Ada yang jual samsak hidup? - Alea Zahira
____________________
Boneka teddy bear dengan ukuran super jumbo menjadi objek samsak sore ini. Saking kesalnya, Alea seperti ingin melahap orang saat perjalanan menuju kontrakannya.
Ia seperti berada di tengah tebing rapuh dengan badai petir di atasnya. Tidak bisa berlari ataupun menghindar, apalagi diam di tempat. Ah bagaimana ini.
Ditatapnya kontrak yang tergeletak di atas kasur dengan nanar. Ia belum berhasil mendapatkan tanda tangan, tapi emosinya sudah habis terkuras. Ia tidak yakin waktu tiga hari cukup untuk membujuk aktor kurang ajar itu.
Alea mengirimkan pesan pada Ais yang berisi tentang masalah kontrak yang masih belum ditanda tangani. Manager itu malah mengirimkan jadwal kegiatan Davichi padanya.
Ais mengatakan bahwa ia bisa mendatangi Davichi di lokasi syuting. Alea langsung mengecek jadwal tersebut. Besok pukul 7, pria itu ada syuting mini drama di kaki pegunungan.
Wow sekali bukan. Alea tak bisa membayangkan bagaimana dinginnya syuting di pagi hari. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung menghubungi Dian untuk meminta izin libur.
Manager tim kreatif itu membebaskan dirinya dari semua tugas. Ia hanya perlu mendapat tanda tangan kontrak dari Davichi. Hubungan kerjasama yang baik antara Hero Advertising dan Infinite mengharuskan tim kreatif untuk menuruti kemauan kliennya itu.
Mendapat kabar demikian, Alea tidak tau harus bahagia atau sedih. Tugas yang diberikan padanya memang hanya 1. Tapi untuk membujuk aktor itu, sepertinya 1 nyawa saja tidak akan cukup.
Ia pun langsung mencari informasi mengenai lokasi yang akan didatanginya. Dari informasi yang ia baca, di lokasi sekitar terdapat camp ground yang dibuka untuk umum.
Sepertinya ia harus memaksa temannya untuk ikut dan membantunya. Hari yang mulai malam tidak melunturkan semangat Alea. Setelah melewati gang-gang tikus, akhirnya sampai juga ia di sebuah apartemen yang baru saja ia kunjungi.
Teman baiknya yang memiliki jabatan tinggi di sebuah perusahaan terkenal mampu membeli apartemen disini. Keren bukan? Ia juga berharap nasibnya sama dengan temannya itu.
Alea menaiki lift untuk bisa sampai di lantai 15. Semoga saja temannya ada di apartemen. Ia lupa tidak bertanya terlebih dahulu dan malah langsung menuju kesini. Bodoh memang.
Dua kali ia memencet bel, tapi tidak ada respon dari dalam. Ia pun memutuskan untuk menekan password apartemen itu dan segera masuk.
Temannya itu memang membiarkan Alea tau password apartemennya. Bukan maksud apa-apa, hanya untuk berjaga-jaga jika ada keadaan darurat.
Dilihatnya sosok pria yang masih bergelung di atas sofa. Rambut yang berantakan dengan baju yang masih sama sejak tadi pagi membuat Alea jijik. Ia yakin pasti pria itu belum mandi.
"Al" Alea membangunkan pria itu menggunakan kakinya. Tidak ada sahutan sama sekali. Ia menghembuskan nafas kemudian menepuk pelan pipi temannya itu.
"Al bangun, uda malem ini. Pasti belom mandi"
Hanya terdengar erangan dari mulutnya. Temannya satu ini memang sangat manja jika sakit. Padahal ia hanya demam dan pilek karena kebanyakan minum es. Seperti anak kecil memang.
"Heh bangun. Ngga bosen apa tidur mulu"
"Apa sih, gue masih ngantuk"
"Badan lo bau bangke sumpah. Mandi dulu, habis itu makan. Gue masakin deh. Bangun ngga"
Dengan sekuat tenaga, Alea menarik tangan Alvin agar bangkit. Jika dibiarkan, pria itu akan tetap tidur dan berakhir sakit maag karena telat makan.
Alea meletakkan tangannya di dahi Alvin, ia sungguh lega saat merasakan subu tubuh temannya itu sudah kembali seperti semula. Semoga saja, pria ini mau untuk membantunya.
"Makanya jangan minum es. Uda tau kalo kebanyakan langsung pilek terus demam. Masih aja diulangin"
"Iya iya. Ceramah mulu daritadi"
Melihat temannya yang sudah bangkit, ia pun langsung menuju ke arah dapur. Kulkas masih penuh dengan beberapa bahan karena memang baru kemarin ia mengisi ulang.
Malam ini Alea akan memasak sup ayam dan tempe. Simple sekali bukan. Ia harus masak cepat sebelum penyakit lama Alvin kambuh.
Alvin keluar dari kamarnya dengan handuk di kepala. Melihat Alea yang sedang memasak membuat hatinya senang. Ia bersyukur memiliki teman yang selalu ada untuknya.
"Masak apa?"
"Sup ayam sama tempe. Uda ada tanda-tanda maag? Nih makan roti dulu"
Roti yang sudah ia panggang dengan teflon langsung ia berikan pada Alvin. Semoga saja roti itu bisa sedikit mengganjal perutnya. Jika tau kalau temannya ini tidur sampai malam, ia akan kesini lebih awal.
"Aaaa"
Alea mengarahkan roti itu ke mulut Alvin. Jangan salah paham, mereka sudah kenal sejak kecil, bahkan seperti saudara. Jadi tidak heran mereka bersikap bak pasangan romantis.
Bohong jika Alvin tidak punya rasa dengan gadis di depannya ini. Gadis multitalent yang bisa mengerjakan apapun. Lihat saja, bahkan sekarang Alea sedang menyuapinya sambil menggoreng tempe. Keren sekali kan.
"Pindah kesini aja. Lumayan kan uangnya bisa ditabung"
"Ogah. Tiap hari pasti gue jadi babu"
Itu hanya bercanda. Alea merasa tidak enak jika harus tinggal di tempat Alvin yang begitu mewah. Bukan apa-apa, tapi temannya itu sudah seringkali membantunya. Ia tidak enak jika harus merepotkannya lagi.
"Ya elah, paling cuma masak doang. Lo tiap hari juga masak di kontrakkan. Apa bedanya coba"
"Ngga enak dilihat tetangga"
"Itu kamar depan juga tinggal berdua sama pacarnya"
"Ya terus?"
"Bodo. Ngomong sama lo ngga pernah ada ujungnya"
Alea hanya menggelengkan kepala pelan kemudian meniriskan tempe dari teflon. Masakannya sudah siap disantap, nasi juga sudah matang 5 menit yang lalu.
"Makan dulu"
Dengan muka memelas, Alvin menyodorkan handuknya. Ia sudah tidak punya tenaga untuk mengeringkan rambut. Hairdryer sedang rusak karena jatuh dari atas lemari.
Dengan senang hati Alea membantu mengeringkan rambut pria itu. Sekalian saja ia membujuknya untuk menemani camping.
"Al, camping di kaki gunung yuk"
"Hah? Musim ujan gini ngajak camping. Ngga waras lo"
"Ayolah, gue butuh banget"
"Emang ada urusan apa di kaki gunung? Mau bikin sajen?"
Alea menghembuskan nafas keras. Temannya ini tidak bisa diajak serius.
"Gue harus dapetin ttd kontrak sama Davichi. Itu aktor ada syuting di kaki gunung 6 hari. Lah gue cuma dikasih waktu 3 hari. Stress gue"
"Itu kan bukan tugas lo Lea sayang"
Jika sudah memanggil namanya, brarti pria itu sedang kesal padanya. Ia juga ingin protes pada managernya, tapi salahnya yang memang sering membuat kesalahan dan hampir dipecat.
"Pokoknya bantuin. Cuma 3 hari kok. Plis, lo kan anak gunung"
Alvin menghembuskan nafas keras kemudian mengangguk pasrah. Ia akan mengambil cutinya untuk menemani Alea camping. Mungkin setelah camping akan memicu semangat untuk giat bekerja.
"Pulang dulu sana ambil barang-barang. Malam ini tidur disini aja. Besok kita berangkat shubuh"
"Yes" sambil menari-nari, Alea berjalan menuju pintu. Akhirnya, ia berhasil membujuk temannya itu. Berarti sekarang, ia harus fokus untuk mencari cara agar Davichi mau bekerjasama dengan perusahaannya.
*****
Alam sudah lebih dari cukup memberi hiburan - Alea Zara____________________Alea menghirup nafas kuat, udara disini sangat jauh berbeda dengan yang ada di pusat kota. Suasana yang sejuk membuatnya langsung nyaman meskipun baru pertama kali berkunjung ke tempat ini.Dilihatnya area camp ground yang lumayan penuh dengan tenda-tenda. Padahal ini weekday, tapi sepertinya banyak yang ingin menyegarkan pikiran dengan kegiatan camping.Alvin sendiri sedang mengambil tenda dan matras di bagasi mobil. Mereka akan mendirikan tenda terlebih dahulu. Untung saja jarak parkir dengan camp ground tidak begitu jauh.Semua biaya ditanggung oleh pria itu. Enak sekali bukan? Bahkan makanan dan minuman pun Alvin yang membelinya."Ayo"Untuk sampai di camp ground, mereka harus melewati jalanan yang sedikit berkerikil. Alea mengedarkan matanya melihat sekitar. Hanya terlihat warung-warung dan pedagang kaki lima yang berjejeran. Ia akan menikmati jajanan tr
Perang yuk, biar lega - Alea Zahira____________________Alea terduduk lemas di bawah pohon pinus sambil menatap nyalang sesosok aktor yang sibuk syuting sejak tadi. Pria itu menampilkan senyum mengejek ke arahnya di sela-sela adegan. Kampret sekali kan? Andai saja ia tidak bertemu dengan Davichi, pasti dirinya tidak terjebak sendirian seperti ini.-Flashback-Melihat sosok pemilik suara deheman itu membuat Alea memutar bola mata malas. Kenapa sih ia harus bertemu pria gila sepagi ini? Alea kan masih mau menikmati alam dulu. Duuh, ia harus menyiapkan kesabaran saat menghadapi aktor satu ini."Ngapain disini?" Ngapain nanya-nanya, itu yang ingin Alea ucapkan sekarang. Tapi rileks Al, lo harus dalam mode baik demi cuan."Saya disuruh ke sini sama mbak Ais buat minta ttd kontrak" ucap Alea sopan, sangat sopan. Ia harus menahan emosinya agar masalah ini cepat selesai."Oh" Oh? Terus? Kapan dia mau tanda tangan kontrak ini. Duh, ingin seka
Aktor maupun aktris memang dituntut untuk profesional, kalau tidak sanggup jadi kukang saja sana - Davichi Park____________________HuuuuffttDavichi menyandarkan punggungnya di atas kursi. Ia melihat para kru yang masih pontang panting menyiapkan adegan berikutnya. Ia sendiri sedang istirahat sambil membaca naskah yang entah kenapa tidak menarik.Matanya menelusuri seluruh bagian hutan. Hanya ada segelintir orang yang berjalan-jalan, ada juga yang sedang memunguti strobilus. Mereka disini refreshing, tapi dirinya malah sibuk syuting. Nasib-nasib.Moodnya hari ini sudah sangat buruk gara-gara ditinggal oleh Dimas. Pria itu seenaknya kabur dari sini dan memilih membantu Ais menata schedulenya. Kurang ajar kan? Ia jadi uring-uringan, bahkan sampai memarahi para kru. Untung saja ia sudah meminta maaf pada mereka tadi. Maafkan atas sikap Davichi yang tidak professional.Angin yang berhembus kencang membuat Davichi meringis. Rambutnya yang berge
Jangan mendekati singa jika ingin nyawamu selamat - Alea Zahira____________________Emosi Alea benar-benar tidak stabil sekarang. Ia sudah mencoba memikirkan hal-hal baik tapi masih saja hatinya dipenuhi dendam terhadap pria iblis itu.Ia menyesal tidak meninju pria itu tadi. Kenapa baru kepikiran saat dirinya sudah di tenda. Tuh kan, emosi Alea jadi memuncak lagi hanya karena mengingat si aktor gila itu.Sabar-sabar. Alea sampai bosan mengelus dada karena darah tinggi. Sepertinya ia harus membeli minum dengan ekstra es batu. Kepala dan tubuhnya yang panas harus segera didinginkan.Melihat kontrak di tangannya yang masih bersih tanpa satupun coretan membuat Alea menghembuskan nafas pelan. Jika begini terus, bagaimana ia bisa menyelesaikan tugas negara. Alea memang harus mengontrol emosinya dengan baik.Ia pun keluar dari tenda untuk menuju salah satu warung yang berjejer. Melihat minuman kemasan kopi favoritnya membuat Alea tersenyum. Ia pu
Ternyata pemandangan yang ini lebih indah dari alam - Davichi Park____________________Mata Alea masih mencuri-curi pandang ke arah Davichi. Pria itu entah kenapa menjadi akrab dengan Alvin. Apa terjadi sesuatu diantara mereka saat ia tidur? Patut dicurigai."Uda lama bergelung di dunia acting?" Alea mengalihkan matanya ke arah Alvin. Kenapa sih pria itu sok kenal dengan si iblis. Ia kan jadi kesal karena tidak diperhatikan sejak tadi."Lumayan, sekarang masuk tahun ke tujuh" ucap Davichi sambil mengaduk mienya. Ingin rasanya Alea menumpahkan mie itu ke rambut aktor gila. Duuh, ia masih belum bisa mengatur emosinya.Alvin hanya mengangguk paham. Tenyata lumayan asyik juga bercengkrama dengan pria ini. Ia mengalihkan matanya ke arah Alea. Gadis itu hanya diam sejak tadi sambil memakan mie. Ia jadi sangsi kalau Alea sedang bertengkar dengan Davichi."Woy, diem aje lo" Alea hanya menatap Alvin malas kemudian kembali memakan mie nya. Ia sedang
Malu itu berat, mending pingsan saja - Alea Zahira____________________Alea menghembuskan nafas kesal. Bodoh memang. Bagaimana bisa ia tidak hati-hati dan terpeleset. Jadi basah kuyup kan bajunya. Untung saja ia jatuh ke sungai, kalau ini bebatuan pasti kepalanya sudah hancur.Dan lagi, kenapa iblis itu ikut menertawakannya. Memangnya lucu kalau ia terkena musibah seperti ini. Ah lupa, pria itu kan memang suka melihatnya tersiksa."Syukurin, pake ngga mau segala sih" kurang ajar sekali kan temannya itu. Ia kan sudah berniat tidak mandi hari ini. Kalo kejebur begini mana mungkin ia tidak sekalian mandi. Ah, Alea mageeeer."Gue mau beli cemilan dulu" Alea hanya mengangguk pelan. Pasti Alvin membeli makanan micin. Itu tuyul memang tidak bisa lepas dari snake, eh snack maksudnya.Karena sudah kepalang basah, ia pun memutuskan untuk bermain air. Aaaah, segarnya. Airnya dingin dan sangat jernih. Padahal sungai bagian sini memang untuk mandi. Tapi A
Nikmati semua keuntungan selagi masih ada - Davichi Park____________________Jantung Davichi masih belum berdetak normal sejak tadi. Bayangan tentang tubuh dan aset Alea yang tercetak jelas membuatnya tidak bisa tertidur. Padahal jam di hpnya sudah menunjukkan pukul 10. Dan besok ia ada syuting lagi mulai jam 7. Ok Dav, mau tidak mau harus tidur sekarang.Pria itu langsung duduk kembali sambil mencebikkan bibir. Tiap kali memejamkan mata, lagi-lagi bayangan itu berputar ulang. Astaga, ia bisa gila kalau begini terus.Kalian pasti tau bagaimana respon tubuh pria normal sepertinya jika disuguhi pemandangan seperti itu? Tentu akan terusik kan. Itu yang Davichi alami sekarang. Bahkan sudah sekitar 6 jam kejadian itu berlalu, tapi asetnya ini masih belum tidur. Ia harus apa sekarang?Tidak mungkin kan ia memuaskan diri disini. Kalau ada makhluk penunggu gunung yang tidak menyukai hal itu, ia pasti akan diteror. Masih mending diteror, kalau ia mati kan
Lawan paling berat bagi seorang pria adalah nafsu - Davichi Park____________________Kepala Davichi terasa pening begitu melihat baju Alea yang berwarna putih. Apa sih maksud gadis itu. Dia tidak tau saja, ia mati-matian menahan hasrat agar tidak menerkam Alea. Bahkan asetnya yang sejak semalam belum dipuaskan kembali turn on sekarang.Davichi memberikan hoodienya pada Alea. Biar saja ia kedinginan daripada kepanasan karena menahan gairah.Hari ini, Davichi akan take adegan perkelahian. Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. Ia sedikit ngeri saat berada di tengah kobaran api yang menggila. Bukannya apa-apa, tapi ia takut mati disini. Davichi tidak mau jadi arwah penunggu gunung. Tidak epic sekali.Ia langsung tersenyum puas saat mendengar sutradara mengatakan 'cut'. Akhirnya, selesai juga adegan ini. Tidak sia-sia latihannya kemaren yang sampai membuat kakinya sakit.Pandangan Davichi langsung mengarah pada Alea yang sedang memejamkan