Share

Bab 8

Annika perlahan menutup termos.

Setelah mengencangkan tutupnya, dia menundukkan kepala dan berkata dengan lembut, "Pasti ada jalan! Uang dari penjualan cincin kawin cukup untuk membayar pengobatan Ayah selama setengah tahun dan biaya pengacara Kakak .... Aku akan menjual rumah ini. Aku juga akan bekerja untuk menghidupi keluarga ini."

Setelah mengatakan itu, mata Annika berkaca-kaca.

Rumah ini adalah peninggalan ibunya, dia tidak pernah berniat menjualnya sesulit apa pun situasi keluarganya sebelumnya.

Shinta tercengang.

Dia tidak ingin membujuknya lagi, tetapi dia masih tidak setuju.

Annika menangkan dirinya, lalu mereka berdua pergi ke rumah sakit.

Setelah menjalani perawatan, kondisi Denny Chandra sudah mulai stabil. Akan tetapi, hatinya masih gundah, dia memikirkan masa depan putra sulungnya, Satya.

Annika tidak menyebutkan perceraian untuk saat ini.

Sore harinya, dokter yang merawat datang untuk melakukan pemeriksaan.

Jony Handika adalah seorang dokter ahli bedah otak yang masih berusia muda. Dia sangat tampan dan menawan, tinggi badannya 185 cm.

Setelah memeriksa pasien, dia melirik ke arah Annika dan berkata, "Kita bicara di luar."

Annika tercengang.

Dia segera meletakkan barang-barang di tangannya dan berkata dengan lembut kepada Denny, "Ayah, aku keluar sebentar."

Beberapa saat kemudian, mereka berdua berjalan ke koridor yang sepi.

Ketika melihat Annika gugup, Jony menyunggingkan senyum yang meyakinkan.

Kemudian, Jony menundukkan kepalanya dan melihat catatan medis. "Aku sudah berdiskusi dengan beberapa direktur Departemen Bedah semalam. Kami merekomendasikan agar Pak Denny menerima perawatan rehabilitasi yang sesuai dengan kondisinya. Kalau tidak, dia akan sulit untuk kembali ke kondisi semula. Hanya saja biayanya agak mahal, kira-kira 300 juta per bulan."

Nominal 300 juta itu sangat besar bagi Annika saat ini.

Namun, dia berkata tanpa ragu-ragu, "Kami setuju untuk menjalani perawatan."

Jony menutup catatan medisnya dan menatap Annika diam-diam.

Sebenarnya, mereka sudah saling kenal sebelumnya, tetapi Annika sudah lupa.

Ketika Annika masih sangat muda, Jony tinggal di sebelah rumahnya. Jony ingat bahwa setiap malam musim panas, teras di luar kamar tidur Annika diterangi oleh bintang-bintang kecil. Annika selalu duduk di sana dan merindukan ibunya.

"Kak Jony, apakah Ibu akan kembali?" tanya Annika.

Jony tidak tahu dan tidak bisa menjawab. Saat Jony menatap Annika sekarang, dia ingat ketika dia kembali ke rumah tiga tahun lalu dan mendengar berita pernikahan Annika. Jony mengira Annika menikah karena cinta, tetapi ternyata Annika tidak bahagia.

Zakki bersikap dingin pada Annika dan memperlakukan Annika dengan kasar.

Saat Jony hendak berbicara, terdengar suara dingin dari seberang. "Annika."

Itu adalah Zakki.

Zakki mengenakan kemeja abu-abu tua dan jas hitam, sepertinya dia datang dari kantor. Dia berjalan mendekat, sepatu kulitnya berderap kencang di koridor.

Zakki menghampiri Jony dan Annika.

Dia mengulurkan tangannya dan berkata dengan nada mencibir,

"Kak Jony, sudah lama tidak bertemu!"

Jony melihat tangan di depannya, tersenyum ringan, lalu menjabat tangannya. "Pak Zakki, tumben sekali ke sini."

Setelah berjabatan tangan, Zakki melepaskan tangan Joni, lalu menoleh ke arah Annika. "Kamu mau menjenguk Ayah?"

Kedua pria itu sama-sama menyimpan dendam.

Annika tidak ingin berurusan dengan Zakki di depan Dokter Jony, jadi dia mengangguk dan berkata, "Dokter Jony, saya pergi dulu."

Jony tersenyum tipis.

Annika dan Zakki berjalan menuju bangsal, mereka sama sekali tidak mengatakan apa pun.

Karena Annika ingin bercerai, dia tidak lagi berusaha menyenangkan Zakki seperti sebelumnya.

Ketika sudah dekat dengan pintu bangsal, Zakki tiba-tiba meraih pergelangan tangan Annika yang kurus dan menekannya ke dinding sambil menatapnya dengan tajam.

Jony tadi menatap Annika seperti seorang pria yang menatap seorang wanita.

Zakki menyentuh wajah Annika yang putih dan halus dengan lembut.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya Zakki dengan suara serak.

Annika ingin melepaskan diri, tetapi Zakki mendorongnya dengan kuat.

Tubuh kedua orang itu berdekatan hingga akhirnya bersentuhan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status