Alam sudah lebih dari cukup memberi hiburan - Alea Zara
____________________
Alea menghirup nafas kuat, udara disini sangat jauh berbeda dengan yang ada di pusat kota. Suasana yang sejuk membuatnya langsung nyaman meskipun baru pertama kali berkunjung ke tempat ini.
Dilihatnya area camp ground yang lumayan penuh dengan tenda-tenda. Padahal ini weekday, tapi sepertinya banyak yang ingin menyegarkan pikiran dengan kegiatan camping.
Alvin sendiri sedang mengambil tenda dan matras di bagasi mobil. Mereka akan mendirikan tenda terlebih dahulu. Untung saja jarak parkir dengan camp ground tidak begitu jauh.
Semua biaya ditanggung oleh pria itu. Enak sekali bukan? Bahkan makanan dan minuman pun Alvin yang membelinya.
"Ayo"
Untuk sampai di camp ground, mereka harus melewati jalanan yang sedikit berkerikil. Alea mengedarkan matanya melihat sekitar. Hanya terlihat warung-warung dan pedagang kaki lima yang berjejeran. Ia akan menikmati jajanan tradisional itu selagi disini.
Alvin memilih lokasi yang dekat dengan sungai kecil. Itu akan mempermudah saat mereka ingin memasak. Di tempat ini juga ada sekitar 5 tenda yang berdiri tegak.
"Oh iya, kamar mandinya dimana?"
"Mandi di sungai"
"Heh serius"
"Iya serius. Disini ada 3 sungai kecil. Satu disini, airnya jernih bisa buat minum. Satunya ada di belakang warung-warung itu, buat saluran pembuangan. Yang buat mandi agak masuk ke hutan itu"
Alea bergidik ngeri. Lebih baik ia tidak mandi daripada masuk ke dalam hutan itu. Baru melihatnya saja bulu kuduknya sudah berdiri.
"Tenang aja, di warung-warung itu ada toilet kok. Tapi ya harus bayar" hembusan nafas lega langsung keluar dari mulutnya. Ia tidak bisa membayangkan jika harus mandi di sungai itu. Kalau ada yang mengintip bagaimana?
Alvin mulai merakit yang entahlah, Alea pun tidak paham itu apa. Ia hanya menuruti perintah pria itu yang menyuruhnya mencari batu besar.
"Nyari tempat duduk aja. Biar ngga berdiri disitu, ganggu sumpah"
Dengan langkah kesal, Alea berjalan mendekati sungai. Ternyata benar, air disini sangat jernih. Bahkan ia bisa melihat dasar sungai yang dipenuhi batu dan ikan kecil. Ah rasanya ia benar-benar liburan sekarang.
"Ayo ambil barang-barang"
Saking asyiknya melihat ikan, Alea sampai tidak sadar bahwa tendanya sudah berdiri kokoh. Ia sendiri takjub melihat ukurannya yang besar. Mungkin 6 orang dewasa bisa tidur di dalam sana.
Barang-barang yang harus diambil sangatlah banyak. Temannya itu membawa peralatan lengkap seperti ingin pindah rumah. Padahal mereka disini hanya 3 hari.
"Lo bawa apa aja sih, banyak banget. Masa iya lo naik gunung bawa barang segini banyaknya"
"Ya ngga lah. Kan disini kita sambil liburan. Gue juga ngga tega liat lo tidur di sleeping bag. Makanya gue bawa kasur angin"
"Uuh perhatian banget. Jadi enak"
Alvin hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Ini pertama kalinya mereka camping berdua, satu tenda pula. Tenang saja, ia sudah mendapatkan izin dari penjaga camp ground karena tendanya yang berukuran besar.
"Bawa yang ringan-ringan aja. Itu tuh kasur angin sama kitchen set"
"Ya elah, lo pikir gue bocah. Bawa 2 elpigi aja gue kuat"
"Iyain aja biar cepet"
Barang demi barang sudah berhasil dipindahkan ke dalam tenda. Mereka harus bolak-balik tiga kali untuk memindahkannya. Melihat tumpukan powerbank membuat Alea tak habis pikir. Ia jadi sangsi temannya itu akan membuka lapak disini.
Setelah memasang matras di seluruh alas tenda, Alvin langsung memompa 2 kasur angin, untuknya dan untuk Alea. Sedangkan gadis itu sedang merakit lemari mini portable untuk tempat pakaian. Mewah sekali bukan?
"Ini baju kalo di taruh di tas kan juga bisa"
"Baunya ngga enak nanti. Lo kan ngga suka make parfum, makanya gue bawain lemari portable" oh jadi itu alasannya. Baik sekali pria itu.
Selesai merakit lemari, Alea langsung menyiapkan tempat untuk tidur. Ia sendiri tidur di bagian kanan dan Alvin di bagian kiri. Untuk bagian tengah, mereka menambahkan karpet untuk tempat makan maupun bersantai.
"Makan dulu yuk. Uda laper"
"Beli aja ya. Nanti siang baru masak" ucap Alvin sambil membereskan kasurnya. Setelah sarapan, ia akan mencari kayu di hutan. Tidak afdol rasanya kalo tidak memasak saat camping. Ia sudah menyiapkan mie, sosis, bahkan jagung. Totalitas sekali bukan?
"Beliin. Gue mau beres-beres dulu"
"Mau apa?"
"Terserah" jawaban khas cewek membuat Alvin bingung. Tidak ada makanan dengan nama terserah. Ia jadi bimbang ingin membeli apa.
Alea menghembuskan nafas pasrah saat melihat isi tas Alvin yang berantakan. Mulai dari baju, laptop, kabel, tali, bahkan sampai cemilan pun ada di dalamnya. Ia jadi bertanya-tanya bagaimana dulu temannya itu menata tas saat mendaki gunung.
Ia memindahkan baju-baju Alvin ke lemari portable. Matanya sedikit melebar saat melihat beberapa pakaian perempuan di dalam tas itu. Ah mungkin pria itu asal memasukkan baju ke dalam tasnya.
"Ayo makan"
Alvin menyodorkan sebungkus nasi goreng padanya. Perutnya yang memang sudah lapar pun langsung melahapnya sampai habis. Rasa nasi goreng disini lebih nikmat daripada di dekat kontrakannya.
"Oh iya, baju cewek di tas lo punya siapa?"
"Punya lo. Gue yakin lo cuma bawa 3 baju. Disini kalo malem dingin banget, jadi harus pake baju berlapis"
Alea hanya ber-oh ria. Untung saja temannya itu teliti, jika tidak sudah bisa dipastikan ia akan menggigil saat tidur nanti.
"Kapan lo nyamperin Davichi ke lokasi syuting?"
"Nanti jam 10. Kalo gue kesana sekarang dia masih sibuk syuting"
Manager aktor itu sudah memberitahunya untuk datang saat waktu istirahat. Sia-sia juga kan jika ia datang sekarang dan melihat pria kurang ajar itu syuting.
Karena jam yang masih menunjukkan pukul 8, Alvin pun membawa Alea jalan-jalan ke area hutan. Ia sudah hafal dengan kawasan disini karena sudah sering camping bersama teman-temannya.
Melihat hutan pinus yang tinggi menjulang membuat Alea menertawakan dirinya sendiri. Ia pikir hutan ini dipenuhi pohon tua seperti beringin yang menyeramkan.
Alea melihat beberapa tupai yang melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Pemandangan ini sangat baru di matanya. Bahkan pertama kalinya ia melihat tupai secara langsung.
"Tupainya boleh dibawa pulang ngga sih?" Hanya jitakan yang ia dapatkan setelah melontarkan pertanyaan itu. Padahal ia hanya becanda.
"Tuh lokasi syuting nya"
Alea mengikuti tatapan Alvin ke sebelah barat. Disana terlihat banyak orang yang sibuk dengan tugas masing-masing. Ia jadi penasaran, drama seperti apa yang dimainkan oleh aktor kurang ajar itu.
"Ehm" suara deheman dari arah belakang membuat Alvin dan Alea menoleh ke belakang. Sosok yang paling malas ia jumpai menatapnya dengan tajam. Sepertinya nyawanya akan terkuras mulai dari sekarang
*****
Perang yuk, biar lega - Alea Zahira____________________Alea terduduk lemas di bawah pohon pinus sambil menatap nyalang sesosok aktor yang sibuk syuting sejak tadi. Pria itu menampilkan senyum mengejek ke arahnya di sela-sela adegan. Kampret sekali kan? Andai saja ia tidak bertemu dengan Davichi, pasti dirinya tidak terjebak sendirian seperti ini.-Flashback-Melihat sosok pemilik suara deheman itu membuat Alea memutar bola mata malas. Kenapa sih ia harus bertemu pria gila sepagi ini? Alea kan masih mau menikmati alam dulu. Duuh, ia harus menyiapkan kesabaran saat menghadapi aktor satu ini."Ngapain disini?" Ngapain nanya-nanya, itu yang ingin Alea ucapkan sekarang. Tapi rileks Al, lo harus dalam mode baik demi cuan."Saya disuruh ke sini sama mbak Ais buat minta ttd kontrak" ucap Alea sopan, sangat sopan. Ia harus menahan emosinya agar masalah ini cepat selesai."Oh" Oh? Terus? Kapan dia mau tanda tangan kontrak ini. Duh, ingin seka
Aktor maupun aktris memang dituntut untuk profesional, kalau tidak sanggup jadi kukang saja sana - Davichi Park____________________HuuuuffttDavichi menyandarkan punggungnya di atas kursi. Ia melihat para kru yang masih pontang panting menyiapkan adegan berikutnya. Ia sendiri sedang istirahat sambil membaca naskah yang entah kenapa tidak menarik.Matanya menelusuri seluruh bagian hutan. Hanya ada segelintir orang yang berjalan-jalan, ada juga yang sedang memunguti strobilus. Mereka disini refreshing, tapi dirinya malah sibuk syuting. Nasib-nasib.Moodnya hari ini sudah sangat buruk gara-gara ditinggal oleh Dimas. Pria itu seenaknya kabur dari sini dan memilih membantu Ais menata schedulenya. Kurang ajar kan? Ia jadi uring-uringan, bahkan sampai memarahi para kru. Untung saja ia sudah meminta maaf pada mereka tadi. Maafkan atas sikap Davichi yang tidak professional.Angin yang berhembus kencang membuat Davichi meringis. Rambutnya yang berge
Jangan mendekati singa jika ingin nyawamu selamat - Alea Zahira____________________Emosi Alea benar-benar tidak stabil sekarang. Ia sudah mencoba memikirkan hal-hal baik tapi masih saja hatinya dipenuhi dendam terhadap pria iblis itu.Ia menyesal tidak meninju pria itu tadi. Kenapa baru kepikiran saat dirinya sudah di tenda. Tuh kan, emosi Alea jadi memuncak lagi hanya karena mengingat si aktor gila itu.Sabar-sabar. Alea sampai bosan mengelus dada karena darah tinggi. Sepertinya ia harus membeli minum dengan ekstra es batu. Kepala dan tubuhnya yang panas harus segera didinginkan.Melihat kontrak di tangannya yang masih bersih tanpa satupun coretan membuat Alea menghembuskan nafas pelan. Jika begini terus, bagaimana ia bisa menyelesaikan tugas negara. Alea memang harus mengontrol emosinya dengan baik.Ia pun keluar dari tenda untuk menuju salah satu warung yang berjejer. Melihat minuman kemasan kopi favoritnya membuat Alea tersenyum. Ia pu
Ternyata pemandangan yang ini lebih indah dari alam - Davichi Park____________________Mata Alea masih mencuri-curi pandang ke arah Davichi. Pria itu entah kenapa menjadi akrab dengan Alvin. Apa terjadi sesuatu diantara mereka saat ia tidur? Patut dicurigai."Uda lama bergelung di dunia acting?" Alea mengalihkan matanya ke arah Alvin. Kenapa sih pria itu sok kenal dengan si iblis. Ia kan jadi kesal karena tidak diperhatikan sejak tadi."Lumayan, sekarang masuk tahun ke tujuh" ucap Davichi sambil mengaduk mienya. Ingin rasanya Alea menumpahkan mie itu ke rambut aktor gila. Duuh, ia masih belum bisa mengatur emosinya.Alvin hanya mengangguk paham. Tenyata lumayan asyik juga bercengkrama dengan pria ini. Ia mengalihkan matanya ke arah Alea. Gadis itu hanya diam sejak tadi sambil memakan mie. Ia jadi sangsi kalau Alea sedang bertengkar dengan Davichi."Woy, diem aje lo" Alea hanya menatap Alvin malas kemudian kembali memakan mie nya. Ia sedang
Malu itu berat, mending pingsan saja - Alea Zahira____________________Alea menghembuskan nafas kesal. Bodoh memang. Bagaimana bisa ia tidak hati-hati dan terpeleset. Jadi basah kuyup kan bajunya. Untung saja ia jatuh ke sungai, kalau ini bebatuan pasti kepalanya sudah hancur.Dan lagi, kenapa iblis itu ikut menertawakannya. Memangnya lucu kalau ia terkena musibah seperti ini. Ah lupa, pria itu kan memang suka melihatnya tersiksa."Syukurin, pake ngga mau segala sih" kurang ajar sekali kan temannya itu. Ia kan sudah berniat tidak mandi hari ini. Kalo kejebur begini mana mungkin ia tidak sekalian mandi. Ah, Alea mageeeer."Gue mau beli cemilan dulu" Alea hanya mengangguk pelan. Pasti Alvin membeli makanan micin. Itu tuyul memang tidak bisa lepas dari snake, eh snack maksudnya.Karena sudah kepalang basah, ia pun memutuskan untuk bermain air. Aaaah, segarnya. Airnya dingin dan sangat jernih. Padahal sungai bagian sini memang untuk mandi. Tapi A
Nikmati semua keuntungan selagi masih ada - Davichi Park____________________Jantung Davichi masih belum berdetak normal sejak tadi. Bayangan tentang tubuh dan aset Alea yang tercetak jelas membuatnya tidak bisa tertidur. Padahal jam di hpnya sudah menunjukkan pukul 10. Dan besok ia ada syuting lagi mulai jam 7. Ok Dav, mau tidak mau harus tidur sekarang.Pria itu langsung duduk kembali sambil mencebikkan bibir. Tiap kali memejamkan mata, lagi-lagi bayangan itu berputar ulang. Astaga, ia bisa gila kalau begini terus.Kalian pasti tau bagaimana respon tubuh pria normal sepertinya jika disuguhi pemandangan seperti itu? Tentu akan terusik kan. Itu yang Davichi alami sekarang. Bahkan sudah sekitar 6 jam kejadian itu berlalu, tapi asetnya ini masih belum tidur. Ia harus apa sekarang?Tidak mungkin kan ia memuaskan diri disini. Kalau ada makhluk penunggu gunung yang tidak menyukai hal itu, ia pasti akan diteror. Masih mending diteror, kalau ia mati kan
Lawan paling berat bagi seorang pria adalah nafsu - Davichi Park____________________Kepala Davichi terasa pening begitu melihat baju Alea yang berwarna putih. Apa sih maksud gadis itu. Dia tidak tau saja, ia mati-matian menahan hasrat agar tidak menerkam Alea. Bahkan asetnya yang sejak semalam belum dipuaskan kembali turn on sekarang.Davichi memberikan hoodienya pada Alea. Biar saja ia kedinginan daripada kepanasan karena menahan gairah.Hari ini, Davichi akan take adegan perkelahian. Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. Ia sedikit ngeri saat berada di tengah kobaran api yang menggila. Bukannya apa-apa, tapi ia takut mati disini. Davichi tidak mau jadi arwah penunggu gunung. Tidak epic sekali.Ia langsung tersenyum puas saat mendengar sutradara mengatakan 'cut'. Akhirnya, selesai juga adegan ini. Tidak sia-sia latihannya kemaren yang sampai membuat kakinya sakit.Pandangan Davichi langsung mengarah pada Alea yang sedang memejamkan
Wahai kaum wanita, apa semua golongan kalian suka menjambak saat emosi? - Davichi Park____________________Bodoh bodoh bodoh. Bisa-bisanya Alea duduk di pangkuan si iblis itu. Ya ampun, kenapa ceroboh sekali sih dirinya. Kenapa tidak melihat dulu sebelum duduk. Kan ia jadi semakin malu.Lebih parahnya lagi, Alea merasakan sesuatu yang besar dan keras menusuk pantatnya. Ya ampun, berdosa sekali dirinya. Pasti Davichi sangat marah padanya. Bagaimana ini? Bisa saja pria itu malah menikmatinya. Heh, tidak boleh.Bayangan tentang masalah kemarin masih menganggu pikirannya. Aset atasnya sudah tidak perawan lagi. Dan sekarang, pantatnya juga sudah tidak perawan. Tuhan, Alea ingin reinkarnasi saja.Setelah momen canggung tadi, ia langsung mengucapkan kata maaf dan pergi begitu saja menuju lokasi syuting. Mau taruh dimana mukanya jika berlama-lama bersama Davichi.Pria itu sedang take adegan sekarang. Tubuhnya yang telanjang dada membuat Alea menela