Share

bab 2 Dijebak

Di salah satu restoran mewah, Rani mengajak Naya makan di sana.

"Naya, kamu pilih mau makan apa, Ibu mau ke toilet dulu ya," ucap Rani.

"Bu, tapi makanan di sini harganya pasti maha, aku gak punya uang untuk membayarnya," ucap Naya yang memang tak mungkin mampu membayar makanan di restoran itu.

"Kamu gak usah khawatir, teman Ibu yang akan membayarnya oh ya sekalian dia mau membicarakan pekerjaan padamu katanya dia mau memberimu pekerjaan yang layak yang gajinya lumayan besar."

"Baik Bu, apa Ibu mau kupesan kan juga?"

"Tentu saja. Pesankan makanan yang sama dengan yang kamu pesan aja ya."

"Iya, Bu. Ibu jangan lama-lama ya."

"Ibu cuma sebentar kok." Rani pun segera pergi meninggalkan Naya di sana!

Tanpa rasa curiga, Naya pun langsung memilih makanan yang ingin ia ketahui rasanya.

"Makanan di sini kayaknya enak-enak rasanya aku ingin memesan semuanya tapi aku gak boleh malu-maluin Ibu, aku harus memilih salah satu nya saja," batin Naya.

Naya pun langsung menunjukkan gambar makanan yang ingin ia pesan pada seorang waitress yang sedari tadi menunggunya memilih menu makanan yang mereka sediakan.

Di sudut ruangan, Rani bertemu dengan laki-laki tua yang tadi siang ditemuinya di restoran tempatnya bekerja.

"Yang mana orangnya, saya harus memastikan kalau wajahnya tak mengecewakan," ucap laki-laki itu sembari mengedarkan pandangannya kesemua sudut ruangan di sana.

"Itu, yang memakai dress berwarna merah." Rani mengarahkan jari telunjuknya pada Naya yang sedang duduk menunggu pesanannya tiba.

"Anda sudah melihat dia dari foto yang saya kirimkan. Dia cantik, Anda tidak usah khawatir."

"Baik, kalau terbukti dia benar-benar masih gadis, sisa pembayaran akan saya transfer besok tapi kalau ternyata dia sudah tidak perawan lagi, jangan harap saya akan memberi tambahan."

"Saya jamin dia masih gadis. Anda tidak usah khawatir tapi Pak, dia tidak tahu kalau saya akan menjualnya. Ada baiknya berikan dia obat agar dia bergairah saat dia melayani Anda nanti."

"Jadi gadis itu tidak tahu dia akan melakukan apa?"

"Tidak Pak. Ah Pak, itu masalah kecil, tinggal dicekoki obat per****ng saja. Setelah beberapa menit, dia pasti sangat bergairah."

"Tapi saya tidak punya obat seperti itu."

"Tenang saja, saya sudah membawanya." Rani mengeluarkan serbuk berwarna putih dari dalam tasnya lalu memperlihatkannya pada laki-laki tua itu.

"Obat ini akan bereaksi setelah sepuluh menit," sambungnya.

"Oke, saya tunggu di kamar nomor satu satu dua ya. Saya harap kamu tidak mengecewakan saya."

"Pasti Pak, saya tidak akan mengecewakan Anda."

Di lobby hotel, seorang laki-laki dewasa bersama dua orang yang berpakaian serba hitam berjalan memasuki hotel tersebut!

Mereka menuju sebuah kamar yang sebelumnya sudah dipesan terlebih dahulu!

"Tuan! Kamarnya ada di lantai atas," ucap seorang laki-laki padanya.

"Mari saya antar," sambungnya.

"Apa barangnya sudah siap?" Alpian pada laki-laki yang ingin mengantarnya ke kamar tujuannya.

Alpian Ardiansyah, seorang pengusaha muda yang cukup terkenal dalam dunia perbisnisan. Di ususnya kini, Alpian sudah mendapat gelar sebagai pengusaha muda yang sukses banyak wanita yang tertarik padanya namun karena kesibukannya dirinya tak terlalu memikirkan pernikahan. Untuk memenuhi kebutuhan biologis nya, dirinya lebih suka bermain-main dengan gadis-gadis yang rela melepas keperawanannya demi uang.

"Dia masih bersiap. Anda sudah begitu tidak tahan ya."

Tak lama mereka tiba di kamar itu, Alpian pun langsung masuk ke dalam kamar itu!

"Jangan lupa, rahasiakan ini," ucapnya sebelum masuk ke dalam kamar itu.

Laki-laki tua itu mengangguk pelan lalu pergi untuk segera menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamar itu.

"Tak kusangka, ternyata Pak Alpian senekat ini," ucap seorang laki-laki yang tadi bersama dengan Alpian.

"Kita tidak perlu ikut campur urusan pribadi Pak Alpian, tugas kita hanya berjaga-jaga kalau ada masalah menghampiri," sahut laki-laki yang satunya.

"Aku tahu tapi bagaimana kalau pacarnya Pak Alpian tahu?"

"Untuk itulah Pak Alpian membayar kita."

Mereka berdua saling melempar senyuman lalu berdiri tegak di tempat yang agak jauh dari pintu kamar Alpian.

Di restoran.

"Aku udah kenyang Bu, mana teman Ibu yang mau memberikan aku pekerjaan?"

"Mungkin dia masih di jalan. Ibu juga tidak tahu kenapa dia lama sekali."

Dari kejauhan, Rani melihat laki-laki tua itu melambaikan tangannya padanya dan mengisyaratkan agar Naya segera diantar ke kamar yang sudah disiapkan.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk kedalam ponsel Rani, dia pun langsung membacanya.

"Naya, teman Ibu menunggu di salah satu kamar hotel ini, katanya dia tidak bisa keluar karena kepalanya pusing jadi kita samperin dia ke kamarnya saja ya."

"Oh gitu. Ya udah terserah Ibu, aja."

Mereka pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan mencar kamar dengan nomor satu satu dua!

Setelah beberapa menit, mencari tiba-tiba kepala Naya terasa sakit dan pusing.

"Aduh, Bu. Kepalaku kok jadi pusing," ucap Naya sembari memegangi kepalanya.

"Astaga Naya, kamu kenapa? Sebaiknya kita cepat cari kamar teman Ibu biar kamu bisa numpang istirahat."

"Iya Bu."

Naya berjalan pelan dengan dibantu oleh Rani, sepertinya obat yang dicampurkan kedalam minuman Naya mulai bereaksi dalam tubuh gadis malang itu.

"Ini dia kamarnya."

Seorang anak buahnya Alpian membukakan pintu itu dan membiarkan mereka masuk.

Setelah Naya masuk, Rani keluar dari kamar itu!

"Naya, dompet Ibu ketinggal di restoran. Kamu tinggu Ibu didalam ya, nanti Ibu ke sini lagi."

Karena sudah tak tahan, Naya mengangguk dan dia terus berjalan menghampiri tempat tidur itu!

"Aaah, sakit sekali kepalaku," gumam Naya.

Dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur berharap sakit yang dirasakannya dapat berkurang, namun bukannya merasa lebih enakkan dirinya malah merasakan sesuatu yang aneh.

Tubuhnya terasa panas dan ada rasa aneh yang selama ini tidak pernah dirasakannya.

"Kamu orangnya?" tanya Alpian yang baru keluar dari kamar mandi.

Naya berdiri lalu menatap Alpian dengan mulutnya yang tanpa mengeluarkan perkataan apapun.

"Cantik. Tubuh kamu juga oke," ucap Alpian sembari membuka jubah mandinya dan langsung menpakkan tubuhnya yang hanya memakai boxer saja.

Saat itu Naya masih mempunyai sedikit kesadaran, dia melangkah mundur untuk menjauhi Alpian!

Beberapa detik kemudian dirinya mulai hilang kendali, ia membuka bajunya dan tak sabar ingin bercinta dengan laki-laki yang berdiri didepannya itu!

"Cepatlah, kita lakukan dan ayo kita bersenang-senang. Ah, aku sudah tidak tahan."

Alpian tersenyum kecil lalu melangkah menghampiri Naya yang saat itu tengah membuka bajunya!

Dia mendorong tubuh Naya dengan sedikit kasar hingga tubuh gadis itu terpental ke tempat tidurnya!

Alpian pun mulai menindih tubuh Naya dan menikmati setiap lekukan tubuh gadis itu.

Tanpa penolakan, Naya pun menerima semua perlakuan itu, dirinya terbuai oleh kenikmatan yang diberikan oleh laki-laki yang sama sekali tidak dikenalinya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status