Share

7. Tembakan.

Happy Reading.

"Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya.

"Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada"

Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden.

Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya.

Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya.

"Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan.

"Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya.

"Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jelas kau telah merebut apa yang seharusnya menjadi miliku, dan untuk itu kau harus membayar dengan harga yang mahal," ujar wanita dihadapan nya.

'Ctak' 

Bunyi cambuk terdengar diruangan itu. Diiringi suara jeritan dan kesakitan seorang gadis.

"Apa yang kau lakukan?!" Suara manis ini terdengar gemetar seperti menahan rasa sakit.

Air mata nya bahkan jatuh seiringan dengan tetesan darah yang mengucur dari pundak hingga ke kaki nya.

Namun bukan nya iba, justru wanita dihadapan nya ini tertawa dengan sangat keras. Hampir seperti orang gila jika kalian melihat nya.

Disisi lain Aiden tengah berada di sebuah ruangan rahasia bersama Lucas, sahabat nya.

"Aku mendapatkan nya. Aiden lokasi ini lumayan jauh dari sini"

Aiden melihat koordinat nya dan sempat terkejut dengan lokasi yang tidak asing baginya. 

Ia menghela nafas berat dan menyuruh Lucas dan seluruh anak buah nya untuk berangkat bersama nya. 'Kalau sampai Irene terluka, aku bersumpah akan langsung membunuh mu Luna' 

**

Gadis ini menangis. Ia takut sekaligus kesakitan di waktu yang sama. Namun Emerlad nya menggulir dan melihat ada sebuah celah untuk nya kabur. 

Yah. Sebuah kunci menggantung bebas di celana pria penjaga itu.

Untuk mengambil nya Irene menangis sekeras-keras nya hingga membuat penjaga diluar jengkel dan masuk untuk menampar nya.

"Dasar bodoh! lihat saja ... kalau aku mendengar mu menangis lagi, akan ku sobek mulut mu itu," ucap penjaga itu. 

Ia meninggalkan Irene yang sudah tergeletak di lantai. Namun siapa sangka gadis ini justru tersenyum licik melihat reaksi penjaga bodoh tadi.  

"Kita lihat sekarang siapa yang lebih bodoh diantara kita" Irene tersenyum tipis sembari melihat kunci yang sudah berada di tangan nya.

Saat di rasa penjaga disana lengah, Irene membuka pintu itu dan segera meninggalkan tempat ini dengan sedikit lambat karena darah yang tidak mau berhenti menetes.

Ia berlari dan terus berlari hingga memasuki hutan. Namun, telinga nya masih bisa mendengar suara wanita yang berteriak dengan sangat keras. 'Gawat, seperti nya dia sudah tau' 

Di ujung jalan yang lurus ini Irene bisa melihat sebuah mobil yang melaju kencang menuju ke tempat nya.

Sungguh hati nya lega dan sangat bahagia. Apalagi ia tau bahwa mobil hitam yang menuju ke arah nya adalah mobil dari Aiden. 

Namun sekali lagi rasa bahagia nya hilang saat mendapati wanita yang menangkap nya tadi tengah menodongkan pisau mengitari leher nya.

Sementara itu Aiden panik dan keluar dari mobil nya. "Lihatlah! Pria yang kau tunggu sudah datang sekarang."

"Sayang ... mengapa kau repot-repot kemari hanya untuk menyelamatkan nya hm?" 

Aiden berdiri dengan jarak 1 meter dari lokasi Irene, dia menatap mata Luna seolah mengisyaratkan sesuatu. "Lepaskan dia Luna! Irene tidak ada hubungan nya dengan mu."

"Tidak ada hubungan nya? Justru karena gadis ini kau menjadi semakin jauh dari ku Aiden."

Pria ini mendekat dan mendekat hingga pistol itu berpindah dari leher ke kepala Irene. "Tetap disana! Atau ku bunuh gadis ini sekarang!"

Netra Aiden menggulir ke Emerlad milik gadis disebrang sana. Dengan cepat Irene menginjak kaki Luna dan menggigit lengan nya. 

Saat Luna siap untuk meluncurkan tembakan sebuah tangan langsung mengarahkan pistol itu ke atas. Aiden melingkarkan tangan Luna ke atas dan menatap mata nya. "Aku akan membunuh mu Luna."

Namun sebelum Aiden menusukkan pisau ke tubuh gadis ini, suara tembakan jelas terdengar di tempat itu.

Dengan cepat pria ini membalikan badan nya dan terkejut dengan apa yang dilihat nya. Seorang gadis sudah terbaring tepat dibelakang nya dengan darah yang mengucur di kepala hingga membasahi tubuh nya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status