Share

Video Pernikahan Suamiku
Video Pernikahan Suamiku
Author: Fetina

Berita Pernikahan Suamiku

Aplikasi hijauku berbunyi. Kubuka pesan yang masuk. Dari sepupuku di Bandung. Dia mengirimkan sebuah video padaku.

'Deg.' Aku tersentak saat melihatnya.

Video itu berisi akad nikah suamiku di sebuah ruangan, tapi entahlah itu ruangan apa. Ternyata sebuah kamar di rumah sakit. 

'Ya Allah, Mas Radit. Kamu menikahinya!' sontak mulut ini ditutup oleh telapak tangan kananku.

Tak lama ia kirimkan lagi video Mas Radit sedang resepsi di pernikahan itu. Gawai ini tak kuasa terpegang lagi olehku, aku terkulai lemas menepi di pojok kamarku.

Hati ini terasa teriris melihat video itu. Pernikahan Mas Radit dengan Seli. Tapi ... bukannya Angga yang menikahi Seli? Kenapa malah suamiku yang jelas-jelas sudah punya istri.

Aku menangis tersedu sembari mengelus-elus jabang bayi yang ada di kandunganku. Saat ini aku sedang mengandung usia delapan bulan, dan ini anak pertama kami.

Suara telepon membuatku terperanjat.

"Halo, Kania. Kamu nggak kenapa-napa, kan?" suara Lia mengkhawatirkanku di sebrang sana.

Ku seka air mata ini, lalu menghela napas kasar.

"Aku nggak apa-apa, Li. Aku butuh penjelasan, Li! Mengapa bisa seperti itu?"

"Panjang kalau harus diceritakan, Kania. Aku juga bingung semua terjadi begitu cepat," katanya.

"Nggak apa-apa, kamu cerita aja. Aku sangat penasaran dengan video yang kamu kirimkan ini. Bagaimana mungkin Mas Radit menikahi Seli yang jelas-jelas mau menikah dengan Angga." Aku berusaha tegar saat bicara dengan Lia.

"Tadi mobil pengantin laki-laki kecelakaan, Angga mengalami luka parah. Ia meminta Radit untuk menikahi Seli. Radit tadinya menolak, tapi Angga merasa umurnya tak lama, akhirnya dia terima. Terjadilah akad nikah itu di rumah sakit. Angga menyuruh mereka kembali ke tempat resepsi. Mereka pun melakukan resepsi, saat itulah Angga meninggal dunia," cerita Lia.

Aku syok mendengar cerita Lia. Mas Radit sudah sah mempersunting Seli. Itu berarti, ah ... Aku tak kuat memikirkannya.

***

"Dek, aku pergi dulu ya!" Mas Radit pamit akan ke pernikahan Angga dan Seli di Bandung.

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan, ya!" ucapku sambil mencium tangannya. Ia pun mencium dahiku, lalu pergi meninggalkanku.

Aku tak bisa ikut karena kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga. Aku disarankan banyak istirahat di rumah oleh Mas Radit.

Mas Radit ingin ikut rombongan pengantin laki-laki, jadi harus berangkat dari Bogor dini hari, saat semua masih terlelap. Semua kejadian tadi pagi terekam jelas di ingatanku.

Andai Mas Radit tidak pergi ke Bandung, mungkin pernikahan itu tidak akan terjadi. Aku hanya bisa berandai-andai, tanpa bisa mengembalikan semua.

Memoriku kembali ke masa lalu. Aku, Suamiku, Angga, Seli dan Lia adalah teman saat kami kuliah. Mas Radit dan Seli pernah menjalin hubungan spesial saat itu. Tapi, takdir menjadikanku sebagai istri Mas Radit.

Tak kusangka, sekarang mereka bersama kembali setelah takdir yang tadinya akan memberikan kami pasangan masing-masing, ternyata ia harus kembali pada suamiku.

'Ya Allah kuatkanlah aku,' batinku.

***

Seharian kemarin tak ada kabar dari Mas Radit. Mungkin dia sedang sibuk dengan istri barunya. Atau mengurus pemakaman sahabatnya? Hatiku bertanya-tanya. Sementara Lia juga masih belum bisa kuhubungi.

Kucoba menghubungi gawai Mas Radit terlebih dahulu. Nada sambung sudah terdengar, namun suamiku masih belum mengangkatnya. Hal ini membuatku memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya. 

'Mungkin dia sedang memadu kasih dengan Seli.' Aku bergidik saat memikirkannya.

Bagaimana mungkin aku bisa membayangkannya membingkai kasih dengan wanita lain. Aku tak siap dengan hal itu, dan itu tak ada dalam kamus hidupku.

Bagaimana nanti pandangan orang tuaku, orang tuanya? Apakah mereka sudah tau tentang hal ini?

Aku mengirim pesan pada Lia agar ia menyembunyikan hal ini dari orang tuaku. Mereka bisa-bisa menyuruhku untuk berpisah nantinya. Lia setuju dengan usulku. Ia juga menyuruhku untuk tenang agar tidak terjadi apa-apa pada kehamilanku. Lalu Lia meneleponku karena merasa khawatir.

"Sabar ya, Kania. Kamu harus berpikir positif. Ingat, di sini Radit juga terpaksa. Ia melaksanakan keinginan Angga," jelas Lia.

"Iya Lia. Aku tau itu. Tapi, aku nggak tau bakal sanggupkah nanti menjalankan poligami ini. Kamu tau kan mereka pernah ada hubungan spesial? Hubungan masa lalu mereka bisa dibangun kembali. Gimana denganku nanti, Lia? Huhuhu." Aku menangis lagi setelah menahannya sedari tadi agar air mata ini tak tumpah.

"Udah ... udah Kania. Aku jadi merasa bersalah telah memberitahumu. Mana kita jauhan. Aku tak bisa memelukmu dari sini. Kamu harus kuat ya. Aku tau kamu bisa!"

"Iya, Lia. Terima kasih. Kamu nggak salah. Kamu sudah benar telah menghubungiku," jawabku.

"Ya sudah, kamu istirahat ya. Jangan mikir yang aneh-aneh. Tunggu saja berita dari suamimu nanti. Insya Allah Radit orang baik. Dia pasti bisa mengatasi masalah kalian." Lia menenangkanku.

Aku meng-iyakan nasehat Lia, lalu  komunikasi kami akhiri. Setelah berbicara dengan Lia, aku mengeluarkan emosiku lagi dengan menangis.

Tak lama, ada suara mobil yang datang. Ternyata mobil Mas Radit sudah terparkir di depan rumah. Aku menyeka air mata ini, lalu bersiap bertemu dengannya.

Saat aku akan membuka pintu, ku lihat Mas Radit sedang berjalan bersama Seli untuk masuk ke rumah kami.

Apa yang harus kulakukan?

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status