Share

Bab 5. Gadis Gila

Menurut kamus hidupnya, obat emosi adalah balas dendam - Davichi Park

____________________

Sembari menunggu kedatangan klien, Alea mengisi perutnya dengan bekal yang sudah ia siapkan dari kontrakan. Ia lebih memilih repot karena memasak di pagi hari daripada membeli makanan di pusat kota ini.

Uang 5 ribu di kampung halamannya sudah cukup untuk membeli nasi uduk yang mengenyangkan perut. Sedangkan disini? Ia hanya mendapat 1 porsi nasi putih tanpa lauk.

Kali ini Alea tidak membawa bekal nasi. Tadi pagi ia hanya memasak bubur untuk temannya yang sakit dan bakwan jagung. Semalam, ia mendapat jagung gratis dari pemilik kontrakan. Rezeki memang tidak bisa ditebak.

Ting

Notifikasi dari m-banking membuatnya hampir berteriak. Saking sibuknya, ia hampir lupa bahwa hari ini gajian. Akhirnya, ia tidak pusing lagi mengenai kontrakan untuk 2 bulan ke depan.

Hari ini semua tugasnya berjalan dengan lancar. Proses syuting iklan tadi hanya membutuhkan waktu 4 jam karena model yang sudah professional. Ia juga mendapat pujian karena pemilihan outfit yang sesuai dan menyatu dengan tema.

Dari kejauhan ia melihat Ais selaku manager dari Davichi menghampirinya sambil membawa botol minuman. Alea pun langsung menutup bekalnya dan menaruh di atas tas punggungnya.

Wanita itu menyerahkan botol minuman pada Alea dan diterimanya dengan ramah. Jarang sekali ada kliennya yang baik hati seperti ini. Alea jadi merasa tersanjung.

"Maaf ya mbak, Ichi masih perjalanan kesini. Itu anak emang susah banget kalo mau tanda tangan kontrak. Mbak ada kesibukan lain habis ini?"

"Ngga ada Bu"

Ais bernafas lega mendengarnya. Iklan ini sangat penting bagi Davichi. Brand fashion yang sudah terkenal itu bisa jadi sponsor pada setiap outfit aktornya itu. Ia jadi bisa mengalihkan pengeluaran ke barang lainnya.

"Panggil mbak aja. Saya orangnya santai kok" Alea hanya tersenyum. Untung saja manager ini baik, daritadi ia sudah harap-harap cemas saat tak kunjung mendapat balasan.

Alea menanyakan waktu dan tempat untuk tanda tangan kontrak itu sejak pukul 10. Tapi Ais membalasnya pukul 2. Bayangkan saja bagaimana jantungnya yang cemas karena hal itu.

Ia tidak sabar bertemu dengan aktor itu dan melihatnya menandatangi kontrak kerjasama. Ini pertama kalinya bagi Alea melakukan pekerjaan ini. Tentu saja ia antusias. Jika gajinya naik, ia akan mengirim uang lebih banyak ke panti.

*****

Dengan langkah lemas, Davichi mengikuti Dimas yang masuk ke lobi apartemen. Nyawanya masih belum penuh karena Dimas yang membangunkannya secara biadab.

Bagaimana tidak, pria itu dengan kurang ajar melempar bantal tepat di mukanya. Untung saja nyawanya kembali, jika tidak pasti pria itu menjadi orang pertama yang dihantuinya.

Tanpa melihat orang disampingnya, Davichi langsung duduk dan kembali memejamkan mata. Matanya semakin rapat saat mendengar omelan dari sang manager.

"Bangun ngga, jangan malu-maluin"

Davichi berdecak kesal saat lagi-lagi sebuah bantal mendarat di mukanya. Ia menatap Ais tajam kemudian mengambil minuman di depannya yang entah milik siapa. Ia hanya ingin minum.

"Aduh, maaf ya mbak. Ichi emang kurang ajar kalo lagi ngantuk. Harap dimaklumi ya" 

Ais sungguh malu, ia sebagai manager seperti tidak pernah memberikan nasihat pada pria kekanak-kanakan itu.

"Ngga apa-apa kok mbak. Saya paham" Davichi memutar bola mata malas. Siapa sih gadis ini? Ooh, pasti perwakilan dari Hero Advertising. Kenapa tidak Ares saja yang memintanya untuk tanda tangan kontrak. 

Ares adalah sahabat karib Davichi yang menjabat sebagai CEO perusahaan Hero Advertising. Dia sangat terkenal di kalangan masyarakat berkat nama orang tuanya.

Kisah cinta orangtua Ares diangkat menjadi sebuah drama, dimana Davichi berperan sebagai Jauhar di drama berjudul Between Us itu. Jadi sudah jelas kan bagaimana terkenalnya pria itu.

Dan lagi, kakak Ares yang bernama Kafka adalah pemilik brand Infinite yang nantinya akan bekerjasama dengannya. Wow sekali bukan. Keturunan Dewarangga memang sultan sejak lahir.

"Nih, buruan ttd"

"Bentar, masih ngumpulin nyawa" Ais menghembuskan nafas pasrah. Jika tidak ada Alea, mungkin ia sudah menjitak kepala bocah tengil itu.

Mata yang masih redup, ia arahkan ke gadis di sampingnya. Ia melihat sosok yang sepertinya tidak asing di ingatannya. Sebentar, sepertinya ia menyadari sesuatu.

"Lo yang jambak gue tadi pagi kan? Ngaku lo" Davichi menunjuk tepat di muka gadis itu dengan penuh amarah. Liat saja, lehernya masih tercetak jelas cakaran bocah gila itu.

"Sa-salah orang kali, sa-saya ngga ke supermarket kok"

"Tau darimana kalo gue dijambak di supermarket? Ketahuan kan lo. Uda ngaku aja"

Melihat wajah gadis itu yang terlihat takut membuat Davichi puas. Apalagi saat gadis itu menepuk kencang bibirnya, ia hampir menyemburkan tawa. Awas saja, ia akan memulai aksi balas dendamnya.

"Ada apa lagi sih? Ini tinggal ttd doang" ucap Ais gemas. Rasanya ia ingin memilintir aktornya itu. 

"Ogah gue"

Mendengar respon Davichi, Dimas pun langsung membisikkan sesuatu pada Ais. Ia pun baru sadar jika gadis yang membuat cakaran di leher Davichi adalah gadis itu.

"Ttd dulu, baru kalian selesaiin masalah pribadi"

Masalah pribadi? Geli sekali ia mendengar kata itu. Davichi menatap tajam manager dan asistennya, bahkan semakin tajam saat menatap gadis gila itu.

"Pokoknya gue ngga mau ttd. Titik"

Rasanya Ais ingin mencakar pria itu. Ia sudah kesal menghadapi beritanya yang menjadi trending, dan sekarang pria itu lagi-lagi membuatnya emosi.

"Sabar mbak, itu bocah kalo dimarahin makin ngga karuan" Dimas tau betul bagaimana tempramen Davichi saat kesal atau marah. Enam tahun bekerja dengannya, membuat Dimas hafal di dalam kepala. Iya di dalam, kalau di luar namanya ilang.

"Ya uda kalian urusin masalah kontrak ini. Saya masih ada kerjaan. Nanti kalo Davichi masih ngga mau tanda tangan, kamu hubungin saya lagi aja. Biar saya santet itu bocah"

Ais mengajak Dimas untuk meninggalkan 2 orang itu. Mereka masih harus mengurus masalah berita yang tak kunjung reda. Semoga saja, Davichi tidak berbuat macam-macam lagi.

"Saya harus gimana?"

"Saya? Cih? Tadi pagi aja gue lo. Lo ngga inget uda ngumpatin gue?" Ucap Davichi sarkas.

"Mau lo apa, buruan. Gue mau pulang" nah kan keluar juga sifat aslinya. Gadis ini memang sok baik di depan Ais dan Dimas tadi.

"Sabar dong gue juga lagi mikir" Entah kenapa, ia jadi antusias saat memikirkan hal apa yang akan membuat mak lampir itu kapok. Gadis ini harus diberi pelajaran karena sudah berani mengacaukan paginya.

Sebuah kotak di samping gadis itu membuat Davichi penasaran. Sejak tadi ia mencium bau makanan lezat, sepertinya berasal dari kotak itu. Dengan gesit, ia langsung mengambil dan membukanya.

Matanya langsung berbinar melihat beberapa bakwan jagung. Seketika perutnya langsung lapar saat mencium baunya. Tanpa izin sang pemilik, Davichi langsung melahapnya sampai habis.

Ia tidak menyangka bisa menikmati gorengan. Untung saja manager dan asistennya sudah pergi. Jika tidak, pasti ia hanya akan diberi makan salad, salad, dan salad. Membayangkan saja, Davichi sudah ngeri.

Ctak...

"Aww" Davichi berteriak kencang begitu mendapat pukulan tiba-tiba. Ia menggosok-gosok kepalanya dengan cepat. Kurang ajar, Berani sekali gadis itu menjitak kepala seorang aktor terkenal. 

Sudah 2 kali gadis gila itu menyerang kepalanya. Siapa yang mau tanggung jawab jika ia berubah jadi idiot. Awas saja, ia tidak akan membiarkan gadis itu hidup tenang.

Senyum licik terlukis begitu menyeramkan di bibir Davichi. Gadis gila itu tidak akan lepas dari genggamannya. Ia tidak akan menandatangani kontrak itu sebelum berhasil membalas dendam.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status