Share

Bab 4

"Ya, keluargaku bangkrut dan kamu memberiku subsidi 200 juta per bulan. Tapi, tiap kali aku menerima cek, aku merasa seperti wanita murahan yang jadi pelampiasan amarah orang lain!"

Zakki menyela Annika dengan nada dingin, "Jadi, itu yang kamu pikirkan?" Dia mencubit dagu Annika dengan lembut.

"Memangnya ada wanita murahan sepertimu yang nggak tahu cara menyenangkan pria? Kamu mau cerai? Memangnya kamu bisa apa setelah bercerai denganku?”

Annika kesakitan dan menepis tangan Zakki.

Kemudian, Zakki meraih tangan Annika dan melihat jari manis Annika yang kosong dengan tatapan dingin. "Di mana cincin kawinmu?"

"Aku menjualnya! Zakki, kita bercerai saja!" ujar Annika sedih.

Mengucapkan kalimat itu hampir menghabiskan seluruh energinya. Zakki adalah pria yang dia cintai selama enam tahun. Jika bukan karena kejadian malam itu, jika dia tidak melihat kembang api itu, mungkin dia masih terjebak di dalam pernikahan tanpa cinta selama bertahun-tahun.

Akan tetapi, dia tidak ingin hidup bersama Zakki lagi.

Mungkin dia akan lebih sengsara setelah bercerai. Mungkin dia harus menyenangkan banyak orang demi upah beberapa juta seperti yang dikatakan Zakki. Namun, Annika tidak menyesal.

Setelah Annika selesai berbicara, dia menarik tangannya dengan lembut.

Dia mengeluarkan koper dan mulai mengemas barang-barangnya.

Zakki menatap punggung yang lemah itu dengan tampang kecewa. Dia tidak pernah menyangka bahwa Annika akan memberontak dan mengatakan bahwa dia ingin bercerai tanpa ragu-ragu.

Zakki tiba-tiba merasa marah.

Dia menggendong Annika dan melemparkannya ke tempat tidur.

Zakki menekan Annika ke tempat tidur hingga wajah mereka bersentuhan, mata ke mata, hidung ke hidung. Napas keduanya menjadi panas dan intens.

Kemudian, Zakki menggerakkan bibir tipisnya ke belakang telinga Annika dan berbisik, "Apa kamu melakukan ini semua karena Shilla? Lebih baik kamu jujur. Bukankah kamu sudah bekerja keras demi mendapatkan titel Nyonya Ruslan? Kenapa ... kamu mau membuang semua itu sekarang?"

Tubuh Annika gemetar.

Sampai saat ini, Zakki masih berpikir bahwa apa yang terjadi saat itu adalah kesalahan Annika.

Mungkin karena kontak fisik atau mungkin karena postur tubuh Annika yang lemah gemulai. Singkatnya, Zakki tiba-tiba tertarik pada Annika. Zakki menatap Annika dalam-dalam, dia memegang dagu Annika dan menciumnya. Kemudian, dia meraba-raba dan mengendurkan piama sutra Annika dengan satu tangan.

Annika sangat cantik dan tubuhnya sangat indah.

Jika Zakki menyentuh Annika dua atau tiga kali, dia tidak akan bisa menahan dirinya. Zakki mencium leher Annika yang halus, menggenggam kedua tangannya, lalu menautkan jari-jari mereka.

Zakki sangat agresif di ranjang dan Annika hampir tidak pernah bisa menahannya.

Akan tetapi, sekarang mereka sudah bercerai. Mereka tidak bisa melakukan hal semacam itu lagi.

"Jangan, Zakki ... jangan ...."

Suara wanita itu bergetar, dia terlihat sangat lemah di tempat tidur. Rambut hitam yang tersebar berantakan di bantal itu membuatnya terlihat sangat menawan sehingga orang-orang ingin mengacak-acak dan menggagahinya.

Zakki mencium paksa bibir merahnya yang lembut, lalu mengucapkan kata-kata kotor, "Kita masih suami-istri yang sah, kenapa nggak boleh? Setiap kali aku menidurimu, kamu selalu bilang jangan, tapi sepertinya kamu nggak keberatan sama sekali, hm?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status