Share

Bab 2

Dia sudah mencintai Zakki selama enam tahun!

Annika tiba-tiba memejamkan matanya.

Dia tidak menunggu Zakki kembali. Pada Jumat malam, sesuatu yang besar terjadi pada Keluarga Chandra.

Dikabarkan bahwa Satya, putra tertua dari Keluarga Chandra, mungkin akan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara karena kasus ekonomi Grup Chandra.

Sepuluh tahun itu sudah cukup untuk menghancurkan seseorang.

Malam itu, ayah Annika dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan otak akut. Kondisinya kritis dan dia memerlukan pembedahan secepatnya.

Annika berdiri di koridor rumah sakit sambil terus menelepon Zakki berkali-kali, tetapi Zakki tidak menjawab. Ketika Annika ingin menyerah, Zakki mengirimkan pesan WhatsApp kepadanya.

Jawabannya sangat singkat seperti biasanya.

“Aku masih di Kota Handa. Kalau ada perlu, hubungi Sekretaris Dania saja.”

Annika menelepon lagi dan kali ini Zakki menjawab. Dia segera berkata, "Zakki, ayahku ...."

Zakki menyela perkataan Annika.

"Kamu butuh uang? Aku sudah bilang berkali-kali, kalau kamu butuh uang, hubungi saja Sekretaris Dania …. Annika, kamu dengar nggak?"

Annika menatap layar televisi dengan ekspresi bingung. Dia melihat berita yang terpampang di layar.

"CEO Grup Farmasi Ruslan menyewa seluruh Dosneyland serta menyalakan kembang api untuk membahagiakan pujaan hatinya."

Di bawah langit yang penuh dengan kembang api, terdapat gadis muda yang sedang duduk di kursi roda sambil tersenyum manis. Zakki berdiri di belakang kursi roda ... sambil berbicara dengan Annika lewat ponsel.

Annika mengedipkan matanya dengan lembut.

Setelah beberapa saat, dia bertanya dengan suara yang agak tersendat, "Zakki, kamu di mana?"

Zakki terdiam sejenak, dia tampak tidak senang dengan pertanyaan tersebut. Dia menjawab dengan acuh tak acuh, "Masih sibuk. Kalau nggak ada apa-apa lagi, aku akan tutup teleponnya. Kamu bisa hubungi Sekretaris Dania."

Zakki tidak memperhatikan suara Annika yang hendak menangis. Di sisi lain, Zakki menatap wanita di sampingnya dengan lembut.

Penglihatan Annika mulai kabur. Ternyata Zakki juga bisa bersikap lembut.

Annika mendengar suara ibu tirinya, Shinta Salihin, dari belakang. "Kamu sudah menelepon Zakki atau belum? Annika, kamu harus minta bantuan Zakki untuk masalah ini ...."

Shinta tiba-tiba terdiam ketika melihat berita yang sedang ditayangkan di televisi.

Setelah beberapa saat, Shinta melanjutkan, "Dia pergi ke Kota Handa lagi? Annika, aku nggak percaya. Ketika Zakki koma, apakah wanita bernama Shilla Barani itu membangunkannya dengan bermain biola? Kalaupun itu benar, apa Zakki harus membalasnya seperti ini? Dia bahkan nggak ingat hari ulang tahunmu!"

Makin banyak Bibi Shinta berbicara, dia makin marah. Dia tidak bisa menahan tangisnya ketika memikirkan situasi Keluarga Chandra saat ini. "Tapi, Annika … kamu harus berhati-hati. Jangan cari masalah dengan Zakki di saat seperti ini."

Annika mengepalkan telapak tangannya hingga kukunya menancap ke dagingnya, tetapi dia tidak merasa sakit sama sekali.

Mencari masalah dengan Zakki?

Dia tidak akan melakukannya, bukan karena dia memahami situasinya, melainkan karena dia tidak memenuhi syarat.

Status istri itu hanya sebatas nama saja, dia tidak dicintai!

Annika menatap kembang api di langit dan berkata dengan lembut, "Banyak sekali kembang apinya, pasti menghabiskan banyak uang!"

Shinta tidak mengerti apa maksud perkataan Annika.

Annika menunduk, lalu menghubungi nomor Sekretaris Dania.

Saat itu sudah larut malam, dia merasa tidak enak mengganggu tidur orang lain.

Sekretaris Dania telah lama bekerja untuk Zakki, dia tahu bahwa Zakki tidak peduli pada istrinya. Jadi, setelah mendengar permintaan Annika, nada bicara Dania berubah menjadi dingin dan agresif.

“Nyonya Ruslan, kamu harus mengajukan permohonan dan meminta tanda tangan Pak Zakki terlebih dahulu sebelum bisa mendapatkan ceknya. Sama seperti perhiasan yang kamu pakai, kamu harus mengajukan permohonan sebelum bisa memakainya. Nyonya Ruslan, apa kamu mengerti maksud saya?”

Annika menutup telepon.

Dia terdiam dan menundukkan kepalanya. Setelah beberapa saat, dia mengangkat kepalanya dan melihat dirinya di kaca. Kemudian, dia pelan-pelan mengangkat tangannya.

Dia memakai cincin berlian pernikahan di jari manisnya yang ramping.

Cincin ini adalah satu-satunya barang yang tidak memerlukan pengajuan permohonan lewat sekretaris Zakki. Kehidupan seorang Nyonya Ruslan benar-benar menyedihkan!

Annika merasa linglung dan berkata dengan suara rendah, "Tolong carikan seseorang yang bisa menjual cincin kawin ini!"

"Annika, kamu sudah gila, ya?" ujar Shinta tercengang.

Annika perlahan membalikkan badan. Pada malam itu, langkah kakinya terdengar sepi di aula yang sangat sunyi. Setelah berjalan beberapa langkah, Annika berhenti dan berkata dengan lembut tapi tegas, "Bibi Shinta, aku sangat sadar! Aku belum pernah sesadar ini sebelumnya."

Dia ingin menceraikan Zakki.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status