Share

bab 5 dijual untuk yang ke_dua kalinya

Di tempat kerja Shelly.

"Ya kali nikah sama orang kaya tapi lumpuh. Mending aku nikah sama orang biasa tapi normal kayak orang pada umumnya."

Perkataan salah satu teman Shelly membuatnya, penasaran dan ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ada apa ini? Lagi pada membicarakan apa?" tanya Shelly pada teman-temannya.

"Nih, si Anjani lagi mengkhayal katanya gimana kalau nikah sama cowok kaya tapi lumpuh," sahut temannya Shelly.

"Ya kalau banyak duit kan jadi lupa kalau punya suami lumpuh," ucap Anjani.

"Kirain lagi ngomongin apaan," ucap Shelly lagi.

"Eh tapi aku dengar tadi Pak Jay lagi bicara serius sama Pak Hanan," ucap teman Shelly yang lainnya.

"Bicara apa?" tanya Shelly penasaran.

"Gak tahu tapi yang jelas, aku dengar CEO baru kita sudah lumpuh sejak beberapa bulan lalu."

"Serius? Kamu tahu gak orangnya yang nana?" ucap Shelly.

"Gak ada yang tahu karena dia gak pernah datang ke kantor ini. Ini kan kantor cabang, dia tuh cuma datang ke kantor pusat aja," ucap Anjani.

"Oh, gak aneh sih. Sama Jay aja aku baru beberapa kali bertemu apalagi dengan anaknya, kadang aku sendiri sering lupa sama wajahnya Pak Jay," ucap Shelly.

"Jangankan kamu yang baru kerja beberapa bulan, aku aja yang kerja hampir lima tahun kadang suka lupa dengan wajahnya bos kita itu."

**********

Di rumah majikan Naya yang baru.

Seperti biasa, Naya akan membersihkan rumah majikannya dari mulai menyapu, mengepel dan membersihkan halaman hingga cucian dan setrikaan di rumah itu selesai semua.

Saat itu Naya, sedang mencuci piring. Dia merasa sangat lelah karena belakangan ini kerja di dua tempat, sedangkan ia juga harus mengerjakan semua pekerjaan rumahnya.

"Kenapa kalian meninggalkan aku, Ayah, Ibu? Kenapa kalian tidak membawaku kemanapun kalian pergi? Aku akan sangat bahagia meskipun berada di neraka sekalipun, asalkan aku bersama kalian. Aku lelah hidup seperti ini. Ibu Rani dan Kak Shelly tak pernah memperlakukan aku dengan baik seperti yang mereka lakukan saat masih ada Ayah," ucap Naya didalam hatinya sembari terus menggosok piring itu dengan spon cuci piring.

Di dunia ini tak ada orang yang bisa dijadikan sebagai tempat mengadu bagi Naya. Dia hanya bisa mencurahkan isi hatinya pada dirinya sendiri.

Setelah Ayahnya meninggal, Naya tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, Ibunya Naya meninggal sejak dirinya masih kecil dan dia tak memiliki adik ataupun kakak karena dirinya adalah anak tunggal dari kedua orang tuanya.

"Naya, kalau udah selesai nyuci piring, nanti sambil kamu pulang bawa sampah-sampah ini ya dan buang di tempat sampah yang ada di depan," ucap majikannya Naya.

"Iya, Bu," sahut Naya singkat.

Naya yang awalnya sudah hampir meneteskan air matanya, kini tidak lagi karena mendengar suara majikannya. Dengan sebisa mungkin dirinya menahan air matanya agar tak terjatuh dari pelupuknya.

**********

Di restoran.

"Ayolah, Jeng nikahkan putri kamu dengan anak saya. Biarpun anak saya lumpuh tapi masih bisa sembuh kok," ucap Yuristha pada temannya.

"Maaf ya Jeng, bukannya saya gak mau tapi anak saya udah punya pacar," sahut temannya Yuristha.

"Saya bayar deh, berapapun yang, Jeng minta."

"Maaf Jeng, gak bisa. Saya gak mau mengatur-atur jodoh anak saya."

"Pemuda lumpuh. Siapa yang mau dengan laki-laki lumpuh," batin Rani yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

Setelah menata makanan pesanan mereka, Rani langsung kembali ke belakang untuk melanjutkan pekerjaannya lagi!

Setelah beberapa lama, mereka berbincang di sana, kini Yuristha dan temannya sudah selesai makan dan hendak meninggalkan restoran itu.

Temannya Yuristha sudah lebih dulu pergi karena sudah dijemput oleh sang sopir sedangkan, Yuristha masih berdiri di pintu keluar untuk menunggu suaminya datang menjemputnya.

"Permisi Bu," ucap Rani yang sengaja datang untuk bicara dengan Yuristha.

"Ya, ada apa?" ucap Yuristha.

"Bisa bicara sebentar tapi tidak di sini."

"Maaf, saya sibuk," ucap Yuristha menolak.

"Ini tentang gadis yang Anda cari."

Yuristha menatap Rani yang saat itu masih menatapnya.

"Tadi, tidak sengaja saya mendengar pembicaraan Anda dengan teman Anda. Maaf kalau saya lancang tapi kalau Anda mau, saya punya anak gadis," sambung Rani.

Mendengar ucapan Yuristha yang akan membayar seorang gadis yang bersedia menikah dengan anaknya, membuat otak jahat Rani langsung berpikir untuk menjual Naya dan membiarkan gadis itu menikah dengan pemuda lumpuh itu.

"Ikuti saya," ucap Yuristha sembari berjalan ke sudut parkiran restoran itu!

Rani pun mengekor di belakang Yuristha!

"Kamu gak bercanda kan? Anak saya lumpuh. Apa anak kamu mau menikah dengan anak saya?" ucap Yuristha.

"Saya sudah tahu Bu, tadi saya mendengar semua pembicaraan Anda. Saya yakin anak saya pasti mau, lagian anak saya ini sudah biasa mengurus rumah dan keluarga. Dia bisa sekalian mengantu mengurus rumah Ibu, kalau Ibu mau."

"Saya boleh melihat foto anak kamu?"

Dengan cepat, Rani mengambil ponselnya dan langsung memperlihatkan foto Naya! "Ini, Bu," ucapnya sembari memperlihatkan layar ponselnya pada Yuristha.

"Cantik juga. Pastikan dia mau menikah dengan anak saya, kalau dia benar-benar bersedia, temui saya."

"Bu, tapi saya gak ngasih anak saya dengan gratis."

"Saya mengerti. Pastikan saja dia mau atau tidak, setelah itu temui saya untuk membicarakan berapa harga untuk anak kamu," ucap Yuristha.

"Ini kartu nama saya. Temui saya di alamat ini atau telpon saya terlebih dahulu sebelum kamu akan menemui saya karena saya jarang di tempat."

"Baik Bu. Terimakasih."

Yuristha langsung pergi dari tempat itu, kebetulan suaminya sudah tiba di sana!

"Lumayan nih bisa dapat uang lagi. Bodoamat si Naya mau diapain kek sama mereka, yang penting aku bisa dapat uang," batin Rani.

Di perjalanan pulang.

"Pa, tadi ada pelayan restoran yang menawarkan putrinya untuk menikah dengan Alpian, semoga saja dia gak berubah pikiran ya," ucap Yuristha pada Jay.

"Mama, bertanya pada semua orang dan mengatakan anak kita lumpuh? Keterlaluan, Mama ini," ucap Jay.

"Nggak lah Pa, gak mungkin Mama mempermalukan diri Mama dan keluarga kita. Tadi aku bicara sama teman aku yang punya anak gadis ternyata pelayan itu mendengarkan pembicaraan kami dan saat aku mau pulang, tiba-tiba dia datang dan menawarkan putrinya tapi dia minta uang."

"Terus, Mama kasih?" Jay menatap sang istri sekilas lalu kembali fokus menyetir.

"Nggak. Mama cuma bilang kalau anaknya bersedia menikah dengan Alpian, Mama akan kasih dia uang betapapun yang dia minta."

"Hah, terserah Mama deh mau apa yang penting ada pengantin perempuan yang bisa Alpian nikahi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status