Share

Try Not To Love
Try Not To Love
Author: nadiinath

Bab 1. Sial

Puncak kesialan adalah saat menghadapi mantan dengan perut kosong - Davichi Park

____________________

HOT NEWS

DAVICHI PARK, ORANG KETIGA DALAM KANDASNYA HUBUNGAN AKTRIS CANTIK ANGELA DENGAN SEORANG PRESENTER

Siapa yang tidak kenal dengan Davichi Park? Aktor drama yang sedang trending karena menggaet banyak penghargaan. Tidak hanya aktor, pria itu juga terjun dalam dunia permodelan dan periklanan. Ia juga menjadi brand ambassador dari berbagai produk terkenal. Mulai dari fashion, skincare, bahkan sampai makanan.

Sifatnya yang ramah membuatnya dicintai banyak orang. Apalagi bakat yang dimilikinya sangat menggunung. Selain jago akting, Davichi juga memiliki suara yang merdu. Ia sering mengcover lagu dan di posting di instagramnya.

Perut Davichi langsung mules saat membaca headline berita itu. Apa -apaan ini? Baru bangun tidur ia malah disuguhi sarapan batu kerikil.

Lagian ia sudah lama putus dengan Angela, bahkan berhubungan dengan wanita itu saja tidak. Jadi bagaimana bisa ia dituduh sebagai orang ketiga.

Pria itu pun kembali membaca berita berikutnya. Lagi-lagi tentang dirinya. Hari masih pagi, tapi kenapa sudah beredar berita gosip seperti ini? Kemarin ia tidak kemana-mana dan hanya menghabiskan waktu seharian di apartemen untuk tidur.

Dan lagi, apa ini? Davichi menatap lekat-lekat sebuah foto sambil memperbesarnya. Itu benar dirinya yang sedang sarapan di sebuah hotel. Memangnya ada yang salah?

Ia meng-scroll laman berita itu, foto yang menampilkan 2 orang yang sedang makan semeja membuat Davichi melotot. Oh god, ia lupa jika kemarin terpaksa duduk disitu. Kalian tidak percaya? Ok, Davichi akan bercerita.

-Flashback-

Davichi mendesah keras begitu melihat suasana restoran hotel yang ramai. Perutnya sudah sangat lapar tapi tidak ada satupun kursi kosong untuknya duduk. Jika bukan aktor, ia akan duduk lesehan saja.

Mata Davichi pun sontak berbinar saat melihat meja paling ujung yang hanya diisi oleh satu wanita. Thanks god. Akhirnya ia bisa segera menikmati rendang yang sejak tadi berada di tangannya.

Dengan gesit, pria itu langsung menuju kesana. Ia harus cepat, bisa jadi kan orang lain juga sedang mengincar tempat duduk itu.

Hembusan nafas lega langsung keluar dari mulutnya saat sudah berhasil duduk di kursi. Akhirnya, ia bisa menikmati hidangan yang pernah menjadi makanan terenak nomor 1 di dunia. Hampir saja lupa, Davichi belum izin pada wanita didepannya.

"Permisi, saya numpang makan disini ya. Cuma kursi ini yang masih kosong" ucap Davichi sopan. Tidak ada satupun sahutan dari wanita itu, bahkan dia masih asyik makan. Astaga, Davichi juga ingin makan.

"Permisi? Mbak?"

"Iya? Kenapa?" Ya ampun, pantas saja wanita itu tidak dengar. Telinganya saja disumpel dengan earbuds. Sabar-sabar.

"Ichi?" Ucap wanita itu dengan raut muka terkejut.

Sebentar, kenapa wanita ini ada disini? Davichi baru sadar bahwa dia adalah Angela, sang mantan yang meninggalkannya demi pria yang lebih mapan. Sudah perut lapar, bertemu dengan mantan lagi. Sial sekali nasibnya.

Ia pun dengan cuek langsung melahap makanannya. Davichi tidak peduli jika wanita itu masih menatapnya. Puas-puasin saja selagi wajahnya masih gratis.

"Gue minta maaf, kalau bukan karena..."

Bla bla bla

Entah apa yang diucapkan Angela, ia tidak ingin mendengarnya. Nyanyian cacing di perutnya seratus persen lebih merdu daripada suara ghoib itu.

"Gue mau kita bali.." Davichi bangkit dari duduknya. Ia disini untuk makan, tapi malah direcoki oleh iblis betina. Dengan langkah cepat, Davichi pun berjalan menuju kamarnya.

-End-

Davichi menepuk dahinya kencang. Dasar bodoh. Kenapa kemarin ia tidak memikirkan kemungkinan adanya reporter yang mengawasinya. Duh, sepertinya ia harus lebih berhati-hati mulai sekarang.

Sarapan berita hoax ini tidak membuat Davichi kenyang. Ia malah merasa sangat lapar, bahkan ingin makan orang. Tak mau berlama-lama, ia pun langsung memakai jaket untuk keluar membeli makanan di supermarket. Sepertinya sosis dan onigiri isi ayam adalah menu sarapan yang paling pas untuk pagi penuh drama ini.

Baru sedetik membuka pintu apartemen, semua pasang mata langsung menoleh ke arahnya. Dengan buru-buru, Davichi menutup kembali pintu itu dengan kencang.

Apa-apaan ini? Kenapa banyak sekali reporter di depan apartemennya. Davichi pun langsung menghubungi Ais selaku managernya agar segera mengatasi hal ini.

"Mbak, ini reporter di depan mau ngantri sembako apa gimana? Rame amat" sindir Davichi dengan muka penuh kekesalan. Ia mengaktifkan kamera pintu dan langsung terkejut begitu melihat beberapa tikar yang masih tergeletak. Jangan-jangan semalam mereka tidur disini? Ngeri sekali.

"Loh, mbak kira uda diurus sama Dimas. Ya uda nanti mbak yang ngatasin. Kamu jangan keluar dulu dari apartemen"

Tut

Sialan. Kurang ajar sekali managernya itu. Sebenarnya disini yang aktor itu siapa sih? Davichi jadi dongkol. Lagian bagaimana ia bisa mengatasi kelaparan jika tidak boleh keluar. Duh, mati saja sudah.

Ia mencari-cari bahan di dalam kulkas. Barangkali ada sesuatu yang layak untuk dimakan. Tapi nihil, hanya ada beberapa botol air mineral dan es batu. Ya kali ia nyemil es batu.

Rak demi rak pun ia jelajahi, akhirnya ada satu bungkus ramen yang tersisa di rak paling atas. Ia pun langsung mengambil panci dan memasak air. Membayangkan lezatnya ramen membuatnya ngiler. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali memakannya.

Ctek.. ctek..

Keningnya langsung berkerut ketika menyadari ada hal yang aneh. Kenapa tidak ada api yang muncul? Oh god. Harus banget ya elpiginya habis di saat seperti ini?

Davichi membanting ramen di tangannya dengan kencang. Ia lapar Tuhan. Dan lagi, kenapa Dimas belum kesini. Seharusnya asistennya itu sudah datang untuk membawakan sarapan. Awas saja, ia akan meminta pihak agency untuk memotong gajinya.

Ting

Puji syukur ia panjatkan begitu melihat pesan dari sang manager yang mengatakan bahwa para reporter sudah berhasil diusir. Dengan girang, Davichi pun langsung memakai masker dan berjalan menuju supermarket di seberang gedung apartemen.

Davichi menghirup nafas kencang begitu keluar dari gedung. Uhuk-uhuk. Ia lupa sedang berada di kota, bukan udara yang ia hirup melainkan polusi. Padahal jam masih menunjukkan pukul 7, tapi jalanan sudah ramai dengan kendaraan.

Ia melangkah menuju supermarket, membayangkan onigiri isi ayam membuatnya semakin lapar. Untung saja supermarket masih sepi, ia sedang tidak ingin meladeni siapapun meskipun itu fansnya.

Baru memegang gagang pintu seorang gadis dengan kurang ajarnya menabrak Davichi dengan kencang. Bahkan tubuhnya sampai bergeser ke arah samping. Davichi yang tidak bisa mengerem laju kakinya pun sontak tertabrak pintu didepannya.

"Aw. Anjing" kurang ajar sekali gadis itu. Bagaimana jika dahinya memar, apalagi benjol. Wajahnya ini aset kalau dia tidak tau. Dengan mendengus kesal, ia pun memasuki supermarket. Awas saja jika ia bertemu dengan gadis itu lagi. Davichi pasti akan balas dendam.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status