Share

Tuan Muda Untuk Anna
Tuan Muda Untuk Anna
Author: adeana

1. Mimpi Buruk

Di tempat tersembunyi, seseorang tengah mengintai target incarannya, di saat yang tepat jari telunjuknya menarik pelatuk revolver.

DOR! DOR!

Dua tembakan melesat tepat mengenai sepasang suami istri, tubuh mereka langsung terkapar di atas tanah. Senyum miring tersungging di bibir, secepat kilat sang pelaku pergi dari tempat itu sebelum ada yang mengetahui keberadaannya.

"Tuan Morgan dan istrinya tertembak! Cepat telepon ambulans dan cari pelakunya!"

Keriuhan dan kepanikkan seketika terjadi, beberapa orang berpencar mencari pelaku, sementara yang lainnya sibuk mencari pertolongan.

"Papa! Mama!"

Seorang anak laki-laki langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya. Dengan tangan bergetar ia meraih tubuh ibunya yang sudah bersimbah darah karena tembakan tadi tepat mengenai jantung.

"Mama, bangun! Papa, ayo bangun!"

Anak laki-laki itu menangis, mengguncang dua raga yang sepertinya sudah tidak bernyawa.

"Tuan Muda ayo kita pergi, sangat berbahaya jika Tuan Muda masih berada di sini." Seorang pria paruh baya menarik tubuh anak itu agar menjauh.

"Tapi Om Hans, bagaimana dengan orang tuaku?"

"Akan ada orang yang mengurusnya. Sekarang kita harus pergi dulu ke tempat yang aman."

Pria itu terus menarik tangan Tuan Mudanya agar segera pergi dari sana.

"Tuan Dony, bangun!"

Sebuah teriakan terasa begitu memekakan telinga, belum lagi guncangan yang terasa begitu nyata, berhasil menarik jiwa seseorang dari alam mimpinya.

"Papa, Mama!"

Seorang pria langsung terjaga dari tidur lelapnya dan terduduk di tengah tempat tidur. Nafasnya terengah-engah seolah habis lari marathon dengan peluh yang membasahi kening.

"Tuan mimpi buruk lagi?" Tanya Juan, sang asisten yang begitu setia berada di samping Tuannya. Sedari tadi Juan memperhatikan Dony yang begitu gelisah dalam tidurnya. Sudah bisa ditebak, Dony pasti mengalami mimpi buruk.

"Juan? Sedang apa kamu di sini?" Dony balik bertanya.

"Di mana ini?" Lanjutnya sambil memindai sekitar, rasanya tempat ini tidak asing seperti kamar di sebuah jet pribadi?

"Kita sedang di pesawat, Tuan. Apa Tuan lupa?" Juan bertanya lagi. Dony mengerutkan keningnya mencoba mengingat.

"Astaga!" Serunya menepuk kening, ingatannya yang tercecer sudah kembali. Dirinya dan Juan sedang dalam perjalanan pulang setelah melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.

"Bagaimana Tuan, sudah ingat?" Tanya Juan.

"Ya, ya." Jawab Dony malas.

"Sudah sampai mana ini?" Lanjutnya.

"Sebentar lagi kita sampai. Setelah ini Tuan mau ke mana? Langsung pulang ke mansion atau ke apartemen?" Juan mengecek catatannya, sudah tidak ada jadwal untuk hari ini.

"Aku mau langsung ke apartemen, kamu saja yang pulang ke mansion." Dony memijat keningnya yang terasa sedikit pusing.

"Baiklah, aku akan minta supir untuk mengantar Tuan."

"Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri saja." Tolak Dony yang kemudian beranjak ke toilet.

Dony memandangi pantulan dirinya di cermin besar yang tertempel di dinding, ada gurat lelah di wajah tampannya.

Melihat orang yang disayangi meregang nyawa tepat di depan mata memang bukan hal mudah untuk dilupakan.

Sudah cukup lama Dony mencari keberadaan orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan hasil apapun. Entah orang itu masih hidup atau sudah mati, Dony juga tidak tau.

Menghembuskan nafas berat, sebenarnya Dony ingin berdamai dengan kenyataan dan melupakan semuanya. Tapi mimpi buruk itu kadang hadir kembali mengusik hidupnya yang sudah mulai tenang.

*****

Apartemen pusat kota

Dengan langkah lebar, sepasang kaki itu melangkah menuju unit tempat tinggal seseorang. Rasanya Dony tidak sabar untuk bertemu dengan pemiliknya yang begitu dia rindukan.

Baru saja akan menekan nomor telepon Vita, Dony menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Niatnya untuk memberi tau sang kekasih tentang kepulangannya diurungkan.

Sebaiknya dia memberi kejutan untuk Vita, wanita yang sangat dia cintai. Dony juga sudah menyiapkan sebuah cincin bertahtahkan berlian untuk melamar Vita malam ini.

Setelah menekan pin, Dony melangkah masuk ke dalam apartemen. Keadaan di dalam begitu sunyi, sepertinya tempat itu kosong. Dony memeriksa seluruh ruangan, namun sosok yang dia cari tidak ada.

Ke mana Vita? Dia tidak memberi tau akan pergi hari ini, biasa gadis itu selalu bilang jika akan keluar meskipun hanya sebatas ke mini market yang ada di lantai bawah.

Tak lama terdengar kembali suara orang menekan pin, Dony yakin itu adalah kekasihnya. Karena memang yang tinggal di apartemen ini hanyalah Vita.

Saat hendak melangkah keluar, Dony mendengar suara tawa dua orang. Salah satunya suara pria.

Ada pria lain yang masuk apartemen ini? Dony mengurungkan niatnya, dan bersembunyi di suatu tempat.

"Sayang, ayo cepat. Aku sudah tidak sabar." Rengek sang wanita dengan manja.

"Kamu ini, tidak sabaran sekali." Timpal si pria.

Dua orang itu langsung masuk menuju ke kamar dan tentunya mereka tidak menyadari kehadiran seseorang di sana.

*******

Beberapa helai pakaian tercecer di atas lantai, desahan demi desahan terdengar begitu menggema memenuhi sebuah kamar dengan lampu yang menyala redup. Dua orang di atas ranjang tengah bergulat panas dengan peluh yang membasahi tubuh mereka. Saling menghujam kenikmatan, ingin memuaskan satu sama lain.

"Akh!" Lenguhan itu datang saat keduanya mencapai puncak. Mereka berpelukan erat dengan tubuh yang bergetar hebat.

"Vita, kamu sangat nikmat. I love you."

Sang pria melepaskan penyatuan mereka setelah di rasa lava panas yang keluar telah habis dan memenuhi rahim wanitanya, sambil mengatur nafas ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.

"I love you too, Gio." Balas Vita sambil mendaratkan kecupan singkat di bibir Gio yang sudah berbaring di sampingnya.

Sementara itu di tempat persembunyiannya, tangan Dony mengepal erat mencoba menahan ledakan emosi, apalagi saat mendengar suara-suara laknat mereka berdua.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status