Definisi betina adalah perempuan berkelakuan anjing - Davichi Park
___________________
Alea meneguk sebotol soda hingga habis tak tersisa. Ubun-ubunnya sudah sangat panas sekarang. Bagaimana bisa temannya itu membeli aneka macam skincare dan ditujukan ke alamat kostnya.
Bukan itu yang jadi masalah, tapi Alvin si sahabat kurang ajarnya memilih pembayaran COD. Bayangkan saja ia harus buru-buru ke atm untuk membayar tagihan yang seharga sewa kost 1 bulannya. Gila kan?
Gara-gara emosi, Alea jadi lapar sekarang. Melihat satu-satunya onigiri di rak samping kulkas membuat cacingnya meronta-ronta. Tahan Alea mending uangnya buat beli nasi kucing, lebih kenyang.
Ah tidak peduli, Alea sudah terlanjur menginginkannya. Ia pun bergerak mendekati rak itu dan... Eh, tangan siapa itu. Tangan asing dari arah belakang tiba-tiba mendahuluinya untuk mengambil onigiri.
Tidak boleh dibiarkan, ia lebih dulu melihatnya. Alea pun langsung berbalik dan merebut onigiri dari tangan seorang pria bermasker. Ia menampilkan mata tajam kemudian pergi ke kasir untuk membayarnya.
"Woy balikin, gue dulu yang ngambil"
Enak saja. Ia lebih dulu melihatnya. Tanpa sepengetahuan Alea, pria itu tiba-tiba sudah ada di sampingnya dan merebut onigiri di tangannya. Pria yang sudah melepas maskernya itu bahkan membuka bungkus onigiri dan langsung menggigitnya. Kurang ajar.
Karena dikuasi emosi, Alea pun langsung menyerangnya dengan berbagai pukulan, cubitan, bahkan jambakan. Ia tidak peduli jika dilaporkan pada pihak berwajib karena kasus penyerangan. Yang terpenting adalah membuat pria itu babak belur.
"Anjing, bangsat, lo itu ya iiih. Itu kan onigiri gue, kenapa dimakan. Rasain nih"
"Aw, sakit bego. Lepasin" mendengar teriakan itu membuat Alea puas. Tangannya tetap berada di rambut itu dan menariknya kencang, biar saja dia kapok.
"Makanya ngalah sama cewek. Lagian kan gue dulu yang liat"
"Heh betina, uda jelas-jelas gue dulu yang ngambil" Alea semakin mempererat jambakan itu. Ia akan melepaskannya jika pria gila ini meminta maaf.
"Sakit woy, aduh duuh" karena kasihan, Alea pun melepaskan jambakan dari rambut pria itu. Ia meringis begitu melihat beberapa rambut yang tertinggal di tangannya. Duh, pasti sakit sekali. Maaf, Alea khilaf.
Pria itu mengambil tangan Alea dan memberikan onigiri yang sudah digigit. Dia pergi begitu saja tanpa ada sepatah kata pun. Alea hanya diam melihat kelakuan pria itu, ada apa ini?
Ia menatap onigiri di tangannya dengan nanar. Jadi maksudnya, pria itu menginginkan Alea untuk membayar onigiri yang telah dia makan, begitu? Sebentar.. astagaaaaa
"Woy balik lo, bayar dulu onigiri yang lo makan. Ah bangsat" Alea langsung mencak-mencak saat menyadari pria itu sudah hilang ditelan bumi. Bodoh sekali otaknya ini. Bisa-bisanya membiarkan pria itu kabur dengan mudah. Awas saja, jika sampai bertemu lagi ia akan balas dendam.
*****
Davichi berdiri memandangi dirinya di depan cermin. Rambut hitam legamnya sangat berantakan. Ia meringis begitu melihat luka goresan panjang yang berdarah akibat cakaran betina gila itu.
Nah kan, Davichi jadi ingat lagi. Harusnya tadi ia juga menjambaknya. Memangnya tidak sakit apa. Bahkan ia sempat melihat ada beberapa helai rambutnya di tangan betina itu. Kalian pasti bisa membayangkan bagaimana rasanya.
Davichi langsung mengambil obat merah. Ia harus segera mengobati luka ini. Harganya bisa turus jika media mengetahui bahwa tubuhnya lecet.
"Sshh" lagi-lagi Davichi meringis saat ujung cotton bud mengenai lukanya. Perih, ia tidak berbohong.
Setelah mengobati lukanya, pria itu langsung merebahkan diri di kasur. Gigitan kecil onigiri tidak membuat perutnya kenyang. Kenapa ia tadi langsung ke apartemen? Ia kan masih bisa membeli sosis. Kenapa baru kepikiran sekarang? Astagaa, bodoh sekali otaknya ini.
Jadi sekarang, bagaimana nasib cacing peliharaannya? Masa iya Davichi harus keluar lagi. Ah, mending delivery saja.
Davichi mengurungkan niatnya begitu mendengar suara Dimas yang meneriakkan namanya. Akhirnya si tengil itu kesini juga, untung ia belum memesan makanan tadi.
Melihat hanya ada satu salad di meja makan membuat Davichi menghembuskan nafas malas. Ia sudah menunggu sejak tadi, tapi asistennya itu hanya membawa salad. Oh god, bisa tidak sih ia makan iga saja.
"Ngga ada makanan lain?"
"Mau apa?" Serius? Tumben sekali asistennya ini baik. Ia jadi curiga.
"Iga. Gue pengen banget dari dulu, tapi sampe sekarang belom kesampean" Dimas hanya menganggukan kepala. Senyuman pun langsung terbit di wajah Davichi. Akhirnya setelah sekian purnama ia bisa merasakan lagi lezatnya daging penuh lemak itu.
"Uda pesen?" Tanyanya antusias begitu melihat sang asisten menaruh hp di atas meja.
"Pesen apa?" Loh, kok malah nanya.
"Iga"
"Gue cuma nanya tadi. Ya kali lo makan iga, bisa dikubur hidup-hidup gue sama mbak Ais" kurang ajar. Asistennya ini memang minta dihajar sampai busuk. Awas saja, jika ada waktu, ia akan mencari asisten baru dan memecat tuyul satu ini.
"Makan tuh salad. Kalo ngga gue aduin ke mbak Ais kalo lo kemaren makan rendang di hotel"
Mati. Bagaimana Dimas bisa tau? Ia kan sudah mengendap-ngendap saat keluar dari kamar. Jangan sampai Ais tau tentang hal itu. Ia tidak mau makan salad terus-terusan selama seminggu penuh. BIG NO.
Karena tidak mau mengambil resiko, Davichi pun menghabiskan salad dengan terpaksa. Setidaknya perutnya sudah mendingan setelah memakan ini.
"Jadwal lo hari ini kosong. Pihak agency masih berusaha ngatasin berita itu. Jadi lo jangan berulah dan tetap stay di apartemen"
Davichi hanya mengangguk pelan. Ia sedang fokus bermain cacing di hp Dimas. Cacingnya sudah masuk peringkat 14 sekarang, ini merupakan kemajuan yang pesat bukan?
Dimas yang tersadar ada sesuatu yang aneh di leher Davichi pun langsung mendekat ke arahnya. Terlihat jelas luka goresan panjang yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih.
"Lecet kenapa itu? Uda diobatin?" Tidak ada jawaban dari Davichi. Pria itu sedang sibuk menggerakkan cacing dengan jempolnya. Astaga, dia sudah berumur 26 tahun, kenapa masih kekanak-kanakan begini.
Dimas yang kesal pun langsung merebut kembali hpnya. Pria itu kalau sudah bermain cacing pasti tidak peduli dengan keadaan sekitar.
"Apaan sih lo, tuh kan cacing gue mati" Davichi menatap sedih cacingnya yang diserempet secara biadab oleh cacing kecil. Miris sekali.
"Gue nanya, itu lecet kenapa?" Ucap Dimas penuh penekanan. Ia jadi mual melihat kelakuan Davichi yang merajuk hanya karena cacingnya mati.
"Kena cakar. Mana hpnya, gue mau main lagi"
Sabar-sabar. Ia bisa mati muda jika terus-terusan menghadapi pria ini. Kalian tau, Davichi tidak punya keahlian apapun dalam bermain game. Main cacing saja dia tidak pernah menang, apalagi pubg, ml, atau yang lainnya. Tuh kan, ia jadi menyebarkan aib aktornya sendiri.
"Dicakar siapa?"
"Ngga tau, ngga kenal. Pokoknya betina" ucap Davichi santai. Ia senang cacingnya sudah memasuki peringkat 20 besar.
Heh, apa tadi maksudnya? Dicakar betina? Ambigu sekali. Maksudnya, dia dicakar hewan betina? Begitu? Tapi bagaimana Davichi bisa tau jika hewan itu berjenis kelamin betina.
Dimas tau betul, pria itu takut dengan semua hewan. Bahkan semut saja dia takut. Ah, otak Dimas tidak cukup pandai untuk menerjemahkan perkataan ambigu itu.
"Maksud lo?"
"Tadi ada betina gila yang jambak gue. Terus ngga sengaja kecakar" Dimas menepuk dahinya kencang mendengar penjelasan Davichi. Ada apa sih dengan otak pria itu, kenapa tidak pernah benar jika menggunakan kata.
"Cewek bukan betina. Betina itu buat hewan"
"Yeee, kelakuannya aja kayak anjing. Berarti betina dong"
Ok cukup. Sampai kapan pun ia tidak akan menang melawan raja debat ini. Biarlah yang waras yang mengalah.
"Maen pake hp sendiri napa, gue mau balik. Kasihan mbak Ais kerepotan"
"Enak aja. Temenin gue disini"
Allahu, boleh tidak sih ia tukar tambah aktor saja. Duh rasanya darah tinggi Dimas naik lagi sekarang. Nasib sudah menemani pria ini di apartemen. Sudah pasti ia akan jadi babu seharian. Tolong Dimas Tuhan.
*****
Kerja di kantor harus siap alih profesi. Mati kau! - Alea Zahira____________________Pagi yang cerah ini membuat Alea enggan menuju kantor. Ceramah para bos masih terngiang jelas di telinga. Jika bisa memilih, angkat tangan mungkin menjadi solusinya.Ia masih duduk diam di kursi trotoar. Entah kenapa melihat mobil yang berlalu lalang selalu penjadi pengingat bahwa penghasilannya masih sangat jauh untuk bisa membeli barang mewah itu.Boro-boro mobil, kontrakan saja masih nunggak. Besok adalah hari terakhir pembayaran, tapi dompet dan sakunya kering kerontang. Salahkan saja si Alvin kampret yang belum mengembalikan uangnya untuk membayar skincare laknat itu.Suara klakson truk menyadarkannya. Alea akan berjalan untuk sampai ke kantor. Kira-kira membutuhkan waktu 15 menit untuk bisa sampai disana tepat waktu.Sepanjang jalan, hanya ada suara kendaraan yang menemaninya. Tak ada teman yang bisa diajak mengobrol. Ia iri saat melihat para gadis ya
Tidak ada kesempatan kedua untuk wanita ular - Davichi Park____________________Davichi sibuk dengan hpnya saat sang manager sedang memberikan klarifikasi terkait masalah sarapannya dengan Angela. Ia sangat malas berbicara sekarang, apalagi membahas sesuatu yang tak penting seperti itu.Asal kalian tau, berita tentangnya yang disebarkan di media massa tidak sepenuhnya benar. Ia memang makan satu meja dengan Angela, tapi tidak ada kecupan kecil di pipi seperti yang tertera di berita.Ia jadi muak dengan reporter yang membuat berita hoax itu. Apa untungnya sih membuat berita yang tidak sesuai dengan kenyataan. Memangnya mereka tidak takut jika dimintai pertanggungjawaban.Jujur, Davichi ingin pulang sejak tadi. Ia risih mendengar pertanyaan maupun pernyataan para reporter yang semakin nyeleneh. Bayangkan saja bagaimana murkanya Davichi saat seorang pria seolah membuat pernyataan bahwa dirinya tidur sekamar dengan Angela.Sabar-sab
Menurut kamus hidupnya, obat emosi adalah balas dendam - Davichi Park____________________Sembari menunggu kedatangan klien, Alea mengisi perutnya dengan bekal yang sudah ia siapkan dari kontrakan. Ia lebih memilih repot karena memasak di pagi hari daripada membeli makanan di pusat kota ini.Uang 5 ribu di kampung halamannya sudah cukup untuk membeli nasi uduk yang mengenyangkan perut. Sedangkan disini? Ia hanya mendapat 1 porsi nasi putih tanpa lauk.Kali ini Alea tidak membawa bekal nasi. Tadi pagi ia hanya memasak bubur untuk temannya yang sakit dan bakwan jagung. Semalam, ia mendapat jagung gratis dari pemilik kontrakan. Rezeki memang tidak bisa ditebak.TingNotifikasi dari m-banking membuatnya hampir berteriak. Saking sibuknya, ia hampir lupa bahwa hari ini gajian. Akhirnya, ia tidak pusing lagi mengenai kontrakan untuk 2 bulan ke depan.Hari ini semua tugasnya berjalan dengan lancar. Proses syuting iklan tadi hanya membutuhkan
Ada yang jual samsak hidup? - Alea Zahira____________________Boneka teddy bear dengan ukuran super jumbo menjadi objek samsak sore ini. Saking kesalnya, Alea seperti ingin melahap orang saat perjalanan menuju kontrakannya.Ia seperti berada di tengah tebing rapuh dengan badai petir di atasnya. Tidak bisa berlari ataupun menghindar, apalagi diam di tempat. Ah bagaimana ini.Ditatapnya kontrak yang tergeletak di atas kasur dengan nanar. Ia belum berhasil mendapatkan tanda tangan, tapi emosinya sudah habis terkuras. Ia tidak yakin waktu tiga hari cukup untuk membujuk aktor kurang ajar itu.Alea mengirimkan pesan pada Ais yang berisi tentang masalah kontrak yang masih belum ditanda tangani. Manager itu malah mengirimkan jadwal kegiatan Davichi padanya.Ais mengatakan bahwa ia bisa mendatangi Davichi di lokasi syuting. Alea langsung mengecek jadwal tersebut. Besok pukul 7, pria itu ada syuting mini drama di kaki pegunungan.Wow sek
Alam sudah lebih dari cukup memberi hiburan - Alea Zara____________________Alea menghirup nafas kuat, udara disini sangat jauh berbeda dengan yang ada di pusat kota. Suasana yang sejuk membuatnya langsung nyaman meskipun baru pertama kali berkunjung ke tempat ini.Dilihatnya area camp ground yang lumayan penuh dengan tenda-tenda. Padahal ini weekday, tapi sepertinya banyak yang ingin menyegarkan pikiran dengan kegiatan camping.Alvin sendiri sedang mengambil tenda dan matras di bagasi mobil. Mereka akan mendirikan tenda terlebih dahulu. Untung saja jarak parkir dengan camp ground tidak begitu jauh.Semua biaya ditanggung oleh pria itu. Enak sekali bukan? Bahkan makanan dan minuman pun Alvin yang membelinya."Ayo"Untuk sampai di camp ground, mereka harus melewati jalanan yang sedikit berkerikil. Alea mengedarkan matanya melihat sekitar. Hanya terlihat warung-warung dan pedagang kaki lima yang berjejeran. Ia akan menikmati jajanan tr
Perang yuk, biar lega - Alea Zahira____________________Alea terduduk lemas di bawah pohon pinus sambil menatap nyalang sesosok aktor yang sibuk syuting sejak tadi. Pria itu menampilkan senyum mengejek ke arahnya di sela-sela adegan. Kampret sekali kan? Andai saja ia tidak bertemu dengan Davichi, pasti dirinya tidak terjebak sendirian seperti ini.-Flashback-Melihat sosok pemilik suara deheman itu membuat Alea memutar bola mata malas. Kenapa sih ia harus bertemu pria gila sepagi ini? Alea kan masih mau menikmati alam dulu. Duuh, ia harus menyiapkan kesabaran saat menghadapi aktor satu ini."Ngapain disini?" Ngapain nanya-nanya, itu yang ingin Alea ucapkan sekarang. Tapi rileks Al, lo harus dalam mode baik demi cuan."Saya disuruh ke sini sama mbak Ais buat minta ttd kontrak" ucap Alea sopan, sangat sopan. Ia harus menahan emosinya agar masalah ini cepat selesai."Oh" Oh? Terus? Kapan dia mau tanda tangan kontrak ini. Duh, ingin seka
Aktor maupun aktris memang dituntut untuk profesional, kalau tidak sanggup jadi kukang saja sana - Davichi Park____________________HuuuuffttDavichi menyandarkan punggungnya di atas kursi. Ia melihat para kru yang masih pontang panting menyiapkan adegan berikutnya. Ia sendiri sedang istirahat sambil membaca naskah yang entah kenapa tidak menarik.Matanya menelusuri seluruh bagian hutan. Hanya ada segelintir orang yang berjalan-jalan, ada juga yang sedang memunguti strobilus. Mereka disini refreshing, tapi dirinya malah sibuk syuting. Nasib-nasib.Moodnya hari ini sudah sangat buruk gara-gara ditinggal oleh Dimas. Pria itu seenaknya kabur dari sini dan memilih membantu Ais menata schedulenya. Kurang ajar kan? Ia jadi uring-uringan, bahkan sampai memarahi para kru. Untung saja ia sudah meminta maaf pada mereka tadi. Maafkan atas sikap Davichi yang tidak professional.Angin yang berhembus kencang membuat Davichi meringis. Rambutnya yang berge
Jangan mendekati singa jika ingin nyawamu selamat - Alea Zahira____________________Emosi Alea benar-benar tidak stabil sekarang. Ia sudah mencoba memikirkan hal-hal baik tapi masih saja hatinya dipenuhi dendam terhadap pria iblis itu.Ia menyesal tidak meninju pria itu tadi. Kenapa baru kepikiran saat dirinya sudah di tenda. Tuh kan, emosi Alea jadi memuncak lagi hanya karena mengingat si aktor gila itu.Sabar-sabar. Alea sampai bosan mengelus dada karena darah tinggi. Sepertinya ia harus membeli minum dengan ekstra es batu. Kepala dan tubuhnya yang panas harus segera didinginkan.Melihat kontrak di tangannya yang masih bersih tanpa satupun coretan membuat Alea menghembuskan nafas pelan. Jika begini terus, bagaimana ia bisa menyelesaikan tugas negara. Alea memang harus mengontrol emosinya dengan baik.Ia pun keluar dari tenda untuk menuju salah satu warung yang berjejer. Melihat minuman kemasan kopi favoritnya membuat Alea tersenyum. Ia pu