Share

5. Lorong misterius.

Happy Reading.

"Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"

Deg! 

Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana. 

Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.

'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'

Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar.

"Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?" 

"Hn," sahut Aiden sembari berjalan menjauh. "Tunggu disana, aku akan menyuruh salah satu pembantu disini untuk menemani mu"

Setelah menunggu beberapa menit. Ada salah satu wanita paruh baya yang menghampiri nya. "Nona mari saya bantu," ujar wanita itu dengan tangan yang mengarah ke tas nya.

"Tidak perlu bibi, saya bisa sendiri"

Mereka berjalan mengelilingi rumah itu dan wanita paruh baya itu mulai menjelaskan satu persatu. "Siapa nama bibi?" tanya Irene.

"Nama saya Lean, orang-orang disini biasa memanggil saya Lea"

"Itu nama yang bagus" Irene memuji dan menyukai saat dekat dengan wanita ini. Rasa nya hampir sama seperti berbicara dengan ibu nya sendiri.

"Terima kasih Nona" Tiba-tiba Irene melihat satu lorong yang terpisah dan dengan pencahayaan yang minim. "Bibi, boleh kita kesana?" Secara tidak langsung. Irene menunjuk area lorong itu.

Sontak wanita paruh baya itu pun langsung memegang tangan Irene dan menuntun nya untuk menjauh dari sana.

"Nona jangan pernah mendekati area itu ya," lirih wanita itu dengan sedikit nada yang terdengar gemetar. 

"Memang nya kenapa?" tanya Irene. Namun yang lebih aneh nya lagi, bibi ini seperti tidak mau menjawab rasa penasaran nya. 

Karena Irene adalah seorang yang semakin dilarang semakin penasaran maka tak membuang waktu lagi ia langsung menemui Aiden di kamar nya. 

Ia mencoba mengetuk pintu berkali-kali namun tidak ada respon dari dalam. 'Mungkin dia sedang sibuk'

Namun saat gadis ini ingin beranjak pergi. Pendengaran nya menangkap satu suara yang sangat ia kenal. "Masuk" 

'Cklek' 

Aroma maskulin menguar dari kamar itu. Jika dilihat-lihat kamar itu hanya memiliki sedikit barang dan lebih dominan warna hitam dan putih. 

"Ada apa?" 

"Makanan sudah siap, Tuan" 

"Hn" Karena melihat Irene yang tak kunjung keluar, Aiden mengyengitkan dahi nya dan menghela nafas pelan.

"Kalau tidak ada yang ingin kau katakan lagi keluar lah, aku sedang sibuk." Saat itu juga rasa nya Irene ingin segera pergi dan mengurungkan niat nya untuk menayakan perihal lorong itu. 'Sepertinya mood nya sedang buruk' 

Karena letak ruang makan yang memang melewati lorong gelap tadi, secara otomatis gadis ini pun berjalan lebih dekat ke dinding. Dan alangkah terkejut nya saat pendengaran nya menangkap banyak jeritan minta tolong dari arah lorong. 

Antara cemas dan penasaran Irene memberanikan diri untuk melihat apa yang ada dibalik ruangan gelap itu.

Namun belum ada 5 langkah, satu tarikan kuat membuat gadis ini hampir terjatuh ke belakang kalau saja tidak ditangkap oleh seseorang dibelakang nya.

Irene belum bisa melihat siapa yang mencegah nya memasuki ruangan itu, tapi yang pasti ia bisa merasakan hawa dingin dan mencengkam dari pundak nya. "Siapa yang mengijinkan mu memasuki area itu!"

Emerlad nya membulat, tak usah melihat pun Irene juga sudah tau siapa ini. "Itu aku hanya-"

"Kau tidak bisu. Katakan dengan jelas Irene!" bentak Aiden dengan nafas yang tak beraturan. 

Gadis ini tentu terkejut dengan reaksi yang ditunjukan oleh Aiden. 'Kenapa dia sangat marah?'

"Maaf kan aku Tuan. Aku tidak bermaksud lancang-"

"Aku tidak butuh permintaan maaf mu. Aku hanya ingin tau kenapa kau bisa sangat berani memasuki area ini tanpa seijin ku!" 

"Ta-tadi aku tidak sengaja mendengar suara orang ja-jadi-"

"Apa yang kau dengar hm?" potong Aiden dengan cepat. "Itu ... aku mendengar jeritan seseorang yang meminta tolong. Jadi ku pikir aku akan mengecek nya," lirih Irene.

Karena Aiden melihat keadaan Irene yang sangat ketakutan ia menghela nafas pelan dan mengelus kepala gadis ini supaya ia lebih tenang.

"Tidak usah takut, aku memang begini saat marah. Ku harap kau bisa mengerti," ujar Aiden dibalas anggukan oleh Irene.

"Aku hanya ingin kau ingat. Jangan pernah membuat ku emosi dengan mendekati ruangan di lorong ini lagi!" 

"Boleh aku tau alasan nya?" tanya Irene.

"Tidak. Tapi ku jamin kau akan menyesal saat sudah mengetahui isi dari ruangan itu," ujar Aiden sambil menggandeng tangan Irene untuk menjauh dari sana dan menuju kamar.

'Dia melarang ku seperti ini justru hanya akan membuat ku semakin penasaran'

**

Sedangkan disisi lain seorang wanita muda tengah duduk dikursi kebanggaan nya sambil meminum kopi hitam. "Apa semua sudah beres?" 

"Hampir Nona, hanya tinggal memasang penjepit kaki ini," ujar pria paruh baya yang tak jauh dari sana.

"Bagus. Cepat selesaikan ... aku ingin pekerjaan ini tuntas sebelum matahari terbenam"

Gadis ini hanya menyeringai puas ketika melihat semua alat penyiksaan ini terpampang jelas dihadapan nya.

"Tak lama lagi ... hanya tinggal sebentar lagi penderitaan akan menghampiri mu, bitch!" ujar gadis ini sembari tertawa kejam.

Setelah itu ia merasakan ada dua tangan yang sedang memeluk nya dari belakang. "Kau puas?" tanya seorang laki-laki dengan pakaian yang dominan berwarna hitam.

"Sangat puas."

"Aku ingin tau ... sebenarnya siapa manusia malang itu?"

"Setelah ku cari tau, dia hanya orang dari kalangan biasa yang berani mendekati Aiden. Mungkin dia tak tau ... tapi sebentar lagi gadis itu harus membayar harga yang mahal karena berani mendekati kekasih ku," ujar wanita ini dengan emosi yang menggebu-gebu.

Setelah semua pekerjaan nya telah selesai. Wanita ini menghampiri laki-laki tadi dan berdiri disamping nya.

"Terima kasih Lex. Jika bukan karena bantuan mu mungkin ini tidak akan bisa ku lakukan," ujar gadis ini.

"Apa pun untuk mu Luna"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status