Share

BAB 7 : Ancaman

Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya.

Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian.

Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya.

Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya.

'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan.

Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya.

'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas.

Kenyataan bahwa Abian dan Citra bisa bertemu di luar kota dan menggunakan mobil yang sama, membuat Demas berpikir bahwa keduanya pasti saling berhubungan dan berkomunikasi untuk melakukannya.

Tidak mungkin kan mereka bertemu secara tidak sengaja dengan sangat kebetulan seperti itu?!

'Apa dia menghapus pesan dan riwayat panggilannya!?' batin Demas menduga-duga. 'Atau menggunakan ponsel lainnya lagi?!'

Semakin dipikirkan semakin membingungkan!! Demas benar-benar ingin mengungkap kebenarannya. Ia ingin membuat Diah melihat kebusukan suaminya.

Dheg!!

Demas kaget. 'Apa yang aku pikirkan??' batinnya.

'Kenapa aku ingin Diah melihat suaminya dengan buruk?!' batinnya. Ia tidak sadar, mulai mengharapkan Diah.

Jauh di dalam lubuk hatinya, ia berharap menemukan bukti konkret akan perselingkuhan Abian dan Citra. Ia ingin membuat Diah mengetahui bahwa Abian bukanlah pria yang baik.

Kebersamaan mereka beberapa hari ini, kembali memantik perasaan lama yang disimpan oleh Demas. Ia awalnya hanya berharap untuk kebahagiaan Diah, tapi sekarang ia mulai serakah. Dan ingin Diah berpisah dengan suaminya, agar dia bisa memiliki kesempatan untuk bersama dengan Diah.

'Tidak!!' tolak Demas. Ia berusaha menghempas pikirannya. 'Bukankah bagus jika ternyata mereka tak berselingkuh?! Artinya pria itu tak menyakiti Diah!'

'Ya! Benar.. ini bagus!' Demas mendikte dirinya. Bahwa apa yang terjadi saat ini adalah hal yang bagus. Namun berbeda dari apa yang benaknya sebutkan, hati Demas terasa perih.

Ada retakan-retakan kecil yang tercipta di sudut hatinya. Sebuah harapan yang menggunung yang tersimpan di kedalaman hatinya, runtuh dan hancur berantakan.

****

"Kamu menemukan sesuatu?!" tanya Demas, saat melihat kedatangan Diah.

Diah menggeleng. "Tak ada apapun! Bagaimana denganmu?!"

"Aku juga tak menemukan apapun!" ujar Demas.

"Ah...b-baguslah!" seru Demas, berbanding terbalik dengan kata hatinya "Itu berarti.. kemungkinan besar, mereka tak lagi berhubungan! Mungkin mereka hanya kebetulan bertemu!"

Diah terdiam, ia tercenung memikirkan kata-kata Demas.

'Kebetulan bertemu?!' Diah merasa itu tidaklah benar!! Ia bukan wanita yang bodoh. Dia tahu kebetulan seperti itu, jarang sekali terjadi.

Kecurigaan Diah kemudian terjawab, saat manager Citra datang berkunjung untuk menemui Citra.

Sebelumnya Renata, manager Citra tak bisa mengunjungi Citra karena ada di luar kota untuk mengurusi beberapa model yang juga menjadi tanggung jawabnya.

"Ya ampun!! Bagaimana bisa begini??" ucap Renata. Ia menatap sendu pada Citra, yang tengah terbaring tak berdaya.

Alat-alat yang terpasang ditubuhnya, memantik rasa sakit di hati Renata yang melihatnya.

Meski hubungan mereka sekarang adalah manager dan model, tapi sebelumnya mereka adalah teman. Citra adalah salah satu juniornya di kampus.

"Dia pergi ke kota sebelah untuk menemui orangtuanya. Saya menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi dia bilang akan pergi bareng mbak yang kebetulan ada job di kota sebelah!" jelas Demas.

"Aku gak ada job disana Demas, aku ada job di tempat lain!!" ujar Renata. Ia sendiri terkejut saat Demas menanyainya terkait hal itu.

Citra bahkan tak menjawab telepon dari Renata beberapa waktu lalu, saat Renata menawarkan job baru.

"Lalu dia pergi dengan siapa!?!" tanya Renata kemudian.

Tanpa menjawab, Demas menatap ke arah ranjang sebelah. Dimana seorang pria berbaring disana.

Meski Demas tidak mengatakannya secara gamblang, Renata memahaminya bahwa jawaban dari pertanyaannya adalah pria itu.

Melangkah lebih dekat, berusaha memeriksa wajah pria itu. Renata terkejut karena ia mengenalinya.

"Tuan Abian?!" pekik Renata.

"Mbak mengenalnya?!" Demas kaget.

'Berarti benar mereka pernah bertemu terkait pekerjaan!' batin Demas.

Renata mengangguk, "Pemotretan di K Hotel waktu itu, kami berurusan dengannya!"

Terlihat ragu-ragu, Renata hendak mengatakan sesuatu. Tapi ia akhirnya hanya bisa terpaku, menatap Citra dan Abian secara bergantian.

Memahami bahwa Renata mengetahui sesuatu, Demas kemudian memancingnya untuk bicara.

"Aku menemukan sesuatu yang menarik.. apa mbak mengetahuinya juga?!" ujar Demas.

"Ah?! Ah?! Apa?!" Renata tergagap. "Sesuatu menarik apa!?"

"Citra dan pria itu, mereka memiliki hubungan, kan!?!" ucap Demas.

Seketika, Renata mendelik. Seolah begitu kaget dengan apa yang di dengarnya dari Demas.

"Bisakah mbak memberitahuku?!! Apa saja yang mbak ketahui mengenai hubungan diantara mereka?!!" ucap Demas "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi! Kenapa istriku bisa berada dalam satu mobil dengannya?!"

Lama Renata tercenung, ia menimbang di dalam hatinya. Apakah kata-katanya ini akan menjadi hal yang baik ataukah buruk?! Apa dia harus mengatakannya atau tidak?! Renata kebingungan.

"Aku hanya ingin mengetahui kebenaran di balik kecelakaan istriku, mbak..." ujar Demas lagi.

Meski Demas dan Citra adalah pasangan kontrak, yang tak memiliki sedikitpun percikan asmara di dalam hubungan mereka. Namun di depan yang lainnya, mereka adalah pasangan yang harmonis.

Walaupun jauh dari kata mesra, mereka adalah pasangan yang terlihat saling mengandalkan satu sama lain. Demas juga merupakan sosok yang ramah dan cepat akrab. Sehingga baik Renata maupun rekan-rekannya berpikir bahwa Demas adalah suami yang sangat baik.

Mendengar ucapan Demas, hati Renata terketuk juga. Ini pasti sangat tidak adil bagi Demas, tahu-tahu istrinya kecelakaan dan seketika koma.

Bahkan setelahnya, Demas dihadapkan dengan kenyataan bahwa istrinya berbohong dan bersama pria lain.

"Mbak tidak tahu apa kata-kata mbak ini akan menjadi hal yang baik atau hal yang buruk untukmu.." ujar Renata, membuka kata, "Tapi mbak merasa harus mengatakan apa yang mbak tahu padamu!"

Demas mengangguk, dengan wajah sendu ia berujar, "Tolonglah mbak.. saya sangat menghargai, jika mbak mau jujur mengenai Citra dan pria itu!"

Menghela nafas panjang, Renata pun mengungkapkan apa yang ia tahu mengenai Citra dan Abian.

Renata tak tahu apa jelasnya hubungan diantara keduanya. Namun saat Citra melihat Abian, Citra terlihat sangat terkejut. Ia bahkan linglung beberapa saat dan setelahnya tidak fokus saat pemotretan berlangsung.

Itu menarik perhatian Renata, karena Citra jarang melakukan kesalahan semacam itu saat pemotretan.

Dan yang lebih mencurigakan untuk Renata adalah saat ia tanpa sengaja memergoki Citra dan Abian bertengkar di taman hotel.

"Saat itu, baik tuan Abian dan Citra mengaku tak saling mengenal... tapi mbak tanpa sengaja melihat mereka bersitegang di taman hotel!" ucap Renata, ia menerawang mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Bersitegang?! Mengenai apa mbak?!" tanya Demas penasaran.

"Mbak tidak begitu mendengarnya.. hanya samar-samar.. itu mengenai.." kata-kata Renata tercekat. Ia merasa bimbang untuk melanjutkan ucapannya.

"Mengenai apa mbak..?!" desak Demas lagi.

"Ancaman..." ujar Renata.

"Ancaman?!" Demas mengernyit.

Ancaman?! Apa lagi ini?!'batin Demas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status