Share

Wanita Simpanan Pilihan Mertua
Wanita Simpanan Pilihan Mertua
Author: Vonny Elyana

Ceraikan aku, Mas!

"Lia, minggu depan Mas ga bisa pulang ke rumah," kata Aditya.

"Apa Mas? Ga pulang lagi? Mas, aku heran deh sama Mas. Kenapa sekarang Mas jarang pulang? Padahal dulu bisa pulang seminggu sekali, atau bahkan dua kali loh," kata Dahlia.

"Mas ini sibuk loh, Lia. Masa kamu ga bisa memahami?" tanya Aditya.

"Halah, paling itu alasan Mas saja! Apa Mas punya wanita lain di luar sana?" tanya Dahlia dengan emosi.

Pertanyaan itu memang selalu melintas dalam benak dan menghantui Dahlia selama ini. Saat ini Dahlia tidak mampu menahan diri untuk menanyakan itu pada Aditya. Aditya memang bekerja di luar kota, sekitar tiga jam dari rumah jauhnya. Selama ini Aditya tinggal di rumah dinas. Awalnya, Aditya masih pulang seminggu sekali ke rumah. Tapi sudah beberapa bulan ini Aditya sangat jarang pulang ke rumah, hanya satu kali dalam sebulan. Jika pulang ke rumah pun, Aditya hanya dua hari di rumah. Terkadang Dahlia sampai harus mendesak dan memaksa suaminya untuk pulang ke rumah.

Saat sedang berada di rumah, Aditya seperti tidak fokus menikmati waktu bersama Dahlia. Sering terlihat sedang memikirkan sesuatu, atau sibuk dengan HPnya, senyum-senyum sendiri melihat layar HPnya, dan mengunci HP dengan kode. Bahkan yang lebih menyakitkan untuk Dahlia, Aditya seperti tidak rindu padanya. Aditya jarang menyentuh tubuh Dahlia dan memuaskan hasrat cinta mereka berdua.

Aditya sering menggunakan berbagai alasan untuk tidak pulang ke rumah. Alasan-alasan itu antara lain lembur, pekerjaan yang sangat sibuk, lelah, atau harus menemani Ibunya.

Pranggg....

Aditya membanting gelas yang ada di tangannya sampai pecah berantakan. Dahlia langsung menutup kedua telinga nya karena terkejut.

"Dasar kamu, istri ga berguna! Bertambah umur malah semakin cerewet dan menyebalkan! Kalau aku jarang pulang, apa masalahnya? Yang penting aku tetap mengirim gaji ku secara rutin untukmu, kan? Aku ini sibuk bekerja, kamu ga usah berpikir macam-macam! Istri tidak tahu diri! Kalau tahu begitu, aku tidak akan pulang sekalian!" kata Aditya sambil beranjak membawa koper nya dan bersiap melangkah keluar dari rumah.

"Kalau kau memang sudah tidak mencintaiku, ceraikan aku, Mas!" kata Dahlia dengan getir. Perasaan di dalam hatinya yang bergejolak dan emosi yang memuncak membuat dirinya tak mampu meredam kemarahan dan perkataannya. Jujur, Dahlia pun terkejut ketika perkataan itu meluncur dari bibir nya begitu saja. Kini jantung Dahlia berdebar menunggu reaksi Aditya setelah mendengar perkataannya tadi.

Aditya berhenti melangkah dan berbalik, terlihat jelas nafasnya menderu dan sorot matanya pun penuh kemarahan. Aditya mengepalkan tangannya dengan kuat, seakan berusaha kuat menahan kemarahan yang siap meledak.

Aditya berjalan mendekat ke arah Dahlia. Tatapan matanya yang tajam begitu menusuk Dahlia. Tatapan mata yang biasanya penuh cinta dan kehangatan itu kini lenyap, yang terlihat hanya kemarahan yang begitu membara seperti hewan buas yang siap menerkam mangsa di hadapannya. Reaksi Aditya itu membuat Dahlia langsung mundur beberapa langkah.

Aditya mendesak Dahlia ke tembok, membuat Dahlia tidak bisa kemanapun. Lalu Aditya mendekatkan wajahnya di depan wajah Dahlia, dan mencengkeram erat bahu Dahlia dengan kedua tangannya.

"Sadar ga kamu dengan perkataanmu itu, hah? Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu itu? Pikirkan baik-baik. Jika kamu mau bercerai, aku akan mengabulkan permintaanmu itu!" kata Aditya seakan tanpa keraguan.

Dahlia gemetar ketakutan, bibirnya terasa kelu, perkataan Aditya itu berhasil membuat otak nya membeku. Beberapa saat lamanya Dahlia terpaku, tak bisa berpikir dan tak bisa berkata-kata. Hembusan nafas Aditya yang penuh kemarahan menerpa wajah Dahlia.

Saat ini Dahlia seperti tidak mengenal suaminya. Pria di hadapannya ini seperti bukan kekasih dan suaminya yang dulu dikenalnya, pria yang sangat ia cintai.

Aditya mendorong tubuh Dahlia dan melepaskan cengkeraman tangannya. Membuat kepala Dahlia terbentur ke dinding di belakangnya.

Sakit? Tentu bahu dan kepala Dahlia sakit, tapi yang terasa sangat sakit adalah hati Dahlia. Nyeri, Dahlia seakan tidak memiliki kekuatan lagi di tubuhnya.

Aditya pun pergi dari rumah meninggalkan Dahlia yang sangat terluka. Dahlia masih terpaku di tempat nya, seakan tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Sepanjang lima tahun pernikahannya dengan Aditya, belum pernah Aditya begitu marah seperti tadi.

Aditya dulu adalah seorang pria penyayang dan lembut pada istrinya. Bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar atau berbeda pendapat, tapi selama ini Aditya selalu bersikap dewasa dan bisa menghadapi semua persoalan dengan bijak. Bahkan, Aditya belum pernah membentak Dahlia sebelumnya.

Dahlia terduduk lemas dan menatap gelas yang hancur berkeping-keping di hadapannya. Hatinya berdesir dan terasa nyeri.

'Mengapa Mas Aditya berubah menjadi kasar seperti itu?' tanya Dahlia dalam hatinya dengan pilu.

Hati wanita mana yang tidak sakit jika suaminya berubah sikap seratus delapan puluh derajat seperti itu. Seakan tak ada lagi kehangatan dalam hubungan mereka sebagai suami istri. Dalam malam-malam sepi, Dahlia sering membayangkan apa yang sedang suaminya perbuat di luar sana, di tempat yang cukup jauh dari rumah.

'Apakah ada wanita lain yang mengambil posisiku di dalam hati Mas Aditya?' berjuta tanya dan keraguan singgah dalam benak Dahlia.

Dahlia menatap dirinya di cermin meja rias nya,

'Apa kini aku sudah menua? Sehingga kamu sudah tidak mengingini aku lagi, Mas?' tanya Dahlia dalam hatinya dengan pedih.

Seringkali jika malam tiba, saat Dahlia membaringkan diri nya di tempat tidur, tanpa terasa air matanya mengalir. Ia merasa sendiri dan kesepian. Dahlia tidak tahu harus bercerita pada siapa tentang persoalan yang dialami dan perasaan hatinya. Rasanya tidak mungkin jika dirinya harus bertanya tentang Aditya pada Ibu mertua nya, karena hingga kini hubungan Dahlia dengan Ibu kandung Aditya itu begitu dingin.

Dahlia juga tidak sampai hati menceritakan semua ini pada Bapak dan Ibunya. Orang tua mana yang tidak bersedih jika mendengar anak perempuan nya tidak bahagia dalam pernikahannya? Dahlia takut ini akan menjadi beban pikiran dan mengganggu kesehatan Bapak dan Ibu.

Dahlia menguatkan diri untuk menahan perasaannya, berharap Aditya akan berubah dan kembali seperti dulu. Namun selama ini harapan tinggallah harapan, Aditya malah semakin acuh dan menjauh dari Dahlia. Sampai akhirnya hari ini terjadi, pertengkaran hebat dalam rumah tangga Aditya dan Dahlia. Hati Dahlia begitu terluka ketika mendengar dengan mudahnya Aditya meluluskan permintaan cerai Dahlia itu.

"Apa benar kau sudah tidak mencintai aku lagi, Mas?" gumam Dahlia.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
awal nikah suami dahlia sangat sayang istrinya..seetelah 5 thn suami jarang pulang
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
perempuan tolol selalu jadi objek author untk menghempaskannya yaa.. rasa nya terlalu bodoh aja jadi perempuan ditipu mentah² ama laki² bangsattt
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu punya otak kan, gunakan otakmu. emangnya kamu g tau rumah dinas suami mu. datang kesana diam2 bukannya menuntut suami pulang sesuai jadwal. cuman menangis yg kau bisa nyet
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status