Share

Bab 3 - Cincin Berinisial

Pagi ini Clara terbangun saat mencium aroma masakan yang sedap. Ahhh pasti itu Mily yang memasak untuknya. Rasa pusing di kepalanyapun sudah hilang entah kemana. Akhirnya Clara bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap supaya lebih rapi lagi.

“Masak apa Mil?”

“Sup Buntut. Kamu mau kan?” Tanya Mily.

“Mau dong, kayaknya sudah seabad aku nggak makan nasi.”

“Ehhh nggak pakek nasi ya... kalau kamu makan sup ini, hanya supnya saja.”

“Ya terserah. Lagian aku sudah lupa rasanya nasi.” Gerutu Clara. Sebenarnya Clara sangat tersiksa saat melihat makanan enak namun dirinya tidak bisa makan karena harus menjaga keproposionalan tubuhnya. Clara bukan wanita dengan anugerah seperti beberapa wanita yang bisa makan banyak tapi tetap memiliki tubuh ideal. Clara mendapatkan tubuh idealnya dengan menyiksa diri seperti tidak makan nasi, tidak makan malam dan diet ekstrim lainnya.

Belum lagi jadwal senam segala macam yang melelahkan dirinya. Begitupun dengan masalah kulitnya yang bagus tidak di dapatkan sejak lahir. Namun dengan perawatan-perawatan yang tidak murah. Maka dari itu Clara sampai dinobatkan sebagai Beauty Women of the Year, beberapa tahun  belakangan ini di negeri ini.

Bagi Clara, semua perjuangan dan penyiksaan yang dialaminya setimpal dengan apa yang di dapatkannya, ketenaran, pemujaan dan lain sebagainya membuat dirinya puas.

Clara menyeruput sup buntutnya sedikit demi sedikit. Rasa iri menghampirinya saat melihat Mily memakan semua itu bersama nasi dengan lahapnya.

“Cla.. apa hubunganmu degan lelaki semalam? Kenapa dia berkata jika kalian tunangan?” Tanya Mily kemudian.

“Kami memang tunangan, lihat ini?” Clara mempamerkan cincin pemberian Reynald.

Mily membulatkan matanya saat melihat cincin berlian di jari manis Clara. “Sejak kapan kalian kenal? Kenapa aku nggak tau? Kupikir saat dia ketempat pemotretan tadi sore, dia baru mengenalkan diri padamu Cla.”

“Memang, kami baru kenalan dan kami akan menikah.” Kata Clara dengan senyuman lebarnya.

“Tapi kenapa bisa kebetulan dia menyiapkan cincin itu Cla??”

Clara mengernyit. “Benar juga ya.. Dan ya ampun.. cincin ini terlalu kecil untukku, setidaknya aku ingin mata berlianya lebih besar lagi.” Kata Clara sambil melepas cincin tersebut lalu mengematinya. Clara memicingkan matanya saat mendapati ukiran melingkar di dalam cincin tersebut. “Tunggu dulu apa itu, ‘Forever Love R&D’?”.  Clara mengeja tulisan di dalam cincin tersebut lalu memandang Mily dengan tatapan tanda tanyanya.

“Jangan-jangan cincin itu dia beli bukan untukmu.” Mily lantas membekam mulutnya sendiri karena keceplosan dengan kata-katanya tersebut. bagaimanapun juga dia tidak ingin membuat mood Clara jadi memburuk.

Clara menatap ke arah lain dengan tatapan kosongnya. Ya, mana mungkin Reynald sudah menyiapkan cincin untuknya, bukankah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, R&D, siapa itu? Kenapa dirinya jadi penasaran sekali dengan inisial dalam cincin tersebut? Ahhh persetan, itu bukan urusannya. Lagian bukankah mereka menikah hanya demi kepentingan masing-masing dan tidak lebih? Tapi betapapun hati Clara mengelak, entah kenapa ada yang sedikit mengganjal saat mengingat cincin lamarannya yang berinisial R&D tersebut.

***  

Reynald bangun saat mendapati tangan lembut mengusap rambutnya.

“Mama..” Reynald mengerjap saat mendapati Allea menatapnya dengan tersenyum. Wajahnya masih terlihat pucat, namun Reynald sangat senang mengingat Allea sudah siuman.

“Kamu pulang saja.” Kata Allea pelan.

“Enggak Ma.. Rey mau nunggu Mama.”

Allea sedikit tersenyum. “Papa kamu....”

“Papa tadi malam sudah ke sini, tapi aku suruh pulang Ma.. Kasian  dia baru balik dari luar kota.” Jelas Reynald pada mamanya.

Allea menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan mendapati Dina sedang tidur meringkuk di sofa ujung Ruangan. “Dina Di sini?”

Reynald menatap Dina dengan tatapan sendunya. “Iya, dia mau menemaniku nungguin mama disini.”

Allea menatap Reynald dengan tatapan lembutnya. “Jaga dia Rey.. Dina wanita baik.” Dan pada saat itu juga tubuh Reynald menegang. Bagaimana mungkin dia menjaga Dina sedangkan dirinya harus menikah dengan wanita yang menyelamatkan nyawa ibunya?

“Mama nggak usah banyak pikiran Ya.. mama istirahan saja.”

“Kamu ada masalah?”

“Enggak kok Ma..” Jawab Reynald sambil tersenyum.

Allea tersenyum sambil mengangguk. Lalu Allea kembali memejamkan matanya, mungin efek obat atau apalah yang membuatnya lemah dan ingin kembali tidur.

Reynald menghela nafas panjang, menatap Mamanya dan juga Dina kekasihnya secara bergantian. ‘Maafkan aku Dina.. bagaimanapun juga rasa sayangku terhadap Mama lebih besar dibandingkan dengan rasa cintaku padamu.’. pungkas Reynald dalam hati.

***  

Siang ini Clara sengaja makan siang dengan sang kekasih. Boy, Fotografer yang biasa memotretnya. Sejak pagi mood Clara sudah buruk karena cincin berinisial tersebut. Ditambah lagi Boy yang sengaja mengajaknya makan siang bersama dengan beberapa modelnya membuat mood Clara semakin buruk.

“Kamu kenapa sayang? Kok manyun gitu.”

“Apa kamu nggak lihat makananku nggak enak gini? Membosankan sekali.” Kata Clara sambil mendorong piringnya yang berisi salad tersebut.

“Kamu bisa pesan makanan lain kok.”

“Kamu pengen lihat aku gendut? Lagian kenapa sih kamu ngajakin mereka? Bukankah ini kencan kita?” Clara menatap bebebrapa model wanita Boy yang duduk di meja ujung restoran tersebut dengan tatapan tidak suka.

“Kamu cemburu ya?” Boy mencoba menggoda Clara.

“Please Boy.. Nggak ada kata cemburu dalam kamusku.”

“Oke, tapi aku cemburu dengan lelaki yang tadi malam seenaknya membawa kabur kamu.” Kata Boy dengan nada yang dibuat marah.

“Dia tunanganku.”

“Apa? Kamu jangan bercanda.”

“Apa kamu pikir aku tipe orang yang suka bercanda? Dia memang tunanganku Boy. Tapi hanya untuk mengakali Daddy..”

“Aku masih nggak ngerti Cla..”

“Sampai kapanpun kamu nggak akan ngerti tapi please... Jangan tanya masalah ini lagi. Yang penting aku sukanya sama kamu bukan sama dia. Oke..” pungkas Clara tanpa ingin di bantah. Tapi tentu saja itu tidak mengurangi rasa cemburu Boy pada lelaki tersebut.

***  

Reynald mengemudikan mobilnya dengan Dina duduk disebelahnya. Reynald bahkan tak berhenti menggenggam tangan Dina saat mengemudikan mobilnya kini, membuat Dina sedikit tak nyaman dengan kediaman Reynald.

“Mas Rey ada masalah?” Dina memberanikan diri bertanya pada Reynald.

Reynald bingung haruskah dirinya memberitaukan keadaannya kini pada Dina atau tidak. Akhirnya Reynald hanya menggeleng lalu mengecup singkat punggung tangan Dina.

“Aku tau Mas Rey ada masalah, aku mengenal mas Rey sejak kecil.”

Reynald menghela nafas panjang lalu menepikan mobilnya. Sepertinya memang harus mengatakan semuanya saat ini juga supaya Dina tidak semakin tersakiti. Pikir Reynald.

“Oke, aku memang ada masalah. Masalah tentang hubungan kita.”

“Ada apa dengan kita?”

“Kita putus saja.” Kata Reynald cepat sebelum dia berubah pikiran.

Dina hanya diam ternganga saat Reynald dengan mudahnya memutuskan hubungan mereka. Kenapa?? Apa Reynald malu memiliki kekasih seorang anak pembantu sepertinya?? Apa Reynald udah mencintai wanita yang lebih cantik dari pada dirinya?? Kenapa Reynald setega itu?? Dan masih banyak kata Kenapa yang menari-nari di pikiran Dina saat ini.

-TBC-

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eyda Eyda Eyda Eyda
bhgia ka rey ma clanti klu bgni r hbgn mrka
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status