“Bagaimana mungkin bisa rusak seperti ini? Ahhh kalian benar-benar bodoh!! Mily.. Pecat mereka semua.” Teriak Clara yang belum juga berhenti mengomel pada beberapa asistennya.
Clara sangat sebal, bagaimana mungkin baju kesayangannya yang di belinya dari luar negeri rusak begitu saja karena keteledoran beberapa asistenya?
“Ada apa sih Cla... apa kamu bisa berhenti mengomel sehari saja? Tanya Mily yang merupakan manager sekaligus teman terdekat Clara.
“Mereka bodoh Mil, lihat bajuku seperti ini, bahkan gaji mereka setahun pun tidak cukup untuk membayar laundy buat baju ini.” Gerutu Clara.
“Kamu berlebihan Cla, ini bisa diperbaiki.” Kata Mily sambil memeriksa baju Clara terebut.
“What? Diperbaiki.? Kamu pikir aku mau pakai baju yang didaur ulang?” Clara semakin kesal dengan ucapan Mily. Ya.. tertu saja dirinya tak ingin memakai baju yang sudah pernah rusak. Dirinya merasa menjadi Model TOP papan atas di negeri ini, mana mungkin dirinya mau terlihat cacat sedikitpun dalam hal fashion.
“Maaf Cla.. Aku nggak bermaksud.”
“Dengar Ya Mil.. Kamu memang manager dan temanku, tapi aku cukup tersinggung saat kamu bilang baju itu bisa diperbaiki. Bagaimanapun juga seorang Clara Adista harus selalu terlihat sempurna.”
“Iya Cla.. Aku tau.. Maaf ya.”
“Oke, tapi aku mau mereka dipecat.” Kata Clata tak bisa di ganggu gugat. Dan tanpa menunggu jawaban dari Mily, Clara pergi begitu saja meninggalkan Mily dengan beberapa asisten yang kini sudah menangis karena akan kehilangan pekerjaan.
***
Reynald menancap pedal gas mobilnya hingga melaju lebih cepat lagi. Ya, saat ini waktu adalah hal terpenting untuk dirinya mengingat sang mama sedang berjuang untuk hidup.
“Bagaimanapun juga aku harus mendapatkan darah wanita itu.” Gumam Reynald sendiri. Lalu tiba-tiba dirinya ingat kata sang dokter tadi.
“Pak Reynald apa tidak sebaiknya mencari darah orang lain Saja, saya akan beruaha mencari kontak yang lainnya siapa tau ada yang lain selain wanita itu, saya sangsi Pak.” Kata dokter tersebut dengan wajah sedikit ragu.
“Jika Mama saya membutuhkan sesuatu walaupun itu ada di neraka, saya akan mengambilkannya Dok. Lagi pula bukankah waktu sekarang yang terpenting? Kalau Dokter mencari lagi bukankah itu akan lebih lama, dan belum tentu juga ada nama lain selain nama wanita itu.”
“Tapi Pak, dulu pernah ada kejadian seperti ini, dan Clara Adista diminta dengan sangat untuk mendonorkan darahnya, tapi ternyata dia menolak hingga pasien tak bisa bertahan.”
“Apapun akan saya lakukan untuk keselamatan Mama saya, apapun itu.” Tegas Reynald sekali lagi.
Ya, tentu saja, Allea adalah segala-galanya untuk Reynald. Apapun yang terjadi Reynald harus mendapatkan darah wanita tersebut. Reynald sedikit tersentak saat mendapati teleponnya berbunyi. ‘My Love’. Astaga... Reynald bahkan lupa memberi kabar terhadap kekasihnya tersebut.
“Hallo sayang..”
“Mas Rey ada dimana. Kok nggak pulang, ibu juga belum pulang.”
“Dina, Mama.. Mama kecelakaan. Sekarang Mama butuh darah dan aku masih di jalan, mencarikan darah untuk Mama.”
“Astaga.. kenapa bisa..”
“Tenang sayang, Mama akan baik-baik saja. Aku akan melakukan apapun untuk menolong Mama.”
“Kalau bapak telepon, apa yang harus saya bilang Mas?”
“Kasih tau saja jika aku dan Mama sedang menghadiri sebuah pesta, aku nggak mau Papa kepikiran dan pulang dalam keadaan kacau karena menghawatirkan Mama.”
“Iya Mas.. Mas Rey hati-hati ya..”
“Iya sayang.. I Love You..”
“I Love You too.”
Lalu teleponpun ditutup. Reynald menghela nafas panjang. Ya tuhan... Mamanya harus kembali seperti semula sebelum Papanya yang tugas di luar kota pulang. Mamanya juga harus sembuh karena Reynald sebenarnya akan memberikan kejutan spesial untuk semuanya.
Reynald sebenarnya sudah menjadwalkan jika bulan ini dirinya akan melamar Dina dihadapan semua orang yang ada dirumahnya.
Ardina.. Wanita yang dikenalnya sejak kecil. Teman masa kecilnya. Anak dari pembantunya yang sekarang menjadi kekasihnya.
Wanita itu benar-benar mirip dengan sang Mama, lugu, cantik, lembut dan Baik. Reynald merasa menemukan Mamanya pada sosok Dina, dan Reynald tak bisa memungkiri jika perasaan cintanya terhadap Dina semakin membesar setiap harinya.
Papanya pernah berkata, jika cinta datang begitu saja, tidak akan memandang mana yang sempurna mana yang tidak sempurna. Sama halnya dengan belahan jiwa, bisa siapa saja. Contohnya belahan jiwa Papanya ternyata adalah Mamanya yang teryata dulu hanya sebagai tukang bersih-bersih di apartemenya. Itu sebabnya Papanya tidak pernah melarang Reynald berhubungan cinta dengan siapapun walau orang itu tidak memiliki status sosial yang tinggi seperti Dina.
Ahh.. lupakan masalah itu dulu, Bukankah sebentar lagi Dina akan menjadi miliknya? Ya, tentu saja. Saat ini yang utama hanyalah kesembuhan sang Mama supaya dapat melihat dirinya bersanding dengan wanita yang dicitainya tersebut.
Reynald menambah kecepatan mobilnya lagi supaya dirinya dapat dengan cepat bertemu dengan wanita yang bernama Clara Adista, satu-satunya wanita yang dapat menyelamatkan Mamanya.
***
‘Ckreekk..’
‘Ckreekk..’
“Good job Cla.. Good job..” Kata sang fotografer sambil menghampiri Clara lalu mencium pipinya tanpa menghiraukan banyaknya orang di studio foto tersebut.
“Sial!! Main cium saja,” Kata Clara yang langsung mengusap bekas ciuman sang fotografer di pipinya dengan sebuah tissue.
“Astaga Cla.. Kita sudah dua bulan pacaran.” Kata sang fotografer sambil berbisik di telinga Clara. Ya tentu saja mereka berdua tidak ingin ada yang tau tentang hubungan mereka.
“Hello.. Boy, walau kita sudah pacaran, kamu nggak seharusnya main cium aku. Aku nggak suka kotor.”
“Jadi kamu pikir bibirku kotor.”
“Kamu habis minum kopi Boy.”
“Oke, aku kalah.” Kata lelaki yang bernama Boy tersebut, ya, dirinya tidak ingin berdebat semakin jauh dengan Clara, wanita cerewet dan sombongnya minta ampun.
“Cla... Daddy telepon.” Kata Mily sambil membawakan Clara ponselnya.
“Sial.. Dia pasti menagih janjiku.” Gerutu Clara. Clara lalu menjauh ke ujung ruangan di depan jendela “Hallo Dad..” sapa Clara terhadap ayahnya yang sedang meneleponnya.
“Bagaimana sayang, apa kamu masih ingat janjimu dengan Daddy dan Mommy??” tanya suara di seberang.
“Oh Please Dad.. Clara masih banyak pekerjaan.”
“Ingat Clara.. Batas waktu kamu hanya sampai akhir minggu ini. Jika kamu tidak membawa Lelaki kriteria Mommy dan Daddy, maka kamu harus vakum dari dunia permodelan itu dan masuk dalam dunia perbisnisan.”
“Ayolah Dad... Daddy menjadi sangat menyebalkan.”
“Kamu sudah menjanjikan itu sejak setahun yang lalu Cla.. ingat.”
Dan dengan jengkelnya Clara memutuskan sambungan teleponnya begitu saja tanpa memiliki rasa sopan santun sedikitpun. Hatinya terlalu kesal. Ya tentu saja. Bagaimana mungkin dirinya bisa membawa lelaki kriteria orang tuanya tersebut. lelaki kantoran yang saat membayangkannya saja mungkin akan sangat membosankan. Sialan!
“Cla.. Ada yang mencari.” Kata Mily menghampiri Clara.
“Siapa lagi sih Mil..” Kali ini Clara sedikit berteriak sambil memutar badanya menghadap ke arah Mily yang ternyata disana sudah ada seorang lelaki tak dikenalnya. Dia tinggi tegap, dengan wajah tampan namun terlihat sendu. Berpakaian rapi dengan kemeja dan celana khaki khas pegawai kantoran. Tidak, mungkin dia tidak akan terlihat seperti pegawai jika mengenakan setelan jas, kemejanya jelas terlihat mahal dan berkelas, meski sudah sedikit kusut, kancing atasnya sudah dibuka dan lengannya sudah digulung ke atas seadanya membuatnya terlihat begitu gagah dan panas.
“Clara Adista?” tanpa canggung lelaki tersebut maju menghampirinya. Siapa lelaki ini, kenapa dia bisa di sini? masuk kedalam ruangan ini? ruangan yang jelas-jeelas terlarang bagi siapapun selain kru pemotretannya.
Clara menelan ludahnya dengan susah payah, entah kenapa lelaki di hadapannya ini sedikit mempengaruhinya.
“Ya.. saya sendiri, anda siapa ya?“ Jawab Clara dengan mengangkat dagunya seakan-akan tak ingin terintimidasi dengan penampilan lelaki dihadapannya.
“Reynald Handoyo.” Kata lelaki tersebut sambil mengulurkan tangannya.
Mau tak mau Clara menyambut uluran tangan lelaki tersebut. dan setelah saling bersentuhan, entah kenapa Clara merasa ada sebuah aliran listrik yang merayapi tubuhnya. Apa ini??
***
Reynald menatap tajam wanita yang sedang bersalaman dengan dirinya. Wanita yang terlihat benar-benar angkuh. Angkuh tapi cantik. Ya, pantas saja wanita ini adalah wanita tersombong di negeri ini. Wajah dan tubuhnya sangat patut untuk disombongkan. Belum lagi gosip mengenai keluarganya yang merupakan keluarga konglongmerat.
“Apa kita saling mengenal? Ada apa anda mencari Saya?” tanya Clara dengan dagu yang tak berhenti diangkat menunjukkan betapa angkuhnya dirinya.
“Maaf sebelumnya jika saya mengganggu. Saya mendesak. Saya.. Saya meminta anda mendonorkan sedikit darah anda untuk ibu saya.”
“Apa? Siapa anda berani-beraninya meminta hal itu pada saya.” Kata Clara dengan angkuhnya sambil menyunggingkan sedikit tawa jahatnya.
“Saya mohon, Saya akan melakukan apapun untuk kesembuhan Ibu saya.” Kata Reynald tidak ingin menyerah.
“Well... Maaf, Anda salah orang. Sialahkan pergi.” Kata Clara acuh dan sedikit ketus.
Tanpa di duga, Reynald bertekuk lutut dihadapan Clara, Bahkan seluruh orang didalam ruangan itupun mau tak mau melihat ke arah mereka berdua.
“Apa ini, kamu pikir dengan kamu bertekuk lutut seperti ini saya mau mendonorkan darah untuk ibu kamu?? lupakan saja.” Kata Clara sedikit muak dengan apa yang dilakukan Reynald.
“Saya Reynald Handoyo, CEO dari Handoyo Group bertekuk lutut dihadapan anda, meminta anda untuk membantu saya, Membantu ibu saya yang sedang sekarat di rumah sakit. Saya mohon.. Saya akan melakukan apapun demi kesembuhan ibu saya.” Reynald benar-benar menurunkan harga dirinya demi kesembuhan sang Ibu.
Clara mengernyit. CEO? Handoyo Group? tunggu dulu. Itu bukan nama perusahaan kecil. Beberapa kali Daddynya pernah berkata jika sangat senang bekerja sama dengan salah satu cabang perusahaannya. Clara sedikit menyunggingkan senyumannya saat sebuah ide meluncur di otaknya.
“Kamu yakin akan melakukan apapun demi darah saya??” tanya Clara kemudian.
“Saya yakin, apapun itu akan saya lakukan.” Jawab Reynald dengan tegas dan sungguh-sungguh.
“Baiklah..” Kata Clara kemudian. “Nikahi saya.” Lanjutnya lagi membuat Reynald tersentak dengan permintaan konyol wanita dihadapannya tersebut.
-TBC-
“Baiklah.. Nikahi Saya.” Suara itu terngiang di telinga Reynald bagaikan vonis mati. Bagaimana mungkin wanita ini dengan penuh percaya diri meminta Reynald untuk menikahinya?“Maaf?” Reynald mencoba meyakinkan dirinya sekali lagi jika ia memang salah dengar.“Kamu dengar, kan? Syarat mutlak dariku adalah kamu harus menikah denganku.” Tambah Clara lagi masih dengan suara angkuhnya.“Clara.. Saya mohon.. Apa tidak ada cara...”“Lupakan!!” Clara memotong kalimat Reynald. “Pergi saja sana, bukan aku juga kan yang membutuhan darah ini.” Kata Clara sambil bergegas meninggalkan Reynald.“Tunggu.” Ucap Reynald sambil meraih telapak tangan Clara.Reynald lalu berdiri dan berjalan keluar sambil menyeret tangan Clara. Clarapun akhirnya mengikuti Reynald walau sesekali dirinya meronta ingin dilepaskan cekalan tangannya. Reynald berhenti tepat di sebelah mobilnya.
Pagi ini Clara terbangun saat mencium aroma masakan yang sedap. Ahhh pasti itu Mily yang memasak untuknya. Rasa pusing di kepalanyapun sudah hilang entah kemana. Akhirnya Clara bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap supaya lebih rapi lagi.“Masak apa Mil?”“Sup Buntut. Kamu mau kan?” Tanya Mily.“Mau dong, kayaknya sudah seabad aku nggak makan nasi.”“Ehhh nggak pakek nasi ya... kalau kamu makan sup ini, hanya supnya saja.”“Ya terserah. Lagian aku sudah lupa rasanya nasi.” Gerutu Clara. Sebenarnya Clara sangat tersiksa saat melihat makanan enak namun dirinya tidak bisa makan karena harus menjaga keproposionalan tubuhnya. Clara bukan wanita dengan anugerah seperti beberapa wanita yang bisa makan banyak tapi tetap memiliki tubuh ideal. Clara mendapatkan tubuh idealnya dengan menyiksa diri seperti tidak makan nasi, tidak makan malam dan diet ekstrim lainnya.Belum lagi j
Dina keluar dari dalam mobil Reynald dan langsung menuju ke kamarnya di dekat dapur. Sedangkan Reynald hanya menatap punggung Dina dengan tatapan sendunya. Berakhirlah sudah impiannya bersama dengan wanita yang sangat di cintainya tersebut.Reynald ingin marah, Tapi dengan siapa? Reynald tak mungkin menyalahkan keadaan. Mamanya pernah berkata, ‘Seberapa buruk keadaan yang pernah kita alami, yakinlah jika akan ada kebahagiaan dibaliknya, ingat, akan selalu ada pelangi setelah hujan.’ Kata Allea pada saat itu.Reynald akhirnya melangkah dengan langkah gontainya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Reynald menghempaskan dirinya di atas ranjang dengan sesekali menghela nafas kasar.Clara Adista... Astaga bagaimana mungkin dirinya akan menikah dengan wanita menyebalkan dan wanita terarogan yang pernah ia temui??Pikiran Reynald semakin berkelana tak menentu. Ya, setidaknya dengan menikahi Clara, dirinya
“Apa maksud kamu dengan ini?” Tanya Reynald setelah membaca beberapa berkas yang di berikan oleh Clara.“Kamu sudah baca kan? Itu surat perjanjian kita tentang pernikahan palsu kita.” Kata Clara dengan santainya.“Sial!! walau aku terpaksa menikahimu, tapi aku tak pernah berfikir pernikahan kita main-main.” Jawab Reynald penuh penekanan.“Terus... Kamu ingin kita menikah selamanya dan hidup bahagia seperti di negeri dongeng gitu? Hello... Rey.. Kamu mabuk?”“Cla... Aku bukan orang yang bisa dengan mudah mempermainkan sebuah komitmen seperti pernikahan. Apa kata orang tuaku nanti saat tau aku menceraikanmu setelah dua tahun menikah?”“Ya bilang saja kita nggak cocok.” Jawab Clara dengan enteng.Reynald menghela nafas panjang. Astaga.. Dari mana datangnya wanita menyebalkan seperti Clara ini?“Dan satu lagi. Tidak akan pernah ada hubungan badan antara kita, ok
Clara merasakan bibir panas itu menyapu habis bibirnya, melumatnya penuh dengan gairah. Clara tak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Perasaan dikuasai oleh seseorang karena biasanya dirinyalah yang menguasai orang-orang di sekitarnya.Clara mencoba meronta, ingin menjauhkan diri dari Reynald, tapi lelaki yang sedang menindihnya kini sangatlah kuat. Clara bahkan tak dapat melakukan apa-apa selain membalas ciuman panas dari Reynald.Ya, Clara akhirnya membalas ciuman itu.. Ciuman yang semula hanya dijadikan sebagai hukuman untuk membungkan mulut cerewetnya, akhirnya kini berubah menjadi ciuman yang sarat akan hawa nafsu. Sesekali Clara bahkan mendengar suara erangan, entah itu darinya atau dari Reynald, Clara sendiri tak tahu. Yang Clara sadari adalah saat ini dirinya sangat menikmati momen ini. Momen dimana dirinya merasakan perasaan aneh yang membuncah dihatinya.***Reynald benar-benar tak sadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Mencium
“Jadi Clara seorang Model?” Tanya Allea dengan lembut ke arah Clara yang saat ini duduk di sebelahnya dan sesekali menyuapi Allea dengan masakan Mommynya yang di bawanya tadi.“Iya Ma, kenapa? Mama nggak suka punya menantu Model?”“Tidak, apapun pilihan Rey, Mama pasti setuju kok.”“Bagus deh kalau begitu.”Allea masih mengamati Clara, wanita ini benar-benar terlihat angkuh dalam pandangannya. Clara bahkan tak berhenti mengangkat dagunya, sangat berbeda jauh dengan Dina yang suka menunduk dan malu-malu. Kenapa Reynald bisa bersama dengan wanita ini? Apa Reynald memiliki masalah hingga harus bersama dengan wanita ini?Tak lama Reynald dan Renno masuk ke dalam ruang inap Allea, ya, kedua lelaki tersebut tadi sedang mengurus beberapa urusan luar, meninggalkan Allea hanya berdua dengan Clara.Clara lantas menghampiri Reynald dan berbisik di telinga Reynald.“Sialan!! bagaimana mungkin
Clara terbangun dengan badan yang sangat pegal dan kaku, Bahkan ia mersakan dirinya tak dapat bergerak karena ada seseorang yang sedang memeluknya dari belakang. Memeluk? Clara sontak membuka matanya lebar-lebar, melihat ke arah perutnya yang ternyata benar jika ada seseorang yang sedang melingkarkan lengannya di sana, pelan-pelan Clara menolehkan kepalanya kebelakang, Dan benar saja, ada Reynald yang sudah tidur di belakangnya dan sedang memeluknya. Mereka tidur bersama di Sofa ruang inap mama Reynald yang sedikit lebih kecil untuk di tiduri mereka berdua.Secepat kilat Clara mendorong Reynald hingga Reynald jatuh dari atas sofa dan mengerang kesakitan.“Astaga.. apa yang kamu lakukan?” Reynald sedikit berteriak karena kesal dengan Clara yang membangunkannya dengan cara yang sangat tidak sopan.“Harusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan, main peluk-peluk, enak saja.” Gerutu Clara tak mau kalah.“Kalian sudah bangun?&rdq
Clara merasakan benar- benar ada yang aneh pada diri Reynald. Dia diam dan cenderung datar, dingin dan Ahh... Clara bahkan tak mengerti apa yang sedang di pikirkan Reynald.“Kamu aneh.” Clara memulai pembicaraan.“Apa maksudmu dengan Aneh?”“Entalah.. Kupikir ada hubungannya dengan pembantu itu.”Reynald mencengkeram erat kemudi mobilnya? Pembantu? Bagaimana mungkin wanita sialan ini menyebut kekasihnya dengan sebutan pembantu? Kekasih? Astaga.. bukankah hubungannya dengan Dina sudah berakhir?“Jangan pernah sebut dia Pembantu.” Ucap Reynald penuh penekanan.“Please deh Rey, kamu benar-benar ada hubungan sama wanita udik itu??”Dan seketika itu juga Reynald menghentikan laju mobilnya. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun, Clara benar-benar keterlaluan, menyebut Dina sebagai pembantu dan juga udik. Dan Reynald tak suka itu, Reynald tak pernah suka jika ada orang yang m