Share

Wanita yang Kecelakaan Bersama Suamiku
Wanita yang Kecelakaan Bersama Suamiku
Penulis: poetri4

Bab 1: Suami anda tidak sendiri

"Apa anda sungguh tidak mengenalnya?!" tanya petugas kepolisian itu.

"Siapa maksud anda?!" Diah mengernyit. Tujuannya ke kantor polisi hanyalah untuk mengambil barang-barang suaminya yang tercecer di TKP. Tapi kenapa dia malah dicecar pertanyaan, seolah-olah dia adalah seorang tersangka?!

"Citra Buana!" tegas petugas polisi itu berkata, "Wanita yang berada di mobil suami anda, saat kecelakaan itu terjadi!"

"Apa?! Wanita?!" Diah terpekik. Seingatnya, suaminya dinas keluar kota sendirian. Tidak bilang-bilang kalau ada temannya yang ikut serta.

"Saat kecelakaan itu terjadi, suami anda tidak sendiri! Ada seorang penumpang yang ikut mengalami kecelakaan bersama dengannya!" terang petugas itu lagi. "Seorang wanita bernama Citra Buana!"

Diah mengingat-ingat, apa ada wanita dengan nama Citra Buana yang merupakan teman suaminya?! Namun sekeras apapun ia berusaha mengingat, ia tidak menemukan nama tersebut dalam list teman suaminya.

"Saya tidak tahu, pak!" sahut Diah kemudian. "Saya tidak mengenal orang dengan nama Citra Buana!"

Petugas kepolisian itu menghela nafas, lalu mengangguk mengerti. Ia kemudian berkata, "Baiklah kalau begitu, silahkan anda periksa barang-barang ini dan pilihlah yang menjadi milik suami anda!"

Petugas tersebut menyerahkan box coklat yang dipenuhi oleh barang-barang yang tercampur. Ada barang-barang pria dan wanita dengan noda darah disana.

Hati Diah seketika terkecamuk oleh perasaan tidak nyaman, ketika melihat barang-barang yang berserakan itu. Perasaan asing yang menyesakkan melandanya.

Ia hendak menyentuh salah satu barang yang menarik perhatiannya. Namun suara seorang pria menginterupsi Diah.

"Maaf pak, saya suami Citra Buana!" suara bariton berat yang sangat dikenalnya tiba-tiba terdengar.

Diah tersentak kaget. Dimana pun dan kapan pun, Diah tak akan pernah bisa melupakan suara itu.

Diah pun menoleh. Ia berdoa semoga saja ia hanya salah dengar. Namun saat ia berbalik untuk memeriksa, wajah tampan seorang pria yang tak asing baginya menggantung di netranya.

"Demas?!" gumam Diah kaget.

"Diah!?" pria itu juga kaget.

****

"Jadi.. mobil yang ditumpangi oleh istriku adalah mobil suamimu?!" celetuk Demas.

Diah mengangguk. Ia juga baru tahu tadi. Sebelumnya ia hanya dikabari bahwa suaminya kecelakaan di jalan tol dan tengah dirawat di rumah sakit.

Sekarang saja, suaminya masih kritis. Namun ia dipaksa untuk datang ke kantor polisi.

Seraya memilih barang-barang suaminya, pikiran Diah melayang ke arah lain. Ia bingung, bagaimana suaminya dan istri Demas bisa terhubung?!

"Apa pekerjaan istrimu?!" tanya Diah kemudian. Ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Diah berharap, istri Demas bekerja di tempat yang sama dengan suaminya. Sehingga wajar jika mereka pergi bersama.

"Istriku seorang model!" sahut Demas singkat. "Dia model yang cukup terkenal akhir-akhir ini!"

Dheg!!!

"Seorang model?!" gumam Diah bingung. Bagaimana suaminya bisa mengenal seorang model?!

"Apa pekerjaan suamimu?!" balik Demas bertanya.

"Dia asisten manager di K Hotel!" balas Diah.

Hening...

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing..

Diah menjadi lebih cemas, nalurinya sebagai seorang istri bergejolak. Apa mungkin suaminya hanya kebetulan bertemu dengan istri Demas di jalan, lalu memberinya tumpangan?! Atau mereka memang bersama sebelumnya, lalu kembali berdua?!

Seingatnya Abian, suaminya tidak mengatakan akan pergi dengan siapapun.

Seminggu lalu, Abian minta izin pada Diah untuk pergi dinas keluar kota. Katanya, Abian diminta untuk meninjau pembukaan hotel baru di luar kota.

Diah sempat ingin ikut pergi, tapi Abian bilang perjalanan dinasnya kali ini akan merepotkan. Sehingga tak mengizinkan Diah untuk ikut serta. Lagipula tak ada yang akan menjaga ibu, jika mereka berdua pergi.

Diah yang penurut pun dengan patuh mengikuti titah suaminya. Ia yakin ada alasan tertentu kenapa suaminya itu tak mengizinkannya untuk pergi.

Diah tak memiliki kecurigaan apapun terhadap suaminya. Ia percaya pada suaminya 100%.

Namun kali ini, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pernikahan mereka. Diah merasa sedikit curiga.

"Bagaimana mereka bertemu...?!" gumam Diah, ia tanpa sadar mengucapkan isi hatinya.

"Mungkin mereka kenalan lama, atau juga... mungkin.. mereka seperti kita?!" sahut Demas, mengira Diah sedang berbicara dengannya.

"Seperti kita..?!!" tenggorokan Diah tiba-tiba tercekat. Jika seperti dirinya dan Demas, berarti istri Demas dan juga suaminya kemungkinan adalah mantan kekasih! Tapi kenapa mereka bisa ada di dalam satu mobil?!

"Apa ponsel ini milik suamimu?!" Demas bertanya, membuyarkan lamunan Diah.

Demas kemudian menyodorkan dua gawai serupa berwarna hitam, keluaran beberapa tahun yang lalu.

"Aku rasa tidak!" sahut Diah. Ia yakin itu bukan milik suaminya. Ia tahu betul gawai mas Bian terlihat seperti apa. "Itu mungkin milik istrimu!"

Demas menggeleng, "Tidak! Ponsel istriku tidak seperti ini!"

"Apa mungkin ini salah dimasukkan kesini?!" duga Demas.

"Mungkin...?!" Diah mengedikkan bahunya. Ia juga tidak tahu.

Mencari petugas kepolisian yang tadi menyerahkan box itu pada mereka, Demas dan Diah dihadapkan pada fakta bahwa gawai itu adalah milik pasangan mereka berdua.

"Silahkan diperiksa dulu!" ujar petugas kepolisian tersebut, "Kedua smartphone itu ditemukan di TKP! Tidak mungkin milik orang lain!"

Saling pandang, Demas dan Diah hanya bisa mengambil gawai tersebut dan membawanya pulang.

"Ayo, aku antar kamu pulang!" tawar Demas.

"Ah! Tidak usah!" tolak Diah, ia tidak mau terlibat lagi dengan Demas.

Bagaimana pun mereka pernah memiliki masa lalu bersama, Diah tak ingin ada salah paham yang muncul nantinya.

"Aku mau pergi ke rumah sakit!" dalih Diah.

"Oh.. ya sudah.." sahut Demas.

Berpisah dari Demas, Diah memesan ojek online menuju ke rumah sakit dimana suaminya dirawat.

Di dalam perjalanan, tak sekalipun pikiran Diah terlepas dari bayang-bayang istri Demas. Wanita yang ada di dalam mobil suaminya dan kecelakaan bersama dengan suaminya!

Diah bertanya-tanya, bagaimana bisa keduanya bersama dan hubungan apa yang dimiliki oleh keduanya?!

Sekelebat pikiran buruk terlintas di benak Diah. Namun ia berusaha menepisnya.

'Tidak mungkin mas Bian begitu! Mas Bian itu baik dan perhatian!! Dia tidak mungkin berselingkuh!' batin Diah.

Meski selama tiga tahun mereka menikah, mereka tak dikaruniai momongan. Namun tak sedetik pun, Abian pernah berlaku buruk atau kasar pada Diah.

Abian selalu bersikap baik dan lembut! Tak pernah berubah!

'Pasti mereka tak sengaja bertemu dan mas Bian menawarinya untuk ikut!' batin Diah, 'Mas Bian kan orang yang baik dan juga ramah!'

Diah meyakinkan hatinya!!!

****

Baru saja Diah akan memasuki pintu depan rumah sakit, Halwa, ibu mertuanya yang kebingungan. Langsung menerjangnya dan memeluknya dengan penuh isak tangis.

"Diah!! Diah!!" lirihnya di sela-sela tangisnya, "Abian, Diah...Abian!!"

"Ada apa, Bu?! Kenapa dengan mas Bian?!" tanya Diah panik. Firasatnya mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang bagus.

"Abian katanya koma, Diah!! Dia koma!!" lirih Halwa. Perempuan tua itu histeris, ia memukul-mukul dadanya dengan tangan.

Diah yang mendengar pernyataan mertuanya itu linglung sejenak. Namun ia segera sadar, setelah mendengar jerit mertuanya yang lantang.

Sembari menahan Isak tangis yang akan keluar dari mulutnya, Diah berusaha menenangkan Halwa.

"Sabar, Bu... sabar..." ucapnya. "Ayo, Bu duduk dulu!"

Mengajak Halwa untuk duduk di kursi terdekat, Diah berusaha menenangkan ibu mertuanya itu.

"Bagaimana ini, Diah?! Apa anak semata wayangku itu juga akan mati?!" lirih Halwa. Setelah kematian suaminya beberapa bulan lalu, Halwa merasa hidupnya hancur.

Ia bertahan hidup hanya karena putranya, namun sekarang putranya juga dalam keadaan sekarat. Untuk apa dia hidup?!!

"Tidak ibu...! Mas Bian akan baik-baik saja! Mas Bian pasti akan sadar!" ujar Diah lemah lembut, "Mas Bian laki-laki yang kuat, dia pasti bisa bertahan! Yakinlah, Bu!"

"Tapi kata dokter dia tidak pasti kapan bangunnya!" ucap Halwa,buliran bening mengalir dari pelupuk matanya tiada henti. "Bagaimana kalau dia tidak bangun-bangun?!"

"Tidak Bu.. pasti! Secepatnya, pasti mas Bian akan bangun! Yang penting sekarang, ibu tenang dulu!" bujuk Diah.

Halwa yang tadinya histeris, merasa lebih tenang setelah dibujuk oleh menantunya.

"Habis ini, ayo kita berdoa, Bu! Untuk kesembuhan mas Bian!"

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status