Share

Bab 11

Dua hari kemudian, Annika menjual rumah itu.

Harga pasar rumah itu 100 miliar, sedangkan ada seseorang yang menawarkan harga 56 miliar. Bibi Shinta memaki-maki orang itu karena sangat serakah.

"Jual saja!" ujar Annika sambil menggertakkan gigi.

Kakak laki-lakinya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Selain biaya pengacara, Keluarga Chandra masih memiliki masalah besar lainnya. Di bawah segala macam tekanan yang ada, Annika tidak punya pilihan lain.

Setelah menjual rumah itu, dia mencari cara untuk bertemu Satya.

Satya sangat tampan dan bermartabat. Dulu, dia dikejar-kejar oleh gadis-gadis dari keluarga kaya ke mana pun dia pergi, tetapi sekarang dia terlihat kuyu. Satya dan Annika berbicara melalui kaca.

"Cari pengacara bernama Yoyok Martha."

"Dia bisa membantu kita berdua, Annika."

Annika ingin menanyakannya lebih jelas,

tetapi waktu kunjungannya sudah habis dan Satya harus dibawa pergi.

Satya menatap adiknya dan merasa kasihan. Adik perempuannya, Annika, adalah kebanggaan semua orang di Keluarga Chandra sejak dia masih kecil, tetapi sekarang dia berusaha mati-matian demi keluarganya.

Satya sudah membaca koran,

dia memahami situasi Annika dengan jelas.

Sebelum pergi, Annika berdiri dan menggenggam pagar. "Kak … Kak ...."

Satya menunjuk jarinya ke bibir dan mengucapkan dua kata dalam hati,

"Jaga dirimu."

Annika melihat Satya dibawa pergi oleh petugas. Setelah beberapa saat, dia perlahan duduk.

Yoyok Martha ….

Dia harus menemukan Yoyok Martha.

Ketika Annika baru saja keluar dari rumah tahanan, dia menerima telepon dari lembaga pelatihan. Orang yang meneleponnya itu memanggilnya Nyonya Ruslan dengan penuh hormat. Orang itu mengatakan bahwa mereka tidak kekurangan orang saat ini.

Setelah itu, Annika menutup telepon dengan tenang.

Dia menduga ini adalah ulah Zakki, Zakki memaksanya untuk kembali.

Annika tidak akan terlalu lancang untuk berpikir bahwa Zakki mencintainya. Dia hanya membutuhkan seorang istri untuk melayaninya dan menstabilkan pasar saham Grup Ruslan.

Annika sama sekali tidak berharga di hati Zakki.

Teleponnya berdering, itu adalah nomor yang tidak dia kenal.

Ketika Annika mengangkat teleponnya, ternyata itu adalah Zakki.

"Annika, kita harus bicara!" ujar Zakki dengan nada dingin.

Sinar matahari bulan September cukup terik, tetapi tidak mampu menghangatkan tubuh Annika.

Setengah jam kemudian, Annika masuk ke gedung Grup Ruslan. Sekretaris Dania secara pribadi menjemput dan membawa Annika ke ruangan CEO di lantai paling atas.

Ketika Annika membuka pintu, Zakki sedang membaca dokumen.

Cahaya matahari menyinari jendela dan mengenai tubuh Zakki, membuat dia tampak setampan dewa. Dia tampan dan sangat enak dipandang, bahkan Sekretaris Dania pun memandangnya cukup lama.

“Pak Zakki, Nyonya Ruslan sudah tiba.”

Zakki mengangkat kepalanya dan menatap Annika.

Setelah tidak bertemu selama seminggu, Annika masih cantik dan langsing, tetapi dia terlihat agak kuyu.

Zakki tidak pernah melunakkan hatinya, dia selalu bersikap keras terhadap Annika.

Dia menatap Sekretaris Dania dan berkata sambil mengangkat dagunya, "Kamu keluar dulu! Tutup pintunya."

Ketika Sekretaris Dania sudah keluar,

Zakki menatap Annika lagi, lalu berkata dengan nada mengejek, "Setelah seminggu, aku akhirnya bertemu Nyonya Ruslan lagi! Kenapa kamu nggak duduk? Bukannya dulu kamu suka memasak camilan dan mengirimkannya padaku? Apa kamu lupa sofanya di mana?"

"Zakki, aku datang ke sini bukan untuk membicarakan masa lalu."

Zakki menatap Annika dan mencibir,

"Lalu, apa kamu datang ke sini untuk memohon belas kasihan?"

Zakki mengambil kotak rokok di mejanya dan mengeluarkan sebatang rokok. Kemudian, dia menyalakannya dan mengisapnya.

Dia terus menatap lurus ke arah Annika.

Ketika Zakki sedang menatap wanita seperti ini, dia terlihat sangat seksi.

Sambil merokok, dia berkata dengan lembut, "Sebelum kamu datang, aku menghitung-hitung kondisi keuanganmu. Kalau melihat situasi Keluarga Chandra saat ini, kamu perlu setidaknya 600-800 juta per bulan untuk biaya pengobatan ayahmu. Tentu saja, ini sudah termasuk uang hasil penjualan cincin kawinmu!"

"Selama Pak Zakki tidak mempersulitku, aku akan selalu punya jalan," ujar Annika dengan tampang datar.

“Pak Zakki?”

"Minggu lalu, kamu masih memeluk leherku di tempat tidur. Kamu merasa nyaman di sisiku dan memanggil namaku dengan lemah lembut .... Kenapa kamu tiba-tiba memanggilku Pak Zakki hanya dalam beberapa hari?" tanya Zakki.

Annika tahu bahwa Zakki tidak akan membiarkannya pergi.

Annika berbicara dengan sangat lembut, "Zakki, kamu nggak punya perasaan apa pun padaku! Aku nggak meminta apa pun setelah bercerai. Kamu nggak akan rugi, 'kan? Kamu bisa mencari gadis muda yang cantik untuk dinikahi …."

Zakki memegang rokok dan menatap Annika.

"Lalu, aku akan membiarkanmu menggunakan titel mantan Nyonya Ruslan untuk menghinaku?" ujar Zakki.

Dia berbicara dengan sangat kasar.

Annika merasa sangat kesal dan berkata dengan suara serak, "Kalau kamu menolak untuk bercerai denganku, maka aku hanya punya satu pilihan terakhir!"

Ekspresi Zakki berubah menjadi menyeramkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status