Share

The most beautiful mistake
The most beautiful mistake
Author: kaanbii

1. Kebiasaan membunuh Aiden.

Happy Reading

Suara jerit kesakitan menggema jelas di seisi ruangan itu. Bagaimana tidak? Seorang pria dengan tangan terikat dikursi tengah menahan rasa sakit yang menjalar dari kepala hingga kaki nya.

"Ampun tuan ... saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama," ujar pria itu.

Hening.

Tak ada balasan apa pun kecuali suara asahan pisau di ujung sana. Hingga beberapa menit kemudian suara bariton terdengar jelas di ruangan itu.

"Itu sudah pasti. Tapi bukankah setiap orang yang melakukan kesalahan harus dihukum hm?" Hancur sudah harapan nya untuk bebas dari genggaman bos besar ini.

Karena satu kesalahan yang ia lakukan hingga menempatkan nya di situasi paling berbahaya.

"Aaarkkh ...." Jerit kesakitan ia lontarkan dari mulut nya. Tak ada pilihan lain selain meratapi tubuhnya yang penuh sayatan karena ulah pria di hadapan nya ini.

"Tolong Tuan, sudahi saja semua ini," lirih pria itu dengan sisa tenaga nya.

"Siapa kau berani mengaturku hah!" bentak pria ini sambil mengambil pistol yang ada disaku nya, dan mengarahkan tepat pada pria yang tengah ketakutan.

"Jangan tolong ...."

"Tu-tuan ... Ai ... den" Itulah kata terakhir yang pria ini lontarkan sebelum panas peluru melubangi kepala nya.

Aiden. Lebih tepatnya Aiden Cristover. Pria dingin yang terkenal memiliki sifat kejam dan misterius. Sangat pandai dalam hal berbisnis dan membunuh. Selain itu ia juga memiliki keluarga yang terbilang kaya dan terpandang dimasyarakat.

Namun mungkin kalian bingung. Bagaimana bisa semua orang tak tau kejahatan yang Aiden perbuat selama ini? Jawaban nya hanya satu. Status sosial yang menutupi fakta lain dibalik muka tampan dan otak cerdas seorang Aiden Cristover.

"Bagiku ... seorang penghianat sepertimu pantas mendapatkan hal ini," gumam Aiden sambil mengambil ponsel nya.

Tak lama kemudian ia menelepon seseorang dengan nada yang sudah kembali tenang. "Datang ke alamat yang ku kirim dan bereskan semua nya."

**

Keesokan hari nya disuatu apartemen yang mewah. Aiden tengah bergelut dengan semua tugas kantor nya. Memang suasana disana terbilang sangat hening.

"Aiden aku datang" Terdengar suara berisik dari pria yang sangat Aiden kenal memenuhi seluruh ruangan, bahkan hingga menembus ke kamar nya.

Tak terlu ditanyakan lagi. Karena kalau sudah begini mau tidak mau Aiden harus turun sebelum suara seperti soang itu merusak pendengaran nya.

Pria ini melewati satu persatu tangga dengan ekspresi muka yang ditekuk dan dengan tatapan mata yang tajam. Namun itu berbanding terbalik dengan orang yang ingin ia hampiri. Tak ada rasa takut sedikit pun. Hanya ada senyum sumringah yang ia ditunjukan.

"Berhenti berteriak dasar konyol," ujar Aiden sambil mengetuk kepala tamu nya dengan keras.

"-Hah, sepertinya hari mu sedang buruk" Sang empu hanya bisa menghela nafas pelan ketika melihat kelakuan sahabat nya ini. "Kau butuh refresing Aiden," sambung nya.

"Hn"

Namun setelah itu pria dihadapan nya ini menyeringai tanda ia mengetahui sesuatu. "Tapi jika ku lihat-lihat, seperti nya kau habis bersenang-senang." Mendengar hal itu membuat Aiden tersenyum puas. Memang ia akui walaupun sangat menyebalkan, tapi sahabat nya yang satu ini tidak pernah salah dalam hal kepekaan.

Sahabat? Mungkin kalian belum mengerti. Aiden memiliki satu sahabat yang sudah ia kenal sejak kecil, sebut saja nama nya Lucas.

Lucas ini memang termasuk orang yang sangat cerewet jika pada orang yang ia kenal, tak heran Aiden pun kadang dibuat pusing oleh tingkah nya.

Namun jangan salah. Walau begitu, justru hanya Lucas lah satu-satunya orang yang bisa dipercaya oleh Aiden. Ia juga sudah sangat mengenal sifat dari sahabat nya ini, termasuk satu kebiasaan buruk yang dimiliki Aiden, dia juga sudah tau akan hal itu.

"Hanya mengurus satu tikus kecil." Satu kalimat yang sudah cukup menjelaskan bagi Lucas. Karena bagaimana pun juga, Lucas adalah orang yang memiliki kebiasaan yang sama dengan Aiden.

"Mau apa kau kesini?" tanya Aiden karena melihat Lucas yang masih berpakaian kantor dan membawa beberapa dokumen.

Namun karena sifat iseng dari Lucas yang tak bisa dihindarkan maka ia hanya menjawab "Kau tidak perlu tau"

"Ini rumah ku," jawab Aiden dengan intonasi dan ekspresi yang datar. "Ya ... dan aku hanya ingin berkunjung." Mengabaikan amarah Aiden, Lucas dengan santai nya mengambil camilan dimeja makan.

"Pagi pagi buta begini?"

"Memang nya tidak boleh?" 

"Kunjungan mu tidak diterima, silakan pergi."

"Astaga Aiden ... memang nya kenapa? Kau ini sinis sekali pada sahabat mu ini."

"Kau mengganggu ku" Setelah Aiden mengatakan hal itu muncul satu seringai diwajah Lucas.

"Apa aku mengganggu ritual pagi mu dengan para wanita mu seperti yang terakhir kali itu Aiden?" goda Lucas sambil tertawa puas karena melihat ekspresi Aiden yang menatap nya dengan tajam.

Tak ingin membuat sahabat nya tambah marah akhirnya Lucas langsung mengatakan alasan nya datang ke kediaman Cristover.

"Sebenarnya aku tadi tidak sengaja berada di dekat sini dan aku pikir akan sekalian mengantarkan ini pada mu," ujar Lucas sambil menyerahkan beberapa dokumen milik Aiden yang tertinggal di kantor nya beberapa hari yang lalu.

"Aaa terima kasih" Jujur saja Aiden bersyukur karena Lucas membawa dokumen yang memang sangat ia perlukan sekarang ini. 

Karena ia sudah puas mengejek sahabat nya dan keperluan nya juga sudah selesai maka ia memutuskan untuk kembali berangkat menuju ke kantor. "Baiklah, kalau begitu aku ke kantor dulu. Jangan lupa akan ada rapat nanti"

"Hn."

Tak jelang lama setelah Lucas pergi tiba-tiba Aiden mendapat satu panggilan dan pesan singkat dari seseorang yang membuat rasa malas kembali muncul dalam dirinya.

"Ada apa?"

"...."

"Tidak usah, aku akan segera ke sana" Dengan nafas memburu dan kesal Aiden pergi dengan mobil hitam nya menuju suatu tempat yang ingin ia datangi.

Setelah ia sampai disana, terlihat lah pemandangan yang paling memuakkan bagi nya. Bagaimana tidak? Seorang wanita tengah merengek di depan pintu apartemen nya dengan keadaan yang cukup menyedihkan.

Melihat Aiden yang sudah datang wanita itu pun langsung ingin memeluk Aiden kalau saja tidak dihalau oleh para penjaga disana.

"Apa mau mu kali ini?"

"Aiden tolong maafkan aku ... biarkan aku tetap berada disamping mu seperti dulu ... hiks"

Yah. Sebuah kalimat sudah sangat sering Aiden dengar dari mulut wanita ini. "Sudah selesai?" tanya Aiden yang hanya dibalas oleh tangisan yang terdengar pilu.

"Bawa dia pergi sejauh mungkin. Aku muak melihat nya didekat ku," sambung Aiden sembari pergi meninggalkan wanita itu.

Sesampainya dimobil satu demi satu memori berdatangan dalam pikiran Aiden. Tak disangka. Satu nama yang terukir di ingatan nya menciptakan begitu banyak luka dihati nya.

Sebut saja nama nya Luna. Luna Mekhalister. Ia adalah anak dari rekan bisnis Ayah Aiden. Pertemuan mereka adalah awal dari sifat kejam Aiden tercipta.

*Flashback on*

Saat itu salju tengah turun dengan lebat nya. Bersamaan dengan itu pula pikiran-pikiran negatif diiringi ucapan seseorang yang terus bergema di pikiran nya.

Malam itu Aiden tengah berencana menyiapkan kejutan untuk Luna, kekasihnya. Namun siapa sangka pada malam itu juga ia tau bahwa selama 4 tahun mereka menjalin hubungan, selama itu juga Luna tengah berselingkuh dengan laki-laki lain. Dengan cara melihat Luna tengah bercinta dengan lelaki lain membuat nya sadar akan kebodohan nya selama ini.

Sejak saat itu, muncul rasa benci Aiden terhadap seorang gadis terutama pada mantan kekasih nya ini. Namun meski begitu, tak bisa ia pungkiri bahwa sampai saat ini pun belum ada yang sanggup menggantikan posisi Luna dalam hati nya.

*Flashback off*

Namun malam ini seakan-akan mengingatkan Aiden kembali saat mereka masih bersama. Jujur saja memang tak mudah untuk menggantikan cinta pertama tanpa adanya seorang pengganti.

Saat ia ingin menambah kecepatan nya, tanpa sadar seorang gadis yang tengah menyeberang dijalan dan berteriak hingga membangunkan Aiden dari lamunan nya.

Ia menginjak rem mobil nya dan bergegas keluar untuk melihat siapa orang yang tidak sengaja ia tabrak.

Kemudian Aiden melihat seorang gadis cantik bersurai coklat tengah duduk di atas aspal dengan memegang kaki nya yang terluka. Mata biru nya menggulir pada sepeda yang berada tak jauh dari sana.

"Sakit," pekik gadis itu saat Aiden memegang kaki kanan nya.

"Seperti nya tulang mu bergeser, kau ceroboh juga ya," ujar Aiden tanpa sadar.

Gadis melotot ketika ucapan itu tercetus dengan santai nya dari pria yang sayangnya tampan di hadapan nya ini.

"Apa kau bilang? Ini semua juga karena kau yang membawa mobil ugal-ugalan Tuan," ujar gadis itu sambil menepuk lengan kanan Aiden.

"Hn."

"Bukan nya minta maaf malah mengatakan kosakata yang tidak jelas," gumam gadis itu. "Aku mendengar itu"

"Sudahlah, aku mau pulang"

"Dengan sepeda itu?" tanya Aiden karena melihat keadaan ban sepeda yang sudah hampir lepas dari tempat nya.

"Hn. Aku tidak butuh bantuan pria dingin seperti mu," ujar gadis itu karena kesal dan menahan rasa sakit nya.

"Memang nya aku bilang akan membantu mu?" Jujur saja. Entah mengapa muncul rasa bahagia saat menggoda gadis dihadapan nya ini. "Dasar menyebalkan"

Setelah gadis itu pergi satu seringai tercetak jelas di wajah Aiden. Ia bersender pada mobil nya dan menghela nafas pelan.

"Gadis yang cukup menarik, kalau kita bertemu lagi aku bersumpah akan membuat mu berada di genggaman ku," ujar Aiden sambil masuk ke dalam mobil dan bergegas untuk pulang.

Disisi lain Irene tengah berjalan menuntun sepeda nya dengan rasa nyeri menjalar dari kaki nya.

Ia mengumpat dan menyesali nasib nya karena bertemu dengan pria yang sangat menyebalkan.

Diperjalanan pulang ia bertemu dengan seorang pria yang menawari nya tumpangan, namun karena Irene menolak salah satu pria memukul nya hingga tak sadarkan diri. 

Sebelum ia pingsan satu kalimat yang bisa ia dengar dengan jelas. "Bagus, seperti nya bos akan senang karena kita berhasil menangkap kekasih dari Aiden"

Satu kalimat yang membuat Irene bingung dan bertanya-tanya. 'Siapa Aiden?'

Disisi lain Luna tengah berada diruangan gelap dengan air mata yang sudah hampir mengering. Ia mengambil ponsel nya dan menelepon seseorang. "Kita jalankan rencana cadangan secepatnya"

Kemudian satu senyuman muncul diwajah cantik Luna "Bagaimana pun caranya kau harus kembali pada ku Aiden. Entah dalam keadaan hidup ataupun mati sekalipun" Gadis ini mengatakan hal gila itu sambil menatap kearah pisau yang menancap di dinding.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status