Kiran tercengang. Jantungnya berdebar kencang ketika memandang ke langit malam di Hutan terlarang. Itu adalah pertunjukan tak terlupakan selama hidupnya.
“Apakah Phoenix itu, adalah mahluk kontrak sang Sage Putih, seperti yang diceritakan pendongeng Niraj Singh?” Kiran bertanya-tanya.Ia seorang anak yang sangat gemar mendengar dongeng. Di rumah arak Brimm The Liquidator, Kiran itulah Tuan Niraj Singh selalu tampil di panggung dengan kisah-kisah legendarisnya. Dan legenda tentang pertempuran di langit Benua Ayax antara Sage Putih melawan Warlock Hitam adalah kisah favoritnya. Kiran dan kawan-kawannya sangat kagum dengan pendongeng itu.Konon desas desus berkata, Niraj Singh adalah seorang ahli sihir. Dia agen rahasia dan mata-mata Klan Phoenix Merah. Tapi itu tak terbukti kebenarannya. Di sisi lain. Dua sosok itu semakin mendekat ke tanah. Bunyinya memekakan telinga, membuat tanah bergetar.Rooaar! Phoenix dan kapal roh menukik. Keduanya saling menyambar ke tanah. Debu beterbangan bercampur asap. Tidak sempat membentur, dua sosok itu Kembali mengudara dan mendaki ke arah langit. Sayap Phoenix tampak terbuka lebar. Indah tapi mematikan.Langit menjadi merah Ketika itu memerah, tatkala Phoenix menyemburkan api. Ia ingin melalap kapal roh."Phoenix itu marah!" seru Kiran yang ikut berdebar.Langit Kembali kelam setelah nyala api Phoenix meredam. Ia bergerak dengan Anggun, meliuk melebarkan sayapnya. Sosok Phoenix tampak menjauh dari kapal roh. lalu berputar menuju kapal itu lagi. Mulutnya penuh nyala api. Tiap kali bergerak, selalu saja percikan api meletup dari semua badan Phoenix. Kuku dan cakarnya terlihat tajam dan Panjang, mirip pedang pendek.Ketika sang Phoenix berbalik menghadang kapal roh, api di badan sang phoenix seketika berkobar, bukan lagi percikan. Ia tampak mengerikan, ibarat dewa api yang marah.Seisi kapal roh langsung waspada. Ketika Phoenix mendaki, tidak bertabrakan. RUpanya sasarannya adalah layer di kapal roh itu. Phoenix ingin membunuh seisi kapal, Ketika dalam pendakiannya, ia melepaskan lidah api. LIdah api itu dengan cepat, terbakar. Membuat kapal menjadi oleng, bergerak kekiri dan kekanan, tak lagi stabil.“Kebakaran!” Suara Pyromancer itu berteriak memecah sepi."Air! Seseorang harus melepas Kutukan Air!” titahnya.Yang lain ikut menabahkan. “Saatnya giliran Hydromancer beraksi!”Disisi lain kapal, setengah layar telah terlalap api.“Mereka tidak akan tertolong,” desis Kiran dari tanah lapang. Ia senang melihat kekalahan para Pyromancer.Tapi Pyromancer itu berteriak dengan marah.“Celaka benar para hydromancer ini! Mengapa mereka bisa selambat kura-kura berjalan?”Dari palka kapal roh , muncul tiga orang ahli - Hydromancer. Ketiganya membuat segel di dada lalu melambaikan tangan. Air keluar dari telapak mereka, seperti air mancur. Menghambur, tampak seperti curahan air terjun yang dalam beberapa kejap saja, langit memburam penuh asap hitam. Bau hangus menguar kemana-mana. Layar kapal roh terselamatkan sebagian.Kapal roh berupaya menyeimbangkan diri setelah setengah layarnya selamat dari kebakaran, meski tak lagi terbang sempurna seperti semula.Dari bawah sana, Kiran marah melihat pengeroyokan itu. "Ah... Mereka sekelompok ahli yang curang. Beraninya keroyokan melawan sang Phoenix!" Kiran tak kuasa menahan diri. Phoenix itu seperti akrab – terasa family jauh bagi dirinya.Sementara itu,Dari kapal roh, semprotan air mancur hydromancer makin lama makin keras. Sesudahnya hujan terbentuk. Hydromancer lalu memanfaatkan air hujan, menyemburkan air berkekuatan dahsyat itu ke Phoenix.Skreech!Phoenix memekik marah. Ia basah dengan semprotan itu. Nyala api merah - kuning di tubuhnya memudar.Skreech!Sekali lagi memekik! Phoenix itu memunculkan sihir perisai pelindung dari api. Air hujan dan derasnya semprotan sihir hydromancer terpental – terlihat membias dalam warna Pelangi.Phoenix itu memekik, ia terbebas dari basah yang menghalangi sihir apI di tubuhnya. Sambil merentangkan sayap lebar, sang phoenix meliuk di udara. Tubuhnya terbang mendaki tinggi, hampir sembilan puluh derajat di angkasa. Lurus ke arah langit tinggi.Kiran terkesima, sang Phoenix mampu melakukan gerakan penerbangan memanjat langit dalam derajat yang tubir seperti itu. Tapi hanya sebentar saja. Sosok sang phoenix lenyap ditelan kelam.Panik, karena sang phoenix menghilang, Pyromancer pemimpin di kapal roh terdengar marah. Ia membentak kawanannya dalam instruksi."Kejar dia! Jangan biarkan makhluk itu lolos. Nyawa kita semua taruhannya."Dan kapal melaju, berputar-putar mendaki ketinggian langit dimana Phoenix itu menghilang. Sayangnya Sebagian layer yang rusak, itu membuat Gerakan kapal tidak selaju sebelumnya. Gerakannya kikuk, walaupun masih cepat.Sang Pyromancer terlihat panik, tatkala bayangan phoenix tak jua kelihatan. Ia memberi instruksi untuk mempercepat laju kapal mereka. “Perhatian – perhatian! Semua Pengendali Angin tolong kerahkan sihir kalian. Dorong kapal ini lebih cepat lagi, menyusul monster itu, sebelum dia pergi dan kita akan di hukum pancung Kaisar! Phoenix licik itu takkan mungkin pergi dari langit Qingchang apalagi Zolia!”Jantung Kiran berpacu kencang. "Bukan hanya pengendali air dan api saja di atas kapal itu? Pengendali angin pun mengambil bagian dalam pengeroyokan ini? Siapa sesungguh nya Phoenix itu? Statusnya begitu penting dan istimewa!”Kiran bertanya-tanya. Pikiran liarnya mulai mengarah pada dongeng di Brimm The Liquidator.“Apakah Phoenix ada kaitannya dengan kisah legendaris yang di dongengkan Tuan Niraj Singh?” Kiran memucat.Sementara itu.Di cakrawala terjadi pertunjukan menarik. Pengendali angin sang Aeromancer berdiri di geladak kapal. Mereka berjumlah tiga orang. Kiran menutup mulut, tatkala melihat tiga Aeromancer melambung. “Mereka bisa terbang?” suara Kiran tak percaya."Mustahil sekali! Adakah kemampuan manusia dapat terbang semacam itu?" Kiran mengucek dua matanya berkali-kali. Malam ini betul-betul malam tak terlupakan. Semua kejadian adalah nyata seperti kisah-kisah dongeng yang diriwayatkan di rumah-rumah minum di Kota Begonia.Di langit Hutan Terlarang. Tiga Aeromancer melambaikan tangan. Suasana berubah membeku ketika angin taufan tercipta. Munculnya tiba-tiba. Awan kelam di langit seketika cerai-berai. Dan sang Phoenix yang bersembunyi dibalik awan pekat, nampak jelas. Ia tak menyala dengan api merah kuning, sepertinya sengaja untuk menyembunyikan diri.Skreech! Phoenix memekik marah. Penyamarannya di bongkar tiga pengendali angin itu. Ia membuat gerakan menukik tajam. Begitu cepat laksana angin tercambuk di pinggir pantai.Di lain pihak. Kapal roh bergerak tak kalah cepatnya Melesat secepat peluru membelah langit. Daya dorong sihir angin tiga Aeromancer itu membuatnya stabil dan seimbang.Tabrakan akan terjadi!Kiran sudah menutup mata, tak sanggup menyaksikan benturan yang akan terjadi. "Ini betul-betul kegilaan. Aku tak sanggup melihat apa yang bakal terjadi!"Roar!Suara kertakan api terdengar tatkala sang Phoenix membuka mulut. Dan api sihir itu menyembur.BOOM!Sayang sekali. Air bercampur angin para penyihir pengendali elemen itu membelokkan serangan sang Phoenix.BAM!Phoenix dengan cerdik meliuk di cakrawala! Api besar lagi disemburkannya sambil menukik tajam.Sasarannya kini berubah.Sang Phoenix tampak mengunci badan kapal, berniat melumat badan kapal roh dengan kukunya yang setajam pedang. Ia Begitu dekat, saat ini berada disisi kapal roh. Semua ahli sihir itu berteriak panik. “Seseorang lakukan sesuatu. Atau kita mati membentur tanah!”Kiran tersenyum jahat, dari bawah.Pengendali air menyemprot ke sisi lambung kapal, dan membentuk tameng raksasa terbentuk gunanya untuk melindungi lambung kapal. Tapi sayang itu terlambat. Dalam gerakan menikung, sepasang cakar setajam pedang pendek seketika merobek lambung Kapal Roh.Krak!Lambung kapal menganga. Rusuk dari kayu mencuat membuat penampilan kapal berantakan. Kapal berguncang. Seisi penghuni panik. Ada tiga orang ahli yang berdiri di anjungan, mereka terpental dan jatuh dari ketinggian sana. Suara lolongan ketakutan hanya terdengar sebentar. Sesudahnya lenyap tatkala membentur tanah di seberang tembok Line Hills.Kapal Roh kehilangan keseimbangan. Kini terlihat oleng di udara. Ia berputar-putar sebentar, sesudahnya menukik, jatuh mengarah tanah.Tak puas dengan hasil akhir, Phoenix itu melakukan manuver . Tahu-tahu saja sosoknya telah berada dekat pada layar kapal. Api menyembur yang lantas melalap habis layar kapal."Bahaya ! Kapal dalam keadaan bahaya !" Suara instruksi terdengar. Nadanya terdengar horror."Perhatian – perhatian. Dalam hitungan ke-10, benturan keras akan terjadi. Semua Bersiap-siap!"Dari arah bawah, Kiran menonton sambil mengulas senyum kemenangan. “Ini adalah bagian klimaksnya. Kapal roh akan hancur membentur tanah.”Detik terakhir sebelum mencium tanah, tak disangka-sangka seorang pria berdiri di buritan kapal. Ia merapal mantra. Sesudahnya melambaikan tangan ke arah Sang Phoenix.Kiran menatap tak percaya.Ahli itu melempar benda seukuran telapak tangan. Dan itu logam. Berkilauan dari bawah tempat Kiran menonton.“Pengendali logam?” Kiran baru ini mendengar ada seorang penyihir berkemampuan itu.Di langit tampak kejadian mengejutkan selanjutnya. Logam kecil itu berubah menjadi satu Pedang raksasa, pedang terbesar yang pernah dilihat Kiran. Pedang itu menusuk dada Sang Phoenix. Cepat kejadiannya.Pekikan kesakitan terdengar. Sesudahnya phoenix tampak goya, lalu jatuh ke tanah.Rasa terkejut Kiran tak henti-hentinya, Ketika suara ledakan menyusul jatuhnya kapal roh dan phoenix.Duar!“Saatnya pergi, sebelum militer datang dan menginvestigasi tempat ini!” batin Kiran sambil berlari.Sayang bagi Kiran. Suara keras berdengung di telinganya Ketika tengah menyelamatkan diri. Phoenix itu telah berada di atas kepala, sangat dekat. Hawa panas menyebar, membuat Kiran serasa mau pingsan.“Dewa Tempestia, selamatkan aku. Aku belum ingin mati, terbakar sisa-sisa api Phoenix itu,” tangis Kiran didalam hati.BERSAMBUNG.Krooong! Suara kepakan sayap terdengar bergaung di kepala Kiran.Mula-mula pelan, tapi makin lama makin keras. Bunyinya gong yang ditabuh, terdengar bergema di telinga Kiran. Ketika makin dekat, getaran sayap itu mengguncang tubuh Kiran.Kiran histeris. "Aku belum ingin mati!"Swoosh! Kiran meloncat, sejauh mungkin yang ia mampu. Tubuhnya lantas bergulingan rerumputan lapangan, Berakhir dengan batang batang pohon pinus terdekat. Kiran kesakitan. Itu adalah pohon yang besar dan masih muda. Dan ledakan itu terdengar.BOOM!Debu beterbangan, menyusul api membumbung tinggi, tatkala Phoenix membentur tanah berumput yang hangus seketika.Kiran merasakan uap panas yang melebar sampai ke tempat itu terbaring. Kulitnya seperti akan mengelupas. Api berwarna merah kuning menyala sesaat. Sesudahnya padam.Keheningan!Kiran kesakitan. Sekujur tubuhnya kaku bercampur perih. Ia berusaha berdiri, tapi tidak bisa. Dengan pasrah ia tertelungkup dalam diam, mencoba tetap hidup - bertahan dari rasa saki
Hari masih gelap, matahari belum nampak. Angin dingin bertiup dari Hutan Terlarang, ini membuat penduduk Kota Begonia makin lelap. Semua orang mengencangkan selimut bertahan dari udara yang membeku.Tapi di jantung Hutan Berbisik, di antara bayangan pohon pinus yang berdesir, tampak sekelompok militer mondar-mandir. Langit ketika itu jernih tak berawan, mulai berwarna biru gelap, pertanda subuh telah menjelang.Swish!Tiga kapal roh berukuran sedang semuanya terbuat dari Kayu Padauk, kayu khusus dengan serat kayu terlihat bercahaya indah di langit yang masih gelap. Kapal-kapal roh itu hilir-mudik di atas perbatasan dua kekaisaran. Qingchang dan Zolia.Sesekali, lampu sorot dari ketinggian dipancarkan menembus rimbunnya daun pinus. Ada hal penting yang menjadi concern orang-orang itu. Kaum militer berjumlah 100 orang itu, mondar-mandir di pinggiran hutan terlihat sibuk mencari-cari sesuatu.Pria gagah berusia tak lebih dari 30 tahun, sepertinya ia adalah komandan kelompok militer itu.
Kiran dan temannya mengambil langkah seribu - Bolted like a deer - mereka menghilang dalam gelapnya malam. Di Brimm the Liquidator Eve Whitehouse melayangkan tatapan dinginnya ke jendela tempat mereka mengintip tadi.++++++Avena, Kai dan Ming berlari ke arah kiri dan Kiran terus berlari di jalan berbatu itu.Kiran ikut menghilang di persimpangan jalan itu Ia berlari cepat dengan dada berdegup. Ia bahkan tidak merasa telah menempuh jarak jauh dalam sekejap mata. Tahu-tahu saja, ia telah bersembunyi di balik selimut kasar yang tidak nyaman, di kamar sempitnya.Kiran tak bisa tertidur. Matanya terbuka lebar, memandang langit-langit kamar yang bolong!Ia membayangkan tatapan dingin perempuan pucat berambut putih tadi. Aura yang terpancar dari diri Pyromancer itu, seperti sanggup membunuhnya, meski dengan tatapan. Entah mengapa, ada sesuatu di dalam pikirannya, yang membuat ia tidak suka dengan pyromancer tadi. Tapi dia mencoba mengabaikannya.Pada akhirnya rasa kantuk itu datang, dan dia
Kota Begonia menjadi geger hari itu. Aksi pertempuran kelompok misterius itu sangat menarik perhatian. Orang-orang sibuk berlari menyelamatkan diri, menghindar dari kekacauan itu. Ada yang terjatuh, bahkan ada yang terinjak-injak sekelompok pengunjung yang panik. Beruntung tidak ada korban nyawa atas insiden tersebut.Semua orang kini terlihat tanpa jubah penutup. Tak ada lagi yang mengenakan mantel berkerudung seperti awal mereka berkumpul di alun-alun.KIran menatap ke panggung. Niraj Singh betul-betul telah lenyap, menghilang bersama kelompok misterius itu."Aku bersyukur, pendongeng itu selamat"Sementara itu, Kapten Bao berdiri berkacak pinggang di tengah lapangan. Dengan wajah memburuk, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi ke langit, lalu dengan suara yang ia besar berteriak. Suaranya bergaung di langit alun-alun kota."Semuanya diharap tenang. Jangan menimbulkan suara keributan tak berarti, yang menambah kacau suasana. Pihak militer akan mengambil tindakan tegas terhadap p
Seseorang menghentikan lamunan Kiran. "Ibu?" Kiran terkejut ketika Kora Wang menepuk pundaknya"Apa yang kamu lakukan di sini?" tatapnya penuh selidik."Ayo kita pulang!. Hari telah sore. Aku tak ingin kena hukuman cambuk hanya karena menunggumu bercengkerama dengan kawan-kawan bengal mu. Jam malam akan segera berlaku!" Suara Kora Wang terdengar tegas. Kumpulan pun bubar.Perjalanan ke rumah, terasa sangat cepat. Banyak orang berjalan terburu-buru, bergegas tiba di rumah sebelum jam malam berlaku.Kiran menarik selimut kasarnya hingga ke leher. Dia mencari kehangatan. Sejak Avena mengatakan bahwa calon ahli sihir terpilih harus pindah ke Kota Shanggu, dia menggigil gelisah. Rasanya tak tega untuk berpisah dengan dua orang tuanya.Setelah bolak-balik gelisah diatas ranjang, akhirnya sampai pada keputusan melegakan."Untuk apa aku berpikir terlalu banyak? Belum tentu aku akan lolos di audisi uji talenta sihir besok. Tidur lebih baik." Kiran tertawa dalam hati.Kiran tertidur pulas ses
Puluhan anak-anak yang akan mengikuti/ audisi bakat, berbaris rapi di bawah podium. Seorang petugas, dari seragam nya jelas seorang militer mengedarkan nomor urut untuk naik ke panggung mengikuti tes bakat yang di pandu Zetta Mui - gadis Peramal masa depan.Kiran mendapat nomor urut 12."Ini adalah nomor yang tidak menunjukkan rezeki tapi juga bukan angka kesialan. Semoga aku lulus audisi nanti" batin Kiran, wajahnya cemberut. Angka tiga adalah nomor keberuntungan bagi Kiran.Di Kekaisaran Qingchang ini, rakyatnya sangat percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Sehingga apapun itu, selalu dikait-kaitkan dengan pembawa sial atau tidak. Dari angka, atau hari, bahkan bulan sekalipun mereka selalu mempercayai ada masa keberuntungan dan ada masa tidak beruntung untuk nomor-nomor tertentu. Bulan ini, angka tiga adalah angka favorit.Alun-alun kota semakin ramai.Setelah semua anak peserta audisi menerima nomor antriannya, Zetta Mui mengundang mereka ke pentas sesuai urutan nomor."Uruta
Jantung Kiran berdegup kencang! Susuran anak tangga pendek menuju podium, terasa seperti lorong panjang menuju kamar kematian. Kiran dipenuhi rasa tidak percaya diri, ditambah kekuatiran kalau-kalau hasilnya uji bakatnya nanti berujung kekecewaanKiran gemetar."Bersikaplah tenang adik kecil. Tarik nafas dalam-dalam dan sentuh kuas ajaib itu.Sekarang!" Zetta berusaha membujuknya.Kiran menjadi percaya diri. Entah mengapa, suara Zetta yang lembut dan ramah, itu membuat pikirannya terasa jernih.Zetta mendesak."Ayo dimulai, satu sapuan kuas di permukaan kanvas, dan semua selesai!" Titah Zetta, kini nadanya memerintah. Sikap ragu-ragu itu membuat dia kehilangan kesabaran dengan cepat."Semoga berhasil!" Kiran menutup mata, memompa semangat dan secara tak terduga dia melambaikan tangan, meniru gerakan Zetta yang dramatis.Plak!Cairan tinta sihir itu, penuh menodai seluruh permukaan kanvas. Semua orang di alun-alun terbelalak. Kiran sungguh ceroboh!Seharusnya dia menyapu kuas untuk
Matahari bersinar tepat diatas kepala. Angin sepoi-sepoi bertiup. Daun-daun Cherry Blossom gugur ke tanah. Hati sepi mengiringi anak itu, Dia meninggalkan rumah tuanya, di pemukiman kumuh. Dua orang berdiri didepan rumah. Mereka melambaikan tangan Yang pria duduk di kursi. Nyaris seperti mayat hidup. Yang perempuan sesekali menghapus airmata di pipi.Tak perlu untuk menjadi romantis, bila menghadapi perpisahan. Kiran sedih. Tapi mimpinya harus terwujud. Menjadi seorang ahli pesona - penenun ilusi adalah tiket sekali perjalanan, keluar dari kehidupan yang susah seperti sekarang.Burung layang-layang terbang. Kiran menatap ke langit, menghela nafas dalam-dalam."Aku harus tegar. Ini adalah jalan menuju sukses. Kelak... jika berhasil nanti, kedua orang tuaku akan di boyong ke kota Shanggu. Kiran pun tegap melangkah pasti. "Kota Begonia akan menjadi masa lalu. Kota Shanggu adalah masa depan." Katanya mantap.Siang itu Kiran telah tiba di stasiun Kota Begonia. Gerbang Kebahagiaan itu nam