaisaran untuk melawan Chosa dan Shouya. Sebagai jajahan Hersen, Negeri Qingchang wajib membantu Kekaisaran Hersen untuk berperang.

Dua anak laki-laki dan seorang perempuan tampak berlari meninggalkan Kiran. Mereka belum puas membully Kiran. Kalung itu ikut dibawa mereka, berlari menuju Hutan Larangan, sebuah hutan pinus yang dihindari dan terlarang untuk semua orang di Begonia city.

“Aku tak akan menyerah!” teriak Kiran, kini mengejar Avena, satu-satunya perempuan di antara kelompok mereka.

Kiran melangkah di tepian Hutan Terlarang.

“Sepi sekali.

Dimana ketiga bocah nakal itu? Padahal tadi aku melihat bayangan mereka, menyelinap masuk ke sela-sela pohon pinus!” batin Kiran.

Ia sedang mempertimbangkan, apakah akan masuk kedalam hutan dan melanggar aturan, ataukah menunggu di pinggir jalan, Ia iri. Mengapa Avena, Ming, dan Kai, tiga anak itu dengan berani masuk kedalam hutan yang konon angker itu? Sementara ia selalu di ancam dan di larang Kora Wang, ibunya.

Sejurus kemudian, Kiran memutuskan. “Jika mereka berani, mengapa aku tidak?”

Kiran tak punya pilihan lain, selain harus mendapatkan kalung pemberian Aura, yang menjadi kesayangan, Ketika ia rindu sosok kasih sayang kakak perempuannya. Jika ibunya tahu kalau kalung itu hilang dicuri anak-anak nakal, ia pasti dimarahi, alih-alih dipukul dengan tongkat bambu.

Kiran melangkah. Ia melewati garis batas terlarang.

Seketika terdengar suara gemuruh, mirip suara mahluk-mahluk hutan yang selalu diceritakan banyak orang di Begonia city. “Apakah aku akan langsung di santap serigala buas?” batin Kiran ngeri. Ia berbalik untuk pergi, tapi itu sudah terlambat.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status