Clara membuka mata dan mendapati lengan seseorang melingkari tubuhnya. Telapak tangan besar itu tepat berada di atas perutnya yang kini sudah sedikit berbentuk. Selalu seperti ini yang terjadi selama tiga bulan terakhir ketika mereka pindah ke rumah baru yang di hadiahkan Reynald untuknya.
Clara membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki di hadapannya ini tidur dengan sangat pulas. Ahh mungkin Reynald kecapekan. Beberapa hari ini Reynald memiliki proyek kerja di luar kota, tapi nyatanya Reynald selalu kembali ke jakarta malam harinya karena tak ingin berpisah dengan Clara. Sungguh, Lelaki ini sangat manis.
Tiba-tiba Clara teringat pada malam itu, malam dimana Reynald menyatakan perasaan cintanya tiga bulan yang lalu..
Malam itu....
“Kenapa? Apa bedanya?” Tanyanya pada saat itu.
Reynald lalu membalikkan tubuhnya, membuatnya menatap Reynald seketika.
“Karena kamu.&rd
Reynald terbangun saat cahaya mentari seakan menelusup ke dalam kelopak matanya. Ia Mengedip-ngedipkan matanya mencoba membiasakan diri dari sinar yang menerangi ruangan ini.Dilihatnya ranjang sebelahnya ternyata sudah kosong, Reynald tersenyum, tentu Clara sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, bukankah wanita itu adalah wanita yang berbeda saat ini?Reynald melompat bangun, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur tempat yang di yakini ada Clara di sana.Saat kakinya sampai di area dapur, ia tercenung melihat seorang wanita yang tengah sibuk dengan berbagai macam peralatan dapurnya. Dulu, ia selalu membayangkan wanita itu adalah Dina, wanita yang akan selalu membangunkannya dari tidurnya, wanita yang akan selalu memakaikan dasi untuknya, wanita yang akan selalu memasak makanan enak untuknya, Tapi nyatanya Tuhan berkata lain.Secepat membalik telapak tangan takdirnya di tentukan. Hanya karena ingin menolong sang mama,
-Reynald-Aku menatap wanita yang sedang duduk di pinggiran ranjang dan sedang sibuk melipati bajunya memasukkannya ke dalam sebuah tas yang sudah di siapkannya. Wajahnya menunduk, aku tak tahu ekspresi apa yang di tampakkannya.Dengan santai aku berjalan menuju ke arahnya, berjongkok tepat di hadapannya. Dan kini aku tau, ekspresi apa yang sedang terpampang pada wajah cantik istriku ini.“Hei, kamu kelihatan gelisah.” Kataku sambil mendongakkan wajahnya.“Ya tentu saja.” Hanya itu jawabannya.Sontak aku memeluk perut besarnya yang di dalam sana ada buah hati kami.“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun.” Aku berusaha menenangkannya. Aku tahu dia gelisah, gugup dan takut dengan operasi yang akan di jalaninya besok pagi.“Aku takut Rey.”Aku tersenyum, masih dengan memeluk perutnya, selama aku mengenal Clara, baru sekarang aku malihatnya serapuh
"Ma... Bertahan yaa Ma.. Bertahan..” Rengek Reynald yang matanya sudah penuh airmata menangisi Allea, sang mama yang baru saja tertabrak oleh sebuah mobil saat akan menyeberang jalan.“Rey.. Jaga Papa kamu ya..” Kata Allea dengan lemas.“Enggak Ma.. aku nggak mau jaga Papa, Mama yang harus jaga Papa.” Kata Reynald masih dengan menagis.“Mama sayang kalian.”“Ma, Mama, Mama,” Reynald berteriak keras saat mata sang mama tertutup rapat.Tidak, dirinya tidak boleh sampai kehilangan sang Mama. Reynald benar-benar sangat menyayangi Allea lebih dari apapun juga. Mamanya itu sudah seperti cinta pertama untuknya, mamanya yang lemah lembut dan berhati putih bak malaikat. Bagaimana dengan Papanya kelak jika Mamanya meninggalkan mereka?Reynald cukup lama berperang dengan pikiran-pikiran anehnya tentang kondisi sang mama hingga dirinya tidak sadar jika sang Dokter sudah memanggilnya sejak tadi.
“Bagaimana mungkin bisa rusak seperti ini? Ahhh kalian benar-benar bodoh!! Mily.. Pecat mereka semua.” Teriak Clara yang belum juga berhenti mengomel pada beberapa asistennya.Clara sangat sebal, bagaimana mungkin baju kesayangannya yang di belinya dari luar negeri rusak begitu saja karena keteledoran beberapa asistenya?“Ada apa sih Cla... apa kamu bisa berhenti mengomel sehari saja? Tanya Mily yang merupakan manager sekaligus teman terdekat Clara.“Mereka bodoh Mil, lihat bajuku seperti ini, bahkan gaji mereka setahun pun tidak cukup untuk membayar laundy buat baju ini.” Gerutu Clara.“Kamu berlebihan Cla, ini bisa diperbaiki.” Kata Mily sambil memeriksa baju Clara terebut.“What? Diperbaiki.? Kamu pikir aku mau pakai baju yang didaur ulang?” Clara semakin kesal dengan ucapan Mily. Ya.. tertu saja dirinya tak ingin memakai baju yang sudah pernah rusak. Dirinya merasa menjadi Model TOP
“Baiklah.. Nikahi Saya.” Suara itu terngiang di telinga Reynald bagaikan vonis mati. Bagaimana mungkin wanita ini dengan penuh percaya diri meminta Reynald untuk menikahinya?“Maaf?” Reynald mencoba meyakinkan dirinya sekali lagi jika ia memang salah dengar.“Kamu dengar, kan? Syarat mutlak dariku adalah kamu harus menikah denganku.” Tambah Clara lagi masih dengan suara angkuhnya.“Clara.. Saya mohon.. Apa tidak ada cara...”“Lupakan!!” Clara memotong kalimat Reynald. “Pergi saja sana, bukan aku juga kan yang membutuhan darah ini.” Kata Clara sambil bergegas meninggalkan Reynald.“Tunggu.” Ucap Reynald sambil meraih telapak tangan Clara.Reynald lalu berdiri dan berjalan keluar sambil menyeret tangan Clara. Clarapun akhirnya mengikuti Reynald walau sesekali dirinya meronta ingin dilepaskan cekalan tangannya. Reynald berhenti tepat di sebelah mobilnya.
Pagi ini Clara terbangun saat mencium aroma masakan yang sedap. Ahhh pasti itu Mily yang memasak untuknya. Rasa pusing di kepalanyapun sudah hilang entah kemana. Akhirnya Clara bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap supaya lebih rapi lagi.“Masak apa Mil?”“Sup Buntut. Kamu mau kan?” Tanya Mily.“Mau dong, kayaknya sudah seabad aku nggak makan nasi.”“Ehhh nggak pakek nasi ya... kalau kamu makan sup ini, hanya supnya saja.”“Ya terserah. Lagian aku sudah lupa rasanya nasi.” Gerutu Clara. Sebenarnya Clara sangat tersiksa saat melihat makanan enak namun dirinya tidak bisa makan karena harus menjaga keproposionalan tubuhnya. Clara bukan wanita dengan anugerah seperti beberapa wanita yang bisa makan banyak tapi tetap memiliki tubuh ideal. Clara mendapatkan tubuh idealnya dengan menyiksa diri seperti tidak makan nasi, tidak makan malam dan diet ekstrim lainnya.Belum lagi j
Dina keluar dari dalam mobil Reynald dan langsung menuju ke kamarnya di dekat dapur. Sedangkan Reynald hanya menatap punggung Dina dengan tatapan sendunya. Berakhirlah sudah impiannya bersama dengan wanita yang sangat di cintainya tersebut.Reynald ingin marah, Tapi dengan siapa? Reynald tak mungkin menyalahkan keadaan. Mamanya pernah berkata, ‘Seberapa buruk keadaan yang pernah kita alami, yakinlah jika akan ada kebahagiaan dibaliknya, ingat, akan selalu ada pelangi setelah hujan.’ Kata Allea pada saat itu.Reynald akhirnya melangkah dengan langkah gontainya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Reynald menghempaskan dirinya di atas ranjang dengan sesekali menghela nafas kasar.Clara Adista... Astaga bagaimana mungkin dirinya akan menikah dengan wanita menyebalkan dan wanita terarogan yang pernah ia temui??Pikiran Reynald semakin berkelana tak menentu. Ya, setidaknya dengan menikahi Clara, dirinya
“Apa maksud kamu dengan ini?” Tanya Reynald setelah membaca beberapa berkas yang di berikan oleh Clara.“Kamu sudah baca kan? Itu surat perjanjian kita tentang pernikahan palsu kita.” Kata Clara dengan santainya.“Sial!! walau aku terpaksa menikahimu, tapi aku tak pernah berfikir pernikahan kita main-main.” Jawab Reynald penuh penekanan.“Terus... Kamu ingin kita menikah selamanya dan hidup bahagia seperti di negeri dongeng gitu? Hello... Rey.. Kamu mabuk?”“Cla... Aku bukan orang yang bisa dengan mudah mempermainkan sebuah komitmen seperti pernikahan. Apa kata orang tuaku nanti saat tau aku menceraikanmu setelah dua tahun menikah?”“Ya bilang saja kita nggak cocok.” Jawab Clara dengan enteng.Reynald menghela nafas panjang. Astaga.. Dari mana datangnya wanita menyebalkan seperti Clara ini?“Dan satu lagi. Tidak akan pernah ada hubungan badan antara kita, ok